Terbit: 27 April 2021 | Diperbarui: 9 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Post power syndrome atau sindrom pasca-kekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan atau pekerjaan yang hilang dan belum bisa menerimanya. Selengkapnya ketahui ciri-cirinya dan bagaimana cara mengatasinya!  

Post Power Syndrome: Gejala dan Cara Mengatasi Masalah Mental Pasca-Pensiun

Apa Itu Post Power Syndrome?

Post power syndrome adalah gejala yang terjadi saat seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan atau kejayaan yang pernah dimilikinya di masa lalu seperti belum mampu menerima kehilangan kuasaan atau perubahan yang terjadi dalam dirinya.

Sindrom pasca-kekuasaan banyak terjadi pada mereka yang baru saja menjalani masa pensiun atau PHK (pemutusan hubungan kerja). Ketika kehilangan jabatan atau kekuasaan yang dicintainya setelah pensiun, ini dapat menyebabkan penurunan harga diri dan akibatnya menimbulkan gangguan psikis.

Hal tersebut berdampak negatif terhadap dirinya, seperti mendadak sangat sensitif dan merasa hidupnya akan segera berakhir karena masa kerjanya telah berlalu.

Gejala Post Power Syndrome

Post power syndrome adalah gejala yang berupa gangguan perasaan, perilaku somatisasi (keluhan fisik akibat pikiran), serta menimbulkan keluhan psikososial dalam bentuk ucapan maupun sikap dan perilaku.

Berikut ini tanda dan gejala post power syndrome:

  • Kurang bergairah.
  • Mudah tersinggung.
  • Tidak suka dibantah.
  • Menarik diri dari pergaulan sosial.
  • Banyak berbicara kehebatan di masa lalu.
  • Senang menyerang pendapat orang lain.
  • Mengkritik atau mencela orang lain.
  • Tidak mau kalah.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami beberapa gejala sindrom pasca-kekuasaan, segera hubungi dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan. Dokter mungkin akan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa tes untuk menentukan apakah gejala depresi akibat penyebab lain, seperti kondisi medis atau obat obat-obatan. Jika hal-hal ini dapat dikesampingkan, mungkin Anda mengalami depresi.

Jika mengalami depresi, ada beberapa pengobatan yang sangat efektif, seperti obat antidepresan, psikoterapi, dan konseling yang dapat membantu pemulihan.

Dokter mungkin meresepkan obat, atau mungkin merujuk Anda ke psikiater atau ahli kesehatan mental lainnya untuk mendapatkan bantuan. Biasanya, pengobatan terbaik untuk depresi adalah kombinasi pengobatan dan terapi atau konseling.

Penyebab Post Power Syndrome

Bagi kebanyakan orang, bekerja memberi arti kegunaan dan tujuan hidupnya. Setiap individu mungkin memiliki keinginan seumur hidupnya untuk mencari nafkah bagi keluarga, menjadi orang yang berprestasi, dan berguna bagi masyarakat.

Perasaan diri seseorang sangat terikat dengan pekerjaan untuk mencari nafkah, ketika pensiun, kehilangan pekerjaan atau jabatan membuat seseorang senang dan merasa terlepas dari rutinitas. Sementara yang lainnya mungkin gelisah dan bingung apa yang harus ia lakukan kedepannya.

Penyebab lain untuk depresi setelah pensiun adalah kenyataan bahwa dinamika di rumah sedang berubah. Jika salah satu atau kedua pasangan mungkin pernah bekerja di luar rumah dan sering pergi jauh, sekarang kedua pasangan mungkin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam rumah.

Peran mungkin berubah dan kebutuhan yang lebih besar untuk pengambilan keputusan bersama mungkin terjadi. Sampai keseimbangan baru tercapai, mungkin ada konflik karena setiap pasangan dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru.

Kesimpulannya, pensiun bisa menjadi pengingat bahwa setiap orang akan semakin tua, diikuti dengan rasa ketakutan akan kematian, penyakit, dan timbulnya kecacatan.

 

Cara Mengatasi Post Power Syndrome

Banyak ahli menyarankan tip berikut untuk membantu pensiunan baru melakukan transisi yang lebih mudah ke tahap selanjutnya dalam hidup mereka:

Berikut ini cara mengatasi post power syndrome: 

1. Tetap Aktif 

Setelah pensiun, mungkin tidak ada kegiatan yang banyak dilakukan karena hilangnya rutinitas sehari-hari. Sebagai salah satu cara untuk mengalihkan bayang-bayang kekuasaan yang ada dalam pikiran, sebaiknya lakukan apa pun agar tetap aktif.      

Misalnya, melakukan hal-hal untuk menjaga pikiran dan tubuh tetap aktif seperti berolahraga, berpartisipasi menjadi volunteer kegiatan sosial, atau bahkan mengambil pekerjaan paruh waktu.

2. Membuat Jadwal Sehari-Hari

Ketika sebelumnya terbiasa merencanakan kegiatan seharian dalam pekerjaan Anda, mungkin akan sangat membingungkan untuk menjalani hari yang sama sekali tidak terstruktur selama pensiun.

Meskipun sudah tidak bekerja, tetap buat jadwal untuk diri sendiri. Sebaiknya membuat jadwal yang sudah Anda tentukan kapan akan melakukan pekerjaan dalam rumah, berolahraga, atau melakukan pekerjaan sukarela.

3. Memperkuat Ikatan Sosial dan Keluarga

Mengunjungi anak-anak Anda atau menawarkan untuk mengasuh atau mengantar cucu ke sekolah. Ini bisa membantu mengurangi keparahan gejala sindrom pasca-kekuasaan.

Selain itu, meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama teman-teman agar saling berkomunikasi dan bertukar pikiran. Juga bisa mengunjungi pusat komunitas lokal dan mencari aktivitas yang Anda sukai sehingga bisa mendapatkan teman baru.

4. Membuat Rencana atau Tujuan Baru

Agar kemampuan atau ilmu Anda masih tetap berguna selama masa masa senggang, mungkin Anda bisa melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan karir sebelumnya. Cobalah untuk membuat rencana atau cara baru untuk memberi makna bagi hidup untuk memulihkan arti tujuan yang pernah Anda temukan melalui pekerjaan.

Guna tetap memperoleh pendapatan untuk kehidupan sehari-hari, mungkin Anda bisa memulai untuk membuka warung, usaha makanan, atau usaha lainnya yang Anda sukai.  

5. Mendapatkan Bantuan dari Pihak Ketiga

Jika beberapa cara mengatasi post power syndrome sebelumnya tidak efektif dengan bantuan dari pasangan atau keluarga, carilah pihak ketiga. Ini untuk membantu atau membimbing Anda, sehingga akan lebih baik dalam melakukan tips yang pernah Anda lakukan.

Pihak ketiga juga dapat membantu Anda menerapkan dan mengontrol pola hidup yang sehat. Misalnya, makan makanan yang sehat, rajin berolahraga, minum cairan yang cukup, tidur yang cukup, dan mengontrol depresi. Selain menyehatkan tubuh, ini juga dapat membantu menyehatkan mental.   

 

  1. Anonim. 2019. Menghadapi “Post Power Syndrome”. https://kemensos.go.id/menghadapi-post-power-syndrome (Diakes pada 27 April 2021)
  2. Morin, Amy. 2020. 8 Tips for Adjusting to Retirement. https://www.verywellmind.com/tips-for-adjusting-to-retirement-4173709 (Diakes pada 27 April 2021)
  3. Mayo Clinic Staff. 2019. How to live your best life in retirement. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/healthy-aging/in-depth/how-to-live-your-best-life-in-retirement/art-20390076
  4. Schimelpfening, Nancy. 2021. How to Deal With Depression After Retirement. https://www.verywellmind.com/depression-after-retirement-1067239 (Diakes pada 27 April 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi