Terbit: 15 January 2018 | Diperbarui: 26 January 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Jika Anda pernah bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan pelaku bullying dan orang-orang yang terlibat dalam perilaku intimidasi? para periset sekarang memiliki gagasan yang lebih baik.

Pelaku Bullying Ternyata Lebih Mungkin Memiliki Gangguan Mental

Photo Credit: Flickr.com

Seperti mengutip Wikipedia, bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. 

Bulling bisa menjadi komponen gangguan jiwa, menurut sebuah studi dari Brown University dan dipresentasikan di pertemuan tahunan American Academy of Pediatrics.

Setelah menganalisis tanggapan dari survei orang tua, para peneliti menemukan bahwa mereka yang dianggap pelaku bullying lebih dari dua kali lebih mungkin mengalami depresi, kecemasan dan gangguan defisit perhatian (ADD atau ADHD).

Bullying adalah masalah di banyak sekolah. Tapi kita perlu menyadari bahwa intimidasi tidak selalu sekadar perilaku buruk. Terkadang ada faktor lain yang menjadi penyebabnya.

Karena sifat survei penelitian, para periset tidak dapat mengatakan apakah masalah kesehatan mental dapat menjadi faktor penyebab penyebab bullying, atau apakah kelainan tersebut diakibatkan oleh seseorang yang melakukan perilaku intimidasi.

Terlalu sering, masyarakat memusatkan perhatian pada korban bullying. Sedikit bantuan mungkin ditawarkan kepada pelaku bullying, yang mungkin juga menderita masalah yang bisa mendapat manfaat dari perawatan, atau paling tidak mendapat perhatian dari orang tua, dilansir dari Psychcentral, Rabu (10/1/2018).

Beberapa ahli sepakat, menambahkan bahwa penting juga bagi orang tua, dokter dan guru untuk mengidentifikasi akar kemarahan anak-anak, dan untuk membantu anak-anak menyalurkan perilaku mereka dengan cara yang lebih baik.

“Orangtua pelaku bullying yang sadar akan perilaku anak mereka harus memperhatikan masalah ini dengan serius dan mencari pertolongan dan perawatan untuk anak mereka, semoga pada tahap awal sehingga perilaku alternatif dapat diajarkan dan diperkuat sebelum beberapa hal yang lebih negatif menjadi mengakar,” jelas peneliti.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa kedua pelaku bullying dan korbannya, telah menderita pikiran bunuh diri 3 kali lebih sering seperti anak-anak lainnya.

Pelaku bullying dankorban juga telah ditemukan dalam penelitian tahun 2007, untuk menghasilkan risiko gangguan mental orang dewasa. Kelainan yang diderita cenderung berupa gangguan kecemasan atau gangguan kepribadian antisosial.

Peneliti mencatat alat baru untuk membantu pelaku bullying sekolah-sekolah. Alat ini memungkinkan sekolah untuk membantu mengidentifikasi pelaku bullying potensial dengan lebih baik, dan membantu mereka sebelum mereka beralih ke peelaku bullying yang sebenarnya.

Bullying adalah perilaku yang tidak bisa dibiarkan. Studi seperti ini membantu menjelaskan dinamika rumit yang dimainkan dengan perilaku ini, dan menawarkan gagasan orang tua dan profesional tentang bagaimana membantu mengurangi perilaku bullying.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi