Terbit: 6 March 2018
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Baru-baru ini World Health Organisation (WHO) mengklasifikan kecanduan video game sebagai sebuah masalah yang mengancam kesehatan mental. WHO memasukan kecanduan video game sebagai International Classification of Diseases (ICD) di urutan ke 11.

Apakah Kecanduan Video Game Pengaruhi Kesehatan Mental?

Photo Credit: Flickr.com/Dominique Garcin-Geoffroy

Temuan WHO menunjukkan, bahwa seseorang yang sudah kecanduan video game akan mengenyampingkan aktivitas penting  di hidupnya demi permainan yang sedang digelutinya. Dr Richard Graham, spesialis kecanduan teknologi di Nightingale Hospital di London, mengungkapkan, dirinya menyambut baik keputusan yang dikeluarkan oleh WHO.

“(Kecanduan video game) ini menempatkannya di peta sebagai sesuatu yang harus dianggap serius,” katanya

WHO menggolongkan kecanduan video game apabila seseorang melakukan aktivitas ini secara terus menerus hingga menimbulkan dampak negatif di kehidupannya. Meski begitu, seseorang baru bisa dikategorikan kecanduan video game apabila menunjukkan gejalanya setidaknya satu tahun sebelum didiagnosis. Tentunya, hal ini dapat berubah tergantung tingkat keparahannya.

“Sangat menarik untuk melihat bahwa WHO menambahkan gaming disorder sebagai kondisi kesehatan mental pada tahun 2018,” kata juru bicara UK Addiction Treatment Centre (UKAT),  sebuah organisasi swasta yang menawarkan terapi untuk mengatasi beberapa kecanduan seperti penggunaan alkohol, perjudian, penyalahgunaan zat terlarang hingga kecanduan video game.

“Apa yang telah kita lihat di UKAT adalah kenaikan 300 persen dalam jumlah penerimaan (pasien) di mana kecanduan video game merupakan bagian dari alasan mereka untuk melakukan perawatan,” imbuhnya.

Sementara itu, melihat data kenaikan jumlah pasien di UKAT, hal ini ternyata berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah penggunaan perangkat elektronik. Menurut Gregory Hartl, juru bicara dari WHO, dalam beberapa dekade terakhir, pengguna internet, komputer  dan gawai mengalami peningkatan drastis. Seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat elektronik, Hartl mengungkapkan bahwa di sejumlah negara hal ini memengaruhi kondisi kesehatan masyarakatnya.

Perdebatan Mengenai Video Game

Menurut Chris Ferguson, seorang profesor psikologi di Stetson University, kecanduan video game menurut versi WHO adalah sesuatu yang berbeda dengan kecanduan lainnya. Temuan WHO hanya didasarkan pada terganggunya aktivitas sehari-hari, misalnya, saat Anda sudah kecanduan video game maka Anda tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tidak memperhatikan kebersihan tubuh.

“Saya tidak berpikir bahwa temuan WHO mencerminkan konsensus nyata di lapangan. Beberapa orang setuju dengan itu, tapi banyak dari kita tidak,” katanya.

Ferguson berpandangan, meski bagi beberapa orang kecanduan video game adalah sebuah masalah serius, tapi mengapa ada beberapa orang yang tidak kecanduan video game sementara yang lain menjadi kecanduan.

Ferguson menyarankan, akan lebih baik jika WHO mengambil lebih banyak waktu dan menghubungi ilmuwan yang skeptis, para gamer hingga beberapa perusahaan pembuat video game—sebelum merumuskan deskripsi tentang kecanduan video game. Bahkan, Ferguson juga mempertanyakan klaim WHO, apakah ini sebuah kelainan biasa atau gejala kesehatan mental lainnya.

“Setelah 20 atau 30 tahun ini, basis bukti tidak begitu bagus untuk menunjukkan bahwa ini adalah kelainan,” kata Ferguson. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa kecanduan video game cenderung membuat seseorang memiliki emosi yang tidak stabil. Akan tetapi, jika penelitian ini dilakukan dua kali dengan selisih waktu enam bulan, tes berikutnya pasti akan menunjukkan hasil yang berbeda.

Jika kecanduan video game dikategorikan sebagai gangguan terhadap kesehatan mental, Ferguson berargumen, seharusnya WHO juga mengkategorikan kecanduan perilaku umum lainnya  atau apapun yang membuat seseorang melakukan aktivitas berlebihan sebagai kelainan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi