Pengalaman masa kecil memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan fisik dan psikologis anak di masa depan. Hal itulah yang membuat pola pengasuhan dari dua orang tua turut andil dalam membentuk kepribadian anak. Lantas, bagaimana dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Dampak Psikologis Anak yang Besar Tanpa Figur Ayah
Sebelum menjelaskan mengenai anak yang dibesarkan tanpa ayah, penting untuk diketahui bahwa ketiadaan peran ayah bisa berupa ketidakhadiran fisik maupun psikologis.
Ketiadaan secara fisik karena kematian mengarahkannya pada sebutan anak yatim. Sedangkan ada juga kasus di mana anak ‘kehilangan’ figur ayah meskipun secara fisik ayahnya masih ada, biasanya terjadi pada seorang anak yang tidak memiliki hubungan dekat ayahnya.
Berikut adalah dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah, di antaranya:
1. Lebih Agresif
Studi psikologis menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah lebih cenderung menjadi agresif dan cepat marah. Hidup tanpa figur ayah bisa membuat seorang anak memiliki marah yang berlebihan. Kemarahan bisa membuat anak berpikir dan bertindak yang tidak tepat.
Selain itu, anak yang tumbuh dalam rumah tangga tanpa ayah jauh lebih mungkin menjadi korban pelecehan dan penelantaran fisik (termasuk pelecehan seksual), dibandingkan dengan mereka yang tumbuh dalam rumah tangga dengan dua orang tua.
Jika ibu adalah satu-satunya pengasuh, stres yang meningkat atas tanggung jawab yang besar sebagai orang tua dapat meningkatkan risiko dia menyakiti anak-anaknya atau dirinya sendiri.
2. Lebih Mudah Depresi
Remaja yang tumbuh tanpa ayah lebih rentan terhadap tekanan emosional. Hal ini mungkin disebabkan karena psikologis anak tanpa ayah membuatnya merasa sendirian, dan tidak ada yang bisa memahami apa yang anak rasakan.
Anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah juga lebih cenderung memiliki pikiran untuk bunuh diri, lebih sering cemas, menarik diri dari lingkungan sosial, dan absen sekolah, terutama jika anak melihat atau mendengar orang tua bertengkar.
3. Perasaan Rendah Diri
Efek psikologis anak tanpa ayah dapat menyebabkan masalah harga diri pada anak tersebut. Hal ini membuat anak tidak pernah menjadi dirinya sendiri. Tidak hanya itu, seorang anak kerap kali menganggap kehadirannya di dunia adalah sesuatu tidak diinginkan. Anak-anak dengan kondisi tersebut bisa merasa tidak percaya diri atau menyalahkan diri sendiri.
4. Prestasi Belajar Menurun
Tumbuh tanpa ayah ternyata juga dapat memengaruhi pendidikan seorang anak. Usaha dan motivasi anak untuk sekolah cenderung lebih rendah. Efek psikologis negatif pada anak bisa terlihat dari kinerja akademiknya yang menurun, atau yang lebih parah menyebabkannya drop out.
5. Penggunaan Zat-zat Terlarang
Anak yang tumbuh di mana seorang ayah tidak hadir dalam hidupnya berada pada risiko yang lebih besar untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang. Sebuah studi mengungkapkan, ketidakhadiran sosok ayah membuatnya lebih mungkin menggunakan narkoba daripada anak yang memiliki figur ayah di rumahnya.
6. Perasaan Diabaikan
Dibesarkan tanpa sosok ayah mungkin membuat anak membenci figur ayah karena merasa ditinggalkan. Perasaan ini mungkin muncul dari perasaan tidak percaya dan marah yang terpendam.
Konsekuensi ini dapat mengakibatkan dilema interpersonal termasuk ketidakmampuan untuk mengembangkan ikatan sosial yang kuat. Misalnya, kemarahan yang berasal dari pengabaian dapat mempersulit remaja untuk menjalin persahabatan dan hubungan.
7. Ketidakmampuan Mengendalikan Diri
Keterlibatan aktif seorang ayah dengan anak-anaknya dapat meningkatkan empati dan pengendalian diri bagi anak sepanjang hidupnya. Jika hal ini hilang dalam hidup anak, masalah emosional yang serius bisa muncul.
Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan emosional dengan seseorang akan membuatnya sulit mengembangkan persahabatan dan hubungan romantis yang sehat. Dampaknya, hal ini mengakibatkan masalah perilaku pada anak.
Nah, itulah berbagai dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah yang harus diwaspadai. Orang dewasa yang mengasuh anak tanpa ayah harus benar-benar memerhatikan kesehatan mental anak tersebut sambil belajar mengisi figur ayah. Juga harus memberikan pemahamaan dan mendidik anak tersebut dengan cara yang lembut. Bila perlu, konsultasi dengan psikolog untuk memahami dan mengontrol emosi anak.
- Brown, Jerrod. Father-Absent Homes: Implications for Criminal Justice and Mental Health Professionals. https://www.mnpsych.org/index.php%3Foption%3Dcom_dailyplanetblog%26view%3Dentry%26category%3Dindustry%2520news%26id%3D54. (Diakses pada 14 Oktober 2021).
- Kismet, Michael. 2020. Psychological Effects of Growing Up Without a Father. https://owlcation.com/social-sciences/Psychological-Effects-On-Men-Growing-Up-Without-A-Father. (Diakses pada 14 Oktober 2021).