Terbit: 15 February 2021 | Diperbarui: 4 February 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Asertif adalah sikap tegas mengenai apa yang dibutuhkan, rasakan, atau yakini, namun tetap menghormati pandangan orang lain. Apa manfaat memiliki sikap ini dan bagaimana cara mengembangkannya? Simak penjelasan selengkapnya.

Sikap Asertif: Manfaat dan Cara Menerapkannya

Apa Itu Asertif?

Asertif adalah kemampuan untuk mengomunikasikan sesuatu dengan percaya diri mengenai apa yang Anda inginkan atau butuhkan namun tetap menghormati kebutuhan orang lain. Arti asertif lainnya juga terkait gaya komunikasi langsung namun tidak konfrontatif. Sikap ini adalah jalan tengah gaya agresif dan gaya pasif.

Keterampilan komunikasi ini dapat mengurangi konflik, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan hubungan di tempat kerja.

Cara Mengembangkan Perilaku Asertif

Keterampilan interpersonal ini adalah sesuatu yang bisa Anda latih. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk melatih sikap ini, di antaranya:

1. Percaya pada Kemampuan yang Dimiliki

Merasa rendah diri dapat mencegah Anda memberi tahu orang lain mengenai apa yang Anda inginkan. Jika Anda memiliki kepercayaan diri tinggi, hal itu akan membuat Anda lebih mudah mengomunikasikan kebutuhan.

Khawatir tentang pendapat orang lain dapat menghalangi kejujuran pada diri sendiri dan orang lain, yang pada akhirnya dapat membuat komunikasi asertif gagal tercapai.

2. Belajar untuk Mengatakan ‘Tidak’

Sering kali, orang enggan mengatakan ‘tidak’ demi menyenangkan orang lain. Padahal penting bagi Anda untuk mengerti kapan hidup Anda perlu diprioritaskan daripada membantu seseorang. Berani mengatakan ‘tidak’ diperlukan jika Anda sudah memiliki banyak hal yang ingin dilakukan/dikerjakan.

Contoh perilaku asertif yang benar adalah Anda bisa menawarkan bantuan pada waktu dan kondisi yang tepat.

3. Mulai dari Sesuatu yang Sederhana

Jika Anda sulit menerapkan perilaku asertif, mulailah dengan hal-hal kecil. Misalnya, jika Anda mendengar bunyi yang janggal dari mesin usai mengambil mobil dari bengkel, namun Anda takut untuk menanyakan kondisi mobil pada mekanik, cobalah untuk berani mempertanyakannya ke bengkel.

4. Melatih Ketegasan

Latih apa yang ingin akan Anda katakan. Misalnya, jika Anda akan meminta kenaikan gaji, cobalah bermain peran dengan pasangan atau teman untuk membuat sketsa skenario yang berbeda, sehingga Anda tidak akan lengah dan kehilangan momentum ketika waktunya tiba. Anda juga dapat menuliskan apa yang ingin dikatakan dan melatihnya sehingga yakin saat melakukan adegan yang sebenarnya.

5. Bersikaplah Sederhana dan Jangan Bertele-Tele

Gunakan kata ‘saya ingin’, ‘saya perlu’, atau ‘saya merasa’ untuk menyampaikan pernyataan dasar dan menyampaikan maksud Anda dengan tegas.

Usahakan untuk selalu mengenali dan memahami bagaimana orang lain memandang situasi tersebut. Kemudian, setelah mempertimbangkan sudut pandangnya, ungkapkan apa yang Anda butuhkan darinya.

 6. Meninggalkan Emosi Negatif

Anda mungkin sedang menghadapi situasi yang sulit dan menyimpan perasaan negatif terhadap orang lain. Meskipun orang tersebut menjadi reaktif, tetaplah tenang dan tinggalkan semua emosi itu dari pikiran Anda.

Marah atau defensif bisa mengarah pada respons agresif daripada respons asertif. Anda harus tetap berada di jalur yang benar untuk membantu mengurangi situasi yang buruk.

7. Mengenali Bahasa Tubuh

Kata-kata hanyalah salah satu bagian dari cara berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah berkontribusi pada pesan yang ingin disampaikan. Pertahankan ekspresi wajah yang netral (berlatihlah di depan cermin jika perlu). Berdiri tegak dan lakukan kontak mata, dua atribut utama dari orang yang percaya diri.

8. Memahami Sudut Pandang Orang Lain

Unsur utama asertif adalah kemampuan untuk mengatakan apa yang Anda butuhkan sambil juga mengenali keinginan orang lain. Orang dengan perilaku ini memiliki empati serta menghargai pendapat dan gagasan lain saat bernegosiasi.

Menghormati orang yang berkomunikasi dengan Anda sering kali mengarah pada solusi kolaboratif dan kedua belah pihak mendapatkan apa yang dibutuhkan.

9. Menjaga Suasana Tetap Positif

Tidak ada yang suka dengan percakapan yang sulit. Hal itu membuat banyak hal tidak terselesaikan yang menyebabkan stres dan hubungan yang rumit.

Salah satu cara untuk berhenti menunda-nunda dan menghadapi situasi yang mengharuskan Anda bersikap asertif adalah dengan emosi positif. Jika Anda berkomunikasi dengan nada ceria, orang lain akan merespons sesuai keadaan.

10. Tetap pada Pendirian

Jika Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan saat pertama kali memintanya, jangan menyerah. Dalam latihan asertif, teknik ini disebut broken record. Seseorang mungkin tidak merespons seperti yang Anda harapkan pada kali pertama, tetapi mereka mungkin hanya perlu waktu untuk memproses apa yang Anda inginkan. Kembali dan ulangi apa yang Anda butuhkan sampai mendapatkannya.

 

Manfaat Memiliki Sikap Asertif

Salah satu manfaat utama memiliki keterampilan ini adalah membuat Anda lebih percaya diri. Berikut beberapa manfaat lainnya memiliki sikap ini—baik di tempat kerja atau lingkungan sekitar—di antaranya:

  • Menjadi pemimpin yang hebat. Seseorang yang memiliki sikap ini akan memperlakukan orang dengan adil dan hormat, balasannya biasanya Anda akan mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini menandakan bahwa Anda adalah pemimpin yang ingin diajak kerja sama.
  • Menyelesaikan masalah dengan baik. Keterampilan ini mampu mengenali nilai posisi orang lain dan dapat dengan cepat menemukan kesamaan.
  • Mengontrol kecemasan dan stres. Rasa percaya diri yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki sikap ini membuatnya tidak merasa terancam atau menjadi korban, ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana atau yang diharapkan.
  • Komunikasi yang lebih efektif. Asertif adalah kemampuan untuk untuk mengatakan apa yang Anda butuhkan dengan baik, sehingga orang lain mengerti pendapat Anda tentang masalah tertentu. Ini adalah strategi yang membangun hubungan yang terbuka dan jujur.

Risiko Menjadi Asertif

Beberapa budaya organisasi ada yang memilih orang untuk menjadi pasif dan mungkin memandang perilaku asertif sebagai kasar atau bahkan menyinggung. Penelitian juga menunjukkan bahwa gender dapat memengaruhi persepsi perilaku ini, dengan pria lebih mungkin dihargai karena karena bersikap asertif daripada wanita.

Jadi, ada baiknya untuk mempertimbangkan konteks tempat Anda bekerja sebelum mulai menerapkan keterampilan ini. Namun, hal ini tidak berarti Anda harus menyerah begitu saja pada keadaan.

Sebaliknya, bersikaplah berani sambil menghindari kenaifan. Bereksperimenlah dengan langkah-langkah kecil sampai Anda menemukan apa yang cocok dengan lingkungan tempat bekerja.

 

  1. Anonim. 2020. How to Be Assertive: 10 Tips for Becoming More Assertive. https://www.masterclass.com/articles/how-to-be-assertive#what-is-assertiveness. (Diakses pada 15 Februari 2021).
  2. Anonim. How to Be Assertive. https://www.mindtools.com/pages/article/Assertiveness.htm. (Diakses pada 15 Februari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi