Terbit: 20 March 2016 | Diperbarui: 8 February 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Pertolongan pertama yang terbaik bagi penderita epilepsi adalah pencegahan dan kewaspadaan. Berikut ini adalah beberapa tips untuk penderita epilepsi.

Pertolongan Pertama pada Kejang dan Epilepsi

  • Selalu membawa tanda pengenal khusus penyandang epilepsi sehingga jika suatu saat terjadi kondisi yang gawat darurat, orang-orang yang sedang berada di sekitar penderita epilepsi tersebut dapat memberikan pertolongan dengan tepat.
  • Pastikan seluruh keluarga, teman, dan rekan kerja tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat penderita mengalami serangan epilepsi.
  • Hindari situasi berbahaya seperti bekerja di tempat yang tinggi atau bekerja menggunakan alat-alat berbahaya (misalnya gergaji, palu, dan sebagainya) jika frekuensi kekambuhan tinggi. Jika frekuensi kekambuhan rendah, tetap harus berhati-hati.
  • Penting bagi penderita epilepsi untuk selalu aktif bergerak. Namun, pilihlah olahraga dan aktivitas yang akan dilakukan dengan bijak. Pilih olahraga dan aktivitas lain yang dilakukan secara berkelompok agar ada orang lain yang memberikan pertolongan jika tiba-tiba penderita mengalami serangan epilepsi.
  • Jangan menghentikan konsumsi obat anti epilepsi atau mengganti dosisnya tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Obat tersebut sudah disesuaikan dengan jenis epilepsi, berat badan, usia penderita, dan faktor lain. Jika dihentikan tiba-tiba atau diubah dosisnya tanpa petunjuk dokter, tentu akan mempengaruhi efek kerja obat tersebut.
  • Tanyakan kepada dokter obat-obat apa saja yang boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat anti epilepsi yang sedang dikonsumsi. Beberapa obat anti epilepsi dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain sehingga mempengaruhi efek kerja obat anti epilepsi tersebut.
  • Hindari alkohol, karena dapat menurunkan efektivitas obat anti epilepsi dan menurunkan ambang kejang pada otak.

Apa yang harus dilakukan bila melihat seseorang sedang mengalami kejang?

  • Longgarkan pakaian atau perhiasan apapun yang melingkar di leher penderita.
  • Jangan mencoba menahan penderita karena dapat menimbulkan cedera pada penderita dan penolong.
  • Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita karena juga bisa menimbulkan cedera.
  • Amankan posisi penderita, pastikan penderita memiliki ruang gerak yang cukup.
  • Jauhkan benda-benda tajam dari penderita.
  • Setelah serangan kejang berakhir, posisikan penderita dengan posisi miring pada salah satu sisi tubuhnya, tujuannya adalah untuk membuka jalan napas dan mencegah lendir dan air liur masuk ke paru-paru (membuat penderita tersedak).
  • Setelah serangan kejang berakhir, dampingi penderita dan jangan meninggalkannya sendirian karena mungkin penderita akan merasa bingung dan tidak dapat mengingat kejadian kejang yang dialaminya.
  • Panggil bantuan atau ambulans bila perlu.

Kapan kita harus memanggil ambulans?

  • Kejang terjadi selama lebih dari lima menit
  • Timbul kejang lagi setelah kejang yang pertama selesai
  • Penderita tidak bangun atau tidak sadar setelah kejang berakhir
  • Penderita mengalami kejang beberapa kali dan di antara dua kejang penderita tidak sadar
  • Penderita sedang hamil atau memiliki kondisi kesehatan lain, seperti penyakit jantung atau diabetes
  • Penderita tanpa sengaja melukai dirinya sendiri pada saat kejang
  • Penderita mengalami kejang di dalam air

Jika penderita telah mengonsumsi obat anti epilepsi secara rutin, segera hubungi dokter jika terjadi tanda-tanda sebagai berikut.

  • Gerakan tubuh yang abnormal, atau gangguan dalam mengkoordinasikan gerak tubuh.
  • Frekuensi kekambuhan meningkat, atau durasi kekambuhan lebih panjang dari sebelumnya.
  • Reaksi alergi, misalnya sesak napas, gatal, dan muncul ruam di kulit.
  • Gangguan penglihatan, termasuk pandangan kabur, melihat dobel, terasa seperti ada bintik yang melayang-layang di depan mata; atau gerakan bola mata terganggu.
  • Mengantuk berlebihan.
  • Gelisah, atau sulit berkonsentrasi.
  • Mual atau muntah.
  • Ruam
  • Rambut rontok.
  • Tremor atau gemetar.
  • Darah pada air seni atau tinja, air seni berwarna gelap, atau sulit buang air kecil.
  • Nyeri otot, sendi, atau tulang.
  • Nyeri dan/atau muncul lebam pada kaki.
  • Bintik-bintik kemerahan, kebiruan, atau keunguan di kulit.
  • Luka atau bintik putih pada bibir.
  • Mudah memar.
  • Mudah lelah.
  • Mudah terkena infeksi.
  • Gusi berdarah atau nyeri.
  • Nyeri, gatal, kebas, atau panas di daerah selangkangan.
  • Bicara gagap.
  • Halusinasi
  • Perubahan sikap, perilaku, atau suasana hati seperti depresi, cemas, atau tidak nafsu makan.

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi