Terbit: 6 March 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Wasting pada anak dan stunting adalah dua bentuk malnutrisi pada anak yang paling umum terjadi. Wasting adalah kondisi dimana berat badan anak di bawah rata-rata, sementara stunting adalah saat tinggi badan anak tidak normal di usianya. Artikel ini akan membahas tentang apa itu wasting pada anak, gejala, penyebab, pengobatan, dll.

Wasting pada Anak: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Wasting pada Anak?

Wasting pada anak adalah penyakit malnutrisi dimana anak memiliki berat badan di bawah rata-rata akibat kekurangan asupan nutrisi lengkap yang mengganggu pertumbuhannya. Ini terjadi akibat anak tidak mencukupi asupan makanan atau komplikasi dari penyakit menular, terutama diare. Dalam kondisi kronis, seorang anak dapat mengalami wasting dan stunting sekaligus.

Kondisi ini tentu berpengaruh buruk pada perkembangan otak anak, berkurangnya massa otot, merusak fungsi sistem kekebalan tubuh, menurunkan fungsi organ-organ vital, meningkatkan risiko infeksi, serta risiko kematian.

Anak wasting memiliki tubuh sangat kurus yang tidak sesuai dengan tinggi badannya. Dalam beberapa kasus kronis, wasting pada anak membuat postur tubuh anak terlihat sangat kecil, tulang kentara dari kulit, lingkar lengan atas sangat kecil kurang dari 12,5 cm, dan timbulnya edema atau pembengkakan beberapa bagian tubuh karena penumpukan cairan.

Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 17 juta dari 49 juta anak di bawah usia 5 tahun terkena dampak wasting dalam level yang parah di 2018. Sementara UNICEF mencatat setidaknya ada 24 negara berkembang yang memiliki kasus wasting pada anak 10% atau lebih.

Wasting pada anak adalah masalah serius terkait kasus kelaparan dan kemiskinan di seluruh dunia. WHO memiliki target di tahun 2025 untuk membantu mengatasi kasus anak wasting dengan mengembangkan, memobilisasi, dan mengimplementasikan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk mengurangi kasus wasting demi keselamatan anak-anak di dunia.

Gejala Wasting pada Anak

Gejala wasting pada anak dapat terlihat jelas dari bentuk fisik anak dimana anak terlihat sangat kurus dan timpang dari tinggi badannya. Anak juga mengalami infeksi, peradangan kronis di usus atau seluruh sistem tubuh, dan munculnya pembengkakan di beberapa bagian tubuh karena penumpukan cairan.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Anda dapat mengukur berat badan normal dari usia 1-5 dalam rata-rata berikut ini:

Usia  Anak Perempuan  Anak Laki-Laki 
1 Tahun 7 – 11,5 kg 7,7 – 12 kg
2 Tahun 9 – 14,8 kg 9,7 – 15,3 kg
3 Tahun 10,8 – 18,1 kg 11,3 – 18,3 kg
4 Tahun 12,3 – 21,5 kg 12,7 – 21,2 kg
5 Tahun 13,7 – 24,9 kg 13,7 – 24,2 kg

Wasting pada anak adalah gejala malnutrisi atau kekurangan nutrisi kronis dimana anak mengalami penurunan berat badan drastis di bawah rata-rata berat badan normal yang dipublikasikan oleh Kemenkes. Ini dapat terjadi sejak baru lahir atau akibat penyakit menular.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter apabila berat badan anak Anda di bawah rata-rata anak seusianya. Dokter akan menganalisis apakah anak memiliki gejala infeksi atau penyakit tertentu yang berpengaruh pada penurunan berat badan secara signifikan.

Dokter juga akan memberikan resep vitamin, susu, atau nutrisi untuk memenuhi gizi anak, serta saran asupan makanan yang sehat untuk anak. Penanganan berat badan rendah pada anak harus dilakukan secara eksklusif karena akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

 

Penyebab Wasting pada Anak

Berikut ini beberapa faktor paling umum yang menyebabkan anak mengalami penurunan berat badan dengan cepat:

  • Kekurangan asupan nutrisi sesuai kadar yang disarankan, termasuk kekurangan vitamin A, yodium, zinc, zat besi, serta gangguan defisiensi makro dan mikronutrien lainnya.
  • Tidak memenuhi kebutuhan ASI ekslusif baik secara kuantitas dan kualitas, atau tidak mendapat asupan susu formula yang sesuai sebagai pengganti ASI.
  • Tidak memiliki pola makan atau pengasuhan yang memadai.
  • Memiliki ketahanan pangan yang buruk.
  • Tidak memiliki pengetahuan tentang pola penyimpanan makanan, persiapan dan konsumsi yang baik.
  • Komplikasi dari penyakit campak, malaria, pneumonia, dan diare.

Penyebab utama wasting pada anak adalah tidak adanya pemenuhan nutrisi lengkap dari sumber makanan bergizi yang dibutuhkan agar anak tumbuh sehat dan normal.

Faktor Risiko Wasting pada Anak

Anak-anak dengan kondisi tertentu memiliki faktor yang lebih tinggi untuk mengalami wasting, seperti:

  • Lahir prematur dengan berat badan rendah
  • Hidup di negara berkembang dengan isu ekonomi rendah sehingga tidak ada pemenuhan gizi bagi anak dan orang dewasa
  • Hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dimana kebersihan, kesehatan, dan sanitasi belum optimal
  • Wabah penyakit tertentu di suatu wilayah seperti kolera dan malaria
  • Hidup di negara dengan angka wasting terbanyak seperti Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara seperti Nigeria (10%), Pakistan (15%), dan India (20%)
  • Wabah diare tertentu di Indonesia
  • Wilayah dengan pelayanan kesehatan rendah, sanitasi air, atau pelayanan publik lainnya

Anak-anak dengan malnutrisi adalah masalah isu kemanusiazn akibat tingkat kemiskinan atau kondisi tertentu di suatu negara.

Pengobatan Wasting pada Anak

Penanganan isu kesehatan anak ini harus dilakukan dengan segera dan eksklusif. Bila dibiarkan, anak akan mengalami wasting dalam tingkat akut (severe acute malnutrition) yang benar-benar akan mengancam hidupnya.

Berikut ini adalah cara mengatasi wasting pada anak:

  • Memenuhi kebutuhan nutrisi esensial seperti vitamin A, zat besi, zinc, yodium, dll.
  • Mengonsumsi minimal 5 porsi buah dan sayuran setiap hari.
  • Memenuhi kebutuhan karbohidrat yang didapat dari nasi, kentang, roti, pasta, dll.
  • Memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap dari susu atau produk olahan susu seperti susu kedelai dan yogurt.
  • Mengonsumsi jenis biji dan kacang-kacangan.
  • Memenuhi pola makan sehat dengan menu ikan, telur, daging, dan protein lainnya.
  • Disarankan untuk mengonsumsi dua porsi ikan berminyak seperti salmon dan mackerel setiap minggu.
  • Mengonsumsi asupan cairan yang cukup, yaitu 6-8 gelas per hari.
  • Anak wasting juga membutuhkan asupan vitamin tambahan seperti vitamin A, C, dan tetes dalam sediaan tetes.

Setiap anak wasting atau kekurangan berat badan membutuhkan perawatan yang berbeda-beda tergantung tingkat keparahannya. Anak wasting dalam tingkat akut (severe acute malnutrition) membutuhkan perawatan lebih intensif dan jangka panjang, bukan hanya memenuhi kebutuhan nutrisi namun juga memastikan fungsi organ mereka bekerja dengan baik di masa depan.

Mengingat kasus anak wasting juga dipengaruhi oleh faktor wilayah, ekonomi, dan keadaan sosial lainnya, pengobatan anak wasting harus dilakukan dengan kerjasama seluruh pihak termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, dan semua orang terkait bantuan sumber makanan serta penyebaran informasi kesehatan anak.

 

Komplikasi Wasting pada Anak

Berikut ini adalah risiko komplikasi kesehatan pada anak dengan berat badan sangat rendah:

  • Gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak serta tubuh anak.
  • Penurunan sistem kekebalan tubuh.
  • Meningkatkan risiko berbagai infeksi dan penyakit.
  • Meningkatkan risiko kematian anak di bawah usia 5 tahun.

Berdasarkan laporan dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), tercatat sekitar 13% dari kematian di seluruh dunia di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun disebabkan oleh wasting pada tahun 2015, mewakili 875.000 kematian anak yang dapat dicegah.

Pencegahan Wasting pada Anak

Cara mencegah wasting pada anak adalah dengan memastikan anak memiliki pola makan yang baik untuk memenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan demi mendukung tumbuh kembangnya. Orang tua harus rajin memberi anak makan buah, sayur, ikan, daging, susu, dan vitamin tambahan bila perlu.

Itulah pembahasan lengkap tentang apa itu wasting pada anak, gejala, penyebab, pengobatan, dll. Semoga informasi ini dapat meningkatkan informasi Anda seputar kesehatan anak.

 

  1. Kemenkes. 2012. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/07/buku-sk-antropometri-2010.pdf. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  2. Laura Caulfield, Stephanie A. Richard, Juan A. Rivera, Philip Musgrove, and Robert E. Black. 2006. Disease Control Priorities in Developing Countries. 2nd edition. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11761/. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  3. NCBI. 2018. Factors associated with wasting among children under five years old in South Asia: Implications for action. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6029776/. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  4. NHS. 2017. Underweight children aged 2 to 5. https://www.nhs.uk/live-well/healthy-weight/underweight-children-2-5-advice-for-parents/. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  5. NLis. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile Indicators. https://www.who.int/nutrition/nlis_interpretation_guide.pdf. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  6. UNICEF. 2020. Progress for Children. https://www.unicef.org/progressforchildren/2007n6/index_41505.htm. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  7. WHO. 2014. WHA Global Nutrition Targets 2025: Wasting Policy Brief. https://www.who.int/nutrition/topics/globaltargets_wasting_policybrief.pdf. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  8. WHO. 2020. Global Health Observatory (GHO) data. https://www.who.int/gho/child-malnutrition/wasting/en/. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  9. WHO. 2014. Global Nutrition Targets 2025: Wasting policy brief. https://www.who.int/nutrition/publications/globaltargets2025_policybrief_wasting/en/. (Diakses pada 6 Maret 2020).
  10. WHO. 2020. Global Database on Child Growth and Malnutrition. https://www.who.int/nutgrowthdb/about/introduction/en/index2.html. (Diakses pada 6 Maret 2020). (Diakses pada 6 Maret 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi