Terbit: 2 August 2018 | Diperbarui: 20 December 2021
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

DokterSehat.Com – Tukak lambung atau ulkus peptikum adalah suatu luka pada lapisan mukosa duodenum (bagian atas dari usus kecil) atau lambung. Ulkus duodenum lebih sering terjadi daripada ulkus lambung. Yang relatif jarang adalah ulkus esofagus, yang terbentuk di kerongkongan dan sering merupakan akibat dari paparan obat, seperti antibiotik atau anti-inflamasi tertentu, dan penyalahgunaan alkohol.

Ulkus Peptikum – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Tidak ada bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa stres pada kehidupan modern atau makan makanan cepat saji menyebabkan borok/ulkus di lambung dan usus kecil, tetapi kondisi ini memang umum di masyarakat. Sekitar satu dari setiap 10 orang akan menderita gejala rasa terbakar di perut atau lambung karena suatu ulkus.

Sampai pertengahan 1980-an, kebijakan konvensional mengatakan bahwa ulkus peptikum terbentuk sebagai akibat dari stres, kecenderungan genetik untuk sekresi asam lambung yang berlebihan, dan kebiasaan gaya hidup yang buruk (termasuk mengonsumsi makanan berlemak, alkohol, kafein, dan tembakau yang berlebihan).

Teori ini percaya bahwa pengaruh tersebut berkontribusi pada penumpukan asam lambung yang mengikis lapisan mukosa lambung, duodenum, atau kerongkongan.

Penyebab Ulkus Peptikum

Sementara sekresi asam lambung yang berlebihan tentu memainkan peran dalam pengembangan ulkus, teori yang relatif baru menyatakan bahwa infeksi bakteri adalah penyebab utama ulkus lambung.

Memang, penelitian yang dilakukan sejak pertengahan 1980-an telah menunjukkan bahwa bakteri Helicobacter pylori (H. Pylori) hadir di lebih dari 90% dari ulkus duodenum dan sekitar 80% dari ulkus lambung. Namun, angka yang lebih baru menunjukkan persentase yang menurun.

Faktor-faktor lain juga tampaknya berkontribusi untuk pembentukan ulkus peptikum. Terlalu sering menggunakan obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di warung atau yang dapat dibeli tanpa resep dokter (seperti aspirin, ibuprofen, asam mefenamat, natrium diclofenac dan naproxen), penggunaan alkohol berat, stres psikologis, dan merokok dapat memperburuk dan dapat memperparah ulkus, terutama pada seseorang dengan infeksi bakteri H. pylori.

Studi lain menunjukkan bahwa ulkus peptikum lebih mungkin terjadi pada orang tua. Ini mungkin karena artritis (peradangan dan nyeri sendi) lazim pada orang tua, dan untuk mengurangi rasa sakit, orang tua dapat mengonsumsi sejumlah obat penahan nyeri seperti natrium diclofenac atau ibuprofen.

Faktor lain mungkin bahwa dengan bertambahnya umur, maka pilorus (katup antara lambung dan duodoneum) lebih rileks dan memungkinkan kelebihan empedu (suatu senyawa yang diproduksi di hati untuk membantu pencernaan) meresap sampai ke dalam lambung dan mengikis lapisan mukosa lambung.

Meski belum diketahui penyebabnya dengan pasti, orang dengan golongan darah A lebih mungkin untuk mengalami ulkus lambung yang menjadi kanker lambung.

Sedangkan ulkus duodenum cenderung muncul pada orang dengan golongan darah O. Hal ini mungkin dikarenakan penderita tidak menghasilkan substansi pada permukaan sel-sel darah yang dapat melindungi lapisan duodenum.

Gejala Ulkus Peptikum

Gejala utama yang akan Anda rasakan jika mengalami penyakit ulkus peptikum adalah nyeri atau perih pada perut. Rasa sakit tersebut muncul karena terjadinya iritasi akibat asam lambung yang membasahi luka. Gejala ini biasanya berupa rasa nyeri yang:

  • Muncul pada malam hari.
  • Terasa makin parah saat perut kosong.
  • Menyebar ke leher, pusar, hingga punggung.
  • Hilang lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian.
  • Umumnya berkurang untuk sementara jika Anda makan atau mengonsumsi obat penurun asam lambung.

Di samping nyeri pada lambung, ada beberapa gejala lain yang mungkin Anda alami, di antaranya adalah nyeri ulu hati, menurunnya nafsu makan, mual, serta gangguan pencernaan.

Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter. Meski demikian, ulkus peptikum terkadang tidak menyebabkan gejala apa pun sampai akhirnya terjadi komplikasi.

Oleh karena itu, Anda harus lebih waspada dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang cepat, terutama jika mengalami muntah darah, tinja dengan darah atau berwarna hitam, serta sakit perut menusuk yang muncul tiba-tiba dan terus bertambah parah. Gejala-gejala ini mengindikasikan terjadinya pendarahan pada lambung

Pengobatan Ulkus Peptikum

Untungnya, ulkus peptikum adalah penyakit yang relatif mudah untuk diobati. Dalam banyak kasus penderita dapat disembuhkan dengan antibiotik, antasid, dan obat lain yang mengurangi jumlah asam yang diproduksi oleh lambung.

Ada juga berbagai pengobatan mandiri dan pengobatan alternatif yang dapat membantu dalam menghilangkan rasa sakit. Namun, bahaya yang terkait dengan ulkus peptikum seperti anemia, pendarahan lambung, dan kanker lambung merupakan masalah yang serius, sehingga ulkus peptikum harus selalu dipantau oleh dokter.

Pengobatan lain yang bisa dilakukan diantaranya:

  • Mengistirahatkan usus: perbanyak waktu tidur dan minum air mineral tanpa makanan sama sekali selama beberapa hari. Ini memberi kesempatan memulai penyembuhan ulkus tanpa harus teriritasi bahan makanan apapun.
  • Tabung nasogastrik: penempatan tabung tipis dan fleksibel melalui hidung menuju ke lambung. Tabung nasogastrik juga mengurangi tekanan pada lambung dan membantu menyembuhkan kondisi ulkus peptikum.
  • Endoskopi yang mendesak atau operasi: hal ini dilakukan jika pembuluh darah yang rusak dengan pendarahan lebih dari biasanya. Endoskopi memiliki alat pemanas kecil di ujung yang digunakan untuk membakar pembuluh darah.

 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi