Terbit: 10 September 2020 | Diperbarui: 17 March 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Duodenal ulcer atau ulkus duodenum adalah luka terbuka yang terbentuk di lapisan saluran pencernaan. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!

Ulkus Duodenum: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll

Apa Itu Ulkus Duodenum?

Ulkus duodenum adalah luka terbuka yang terjadi di lapisan usus halus atau usus kecil (mukosa muskularis) tepat di antara lambung dan usus besar. Usus halus adalah salah satu dari bagian usus 12 jari atau disebut duodenum.

Luka terbuka pada usus 12 jari ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Helicobacter pylori (H.pylori) jangka panjang atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).

Gejala biasanya muncul pada saat perut kosong atau pada malam hari, dan gejalanya akan membaik sementara setelah makan.

Tanda dan Gejala Ulkus Duodenum

Gejala pada setiap orang mungkin berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, ulkus bahkan tidak menimbulkan gejala apa pun.

Gejala paling umum adalah nyeri yang terasa seperti terbakar di ulu hati. Nyeri sering kali muncul ketika perut kosong. Kondisi ini bisa berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.

Gejala ulkus duodenum lainnya termasuk:

  • Merasa kenyang setelah makan dengan porsi sedikit.
  • Bersendawa.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Penurunan nafsu makan.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Feses berdarah atau hitam.
  • Muntah darah.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter jika memiliki salah satu dari tanda atau gejala berikut:

  • Muntah darah atau tampak gelap seperti bubuk kopi.
  • Tubuh lemah atau pusing yang ekstrem.
  • BAB berdarah (feses mungkin tampak hitam).
  • Mual atau muntah yang tidak kunjung membaik atau semakin parah.
  • Nyeri ulu hati parah yang secara tiba-tiba yang dapat menyebar ke punggung.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab.

Juga hubungi dokter jika menggunakan obat antasida yang dijual bebas dan acid blockers untuk meredakan rasa sakit, tetapi rasa sakitnya kembali.

Penyebab Ulkus Duodenum

Biasanya ada keseimbangan antara jumlah asam yang dihasilkan dan faktor pelindung mukosa. Ulkus duodenum adalah kondisi yang dapat berkembang jika ada perubahan pada keseimbangan ini, yang memungkinkan asam merusak lapisan lambung atau duodenum.

Berikut ini beberapa penyebab ulkus duodenum:

  • Infeksi Bakteri Helicobacter Pylori. H.pylori adalah bakteri yang paling sering menyebabkan ulkus. Bakteri ini dapat melukai mukosa yang melindungi lapisan perut dan bagian pertama dari usus 12 jari (duodenum). Asam lambung kemudian menembus ke lapisan tersebut.
  • Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS). Golongan OAINS seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen, yang digunakan dalam jangka panjang dapat merusak pelindung mukosa duodenum dan memungkinkan asam menyebabkan tukak lambung.
  • Penyebab lainnya. Penyebab ulkus duodenum yang langka adalah sindrom Zollinger Ellison, yang menyebabkan tumor bersifat kanker dan tumor nonkanker. Tumor ini melepaskan hormon yang menyebabkan kadar asam lambung sangat tinggi, yang kemudian menyebabkan tukak lambung dan duodenum. Tumor paling sering terjadi di pankreas dan duodenum.

Faktor Risiko Ulkus Duodenum

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena ulkus, di antaranya:

  • Lansia berusia di atas 70 tahun.
  • Minum alkohol.
  • Memiliki riwayat tukak lambung atau ulkus duodenum.
  • Makan makanan pedas.
  • Merokok.
  • Mengalami stres.
  • Cedera parah atau trauma fisik.

Diagnosis Ulkus Duodenum

Guna memastikan penyebabnya, dokter awalnya akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala ulkus duodenum yang dirasakan, dan melakukan pemeriksaan fisik.

Mengingat ulkus lambung dan duodenum dapat menyebabkan nyeri di beberapa bagian perut, berbagai tes biasanya akan disarankan karena sakit perut memiliki banyak penyebab.

Jika dokter menduga bakteri H. pylori mungkin menjadi penyebabnya, berikut ini beberapa tes yang dapat mendiagnosis ulkus duodenum:

  • Tes darah. Tes ini untuk mendeteksi antibodi yang muncul akibat mengalami infeksi H. pylori.
  • Tes napas urea. Tes ini dengan menelan pil yang mengandung formulasi khusus urea. Pasien bernapas ke dalam kantong penampung sebelum dan sesudah menelan pil, dan kemudian kadar karbon dioksida diukur. Ketika H. pylori terdeteksi, urea dalam pil dipecah menjadi jenis karbon dioksida tertentu yang dapat dideteksi.
  • Tes feses. Tes dilakukan dengan mengambil sampel feses yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji. Tes ini mendeteksi protein tertentu dalam feses yang terkait dengan H. pylori.

Pengobatan Ulkus Duodenum

Perawatan tergantung pada penyebabnya. Penanganan ulkus duodenum adalah berupa perubahan gaya hidup, minum obat, atau dalam beberapa kasus memerlukan tindakan operasi.

Berikut ini beberapa perubahan gaya hidup untuk mengatasi ulkus:

  • Menghindari makanan tertentu. Hindari makanan apa pun yang memperparah gejala, misalnya makanan pedas.
  • Berhenti merokok. Merokok dapat mengganggu lapisan pelindung perut, yang membuat perut lebih rentan terhadap perkembangan ulkus. Merokok juga dapat meningkatkan asam lambung.
  • Membatasi alkohol dan kafein. Minum alkohol yang berlebihan dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa di perut dan usus, sehingga menyebabkan peradangan dan pendarahan. Sedangkan kafein dapat memperparah gejala ulkus duodenum.
  • Tidak menggunakan OAINS. Ini karena OAINS penyebab ulkus, sebaiknya hindari golongan obat ini seperti aspirin dan ibuprofen.

Berikut ini beberapa obat untuk mengatasi ulkus duodenum:

  • Antibiotik. Obat-obatan yang dapat melawan bakteri digunakan untuk membunuh bakteri H. pylori. Biasanya campuran antibiotik dan obat-obatan lain digunakan untuk menyembuhkan ulkus dan menghilangkan infeksi.
  • H2-blocker (penghambat reseptor histamin). Obat ini dapat mengurangi jumlah asam yang dihasilkan perut dengan menghambat hormon histamin. Histamin adalah zat kimia alami yang membantu membuat asam.
  • Penghambat pompa proton atau proton pump inhibitor (PPI). Obat ini dapat menurunkan kadar asam lambung dan melindungi lapisan perut dan duodenum.
  • Agen pelindung mukosa. Obat-obatan ini mampu melindungi lapisan lendir (mukosa) lambung dari kerusakan asam sehingga dapat membantu penyembuhan.
  • Antasida. Obat ini dengan cepat melemahkan atau menetralkan asam lambung untuk meredakan gejala.
    Dalam kebanyakan kasus, obat-obatan dapat mengatasi ulkus dengan cepat. Setelah bakteri H. pylori dihilangkan, sebagian besar ulkus tidak akan kembali.

Dalam kasus yang jarang terjadi, tindakan operasi mungkin diperlukan jika perubahan gaya hidup dan obat-obatan tidak membantu. Operasi juga diperlukan jika ulkus menyebabkan masalah medis lainnya.

Komplikasi Ulkus Duodenum

Ulkus bisa menyebabkan masalah serius jika dibiarkan dan tidak segera mendapatkan pengobatan. Berikut ini beberapa komplikasi yang paling umum:

  • Perdarahan. Ketika ulkus mengikis otot-otot perut atau dinding duodenum, pembuluh darah mungkin terasa sakit dan menyebabkan pendarahan. Pendarahan dapat menyebabkan anemia yang berat, sehingga memerlukan perawatan atau transfusi darah.
  • Lubang (perforasi) di dinding pencernaan. Terkadang ulkus menyebabkan lubang di dinding perut atau duodenum. Jika terjadi, bakteri dan makanan yang dicerna sebagian mungkin akan masuk. Kondisi ini menyebabkan infeksi, kemerahan, atau pembengkakan (peradangan) pada rongga perut (peritonitis).
  • Penyempitan dan penyumbatan (obstruksi). Ulkus dapat menghalangi jalannya makanan melalui saluran pencernaan, yang menyebabkan mudah kenyang, muntah, dan penurunan berat badan baik melalui pembengkakan akibat peradangan atau melalui jaringan parut.
  • Kanker lambung. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi bakteri H. pylori memiliki peningkatan risiko kanker lambung.

Pencegahan Ulkus Duodenum

Penyakit ini mungkin tidak sepenuhnya dapat dihilangkan risikonya, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko dan mencegahnya, termasuk:

  • Mengurangi penggunaan OAINS atau beralih ke obat lain jika mengonsumsi OAINS secara teratur.
  • Ketika menggunakan OAINS, konsumsilah dengan makanan atau obat yang melindungi lapisan perut.
  • Berhenti merokok karena dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko kanker saluran pencernaan.
  • Jika didiagnosis terkena bakteri H. pylori, minum semua antibiotik yang diresepkan dokter.
  • Aktif secara fisik, misalnya dengan olahraga secara teratur untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dan membantu menurunkan peradangan di seluruh sel.

 

  1. Anonim. 2020. Duodenal ulcer. https://www.healthdirect.gov.au/duodenal-ulcer. (Diakses pada 10 September 2020)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. Stomach and Duodenal Ulcers (Peptic Ulcers). https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/stomach-and-duodenal-ulcers-peptic-ulcers. (Diakses pada 10 September 2020)
  3. Knott, Laurence. 2020. Duodenal Ulcer. https://patient.info/digestive-health/dyspepsia-indigestion/duodenal-ulcer. (Diakses pada 10 September 2020)
  4. Mayo Clinic Staff. 2020. Peptic ulcer. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/peptic-ulcer/symptoms-causes/syc-20354223. (Diakses pada 10 September 2020)
  5. Nall, Rachel. 2018. What’s the Difference Between Gastric and Duodenal Ulcers?. https://www.healthline.com/health/gastric-and-duodenal-ulcers. (Diakses pada 10 September 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi