Terbit: 14 July 2022 | Diperbarui: 20 July 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Apabila Anda memiliki benjolan di leher berukuran kecil atau besar, bisa saja itu adalah tumor colli. Meskipun biasanya jinak, tumor leher ini bisa berkembang menjadi ganas! Selengkapnya simak penjelasannya mulai dari gejala, penyebab, hingga pengobatannya di bawah ini.

Tumor Colli: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Tumor Colli?

Tumor colli adalah benjolan yang tumbuh di area leher. Colli adalah nama latin dari leher. Sebagaimana tumor pada umumnya dapat dikenali dari munculnya benjolan, dalam hal ini di leher dan sekitarnya.

Ukuran benjolan pada tumor ini beragam, ada yang berukuran kecil, namun di beberapa kasus ukurannya bisa cukup besar, kira-kira sedikit lebih besar dari ukuran telur bebek.

Tumor colli atau tumor leher bisa jinak ataupun ganas tergantung pada pemeriksaan fisik dan patologi anatomi yang dilakukan.

Gejala Tumor Colli

Tumor colli ditandai oleh sejumlah ciri dan gejala khas, tentunya berdasarkan titik di mana tumor tersebut tumbuh di sekitar leher. Anda patut curiga dan waspada apabila mengalami gejala penyakit ini.

Berikut ini beberapa gejala tumor colli, di antaranya:

  • Muncul benjolan pada area leher.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Sulit menelan.
  • Penurunan berat badan.
  • Gagal napas.
  • Suara serak

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Apabila mengalami satu atau lebih gejala yang telah disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter guna mendapatkan penanganan medis secepatnya. Ingat, tumor colli yang tidak segera diobati sangat mungkin berkembang menjadi sel tumor ganas yang berbahaya.

Baca Juga: 12 Penyakit Penyebab Benjolan di Leher (No. 5 Mematikan!)

Penyebab Tumor Colli

Sama seperti jenis tumor lainnya, penyebab tumor colli adalah tumbuh dan berkembangnya sel-sel abnormal di dalam tubuh.

Idealnya, tubuh memiliki pengaturan otomatis untuk membentuk sel-sel baru sebagai pengganti sel-sel tubuh yang rusak dan mati.

Namun, ada kasus di mana terjadi ketidakseimbangan antara sel baru dengan sel mati, yakni ketika sel-sel baru membelah dan tumbuh secara berlebihan dan tidak terkendali. Kondisi inilah yang lantas menyebabkan munculnya tumor.

Belum dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi pemicu dari perkembangan sel-sel abnormal tersebut. Akan tetapi, para ahli menduga hal ini berkaitan dengan sejumlah faktor risiko, yakni:

  • Faktor keturunan (genetik).
  • Infeksi virus.
  • Karsinogenik.
  • Paparan radiasi.
  • Gangguan autoimun.
  • Cedera leher.

Selain faktor-faktor di atas, ada lagi penyebabnya yang belum disebutkan. Segera periksakan diri ke dokter guna mengetahui apa yang menyebabkan tumor ini muncul di leher Anda.

Baca Juga: Tumor: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, & Pencegahan

Diagnosis Tumor Colli

Diagnosis penting untuk dilakukan, sekalipun umumnya tumor ini bersifat jinak. Dokter akan melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan untuk mengidentifikasi faktor pencetus tumor yang dialami oleh pasien.

Berikut beberapa prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis:

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan keluhan yang dialami pasien.

  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Pernah memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya?
  • Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa?
  • Aktivitas apa saja yang dilakukan sehari-hari?
  • Makanan apa saja yang dikonsumsi?

2. Pemeriksaan fisik

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan merujuk pada ciri dan gejalanya, seperti menganalisis benjolan yang muncul, berat badan, hingga mengukur tekanan darah dan nadi pasien.

3. Pemeriksaan penunjang

Guna memastikan diagnosis yang diderita pasien, dokter juga perlu melakukan prosedur pemeriksaan penunjang

Berikut beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnosis, di antaranya:

  • USG

Ultrasonography (USG) adalah metode pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk memastikan diagnosis atas suatu penyakit.

Metode USG bertujuan untuk mengambil gambar bagian dalam tubuh dengan memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi.

Pada kasus penyakit ini, metode USG digunakan untuk melihat kondisi dari tumor yang ada pada leher penderita.

  • CT Scan

Metode pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan guna mengidentifikasi tumor colli adalah computed tomography atau CT scan. Apabila USG memanfaatkan gelombang suara, maka CT scan menggunakan medium komputer untuk mendapatkan citra tubuh bagian dalam.

Sama seperti USG, CT scan bertujuan untuk melihat kondisi tumor pada leher pasien, namun dengan hasil gambar yang lebih baik.

  • MRI

Alternatif metode pemeriksaan penunjang lainnya untuk diagnosis benjolan di leher adalah magnetic resonance imaging atau MRI. Metode ini menggunakan teknologi magnetik dan gelombang radio guna mendapatkan citra bagian dalam tubuh.

  • Biopsi

Sementara untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium, dokter akan melakukan biopsi, prosedur untuk mengambil sampel tumor di leher pasien. Pemeriksaan sampel ini penting dilakukan untuk menganalisis kemungkinan infeksi atau potensi tumor berkembang menjadi ganas.

Jenis Tumor Colli

Tumor ini terdiri dari beberapa jenis, dan hal ini berkaitan dengan penyebab serta letak dari tumor. Berikut ini beberapa jenis yang penting untuk Anda ketahui, di antaranya:

  • Tumor kelenjar tiroid (struma).
  • Tumor saluran pernapasan (tumor laring).
  • Tumor pada trakea.
  • Tumor kelenjar getah bening (limfoma, limfadenopati).
  • Tumor kelenjar air liur.
  • Tumor kelenjar lidah (tumor parotis).
  • Tumor dari otot leher

Cara Mengobati Tumor Colli

Setelah mendiagnosis penyebabnya, dokter dapat menentukan langkah atau metode pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Berikut beberapa penanganan yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Operasi

Apabila tumor di leher masih berstatus tumor jinak, maka pasien diminta untuk melakukan operasi pengangkatan tumor tersebut. Hal ini juga sebagai langkah pencegahan agar tumor tidak berkembang menjadi tumor ganas yang menyebabkan kanker.

2. Kemoterapi atau terapi radiasi

Pada kasus di mana tumor di leher sudah berkembang menjadi tumor ganas dan menyebabkan kanker, maka pengobatannya tentu saja dengan melakukan terapi-terapi khusus kanker, yakni kemoterapi, atau terapi radiasi.

3. Obat-Obatan

Sejatinya, pemberian obat-obatan lebih dimaksudkan untuk mengurangi gejala, misalnya seperti paracetamol atau ibuprofen untuk meredakan gejala nyeri. Benjolan leher yang disebabkan karena infeksi semisal TB perlu pengobatan dengan antibiotik.

Baca Juga: Perbedaan Tumor Ganas dan Jinak yang Sering Dianggap Sama Berbahaya!

Bagaimana Cara Mencegah Tumor Colli?

Apabila tumor di leher disebabkan oleh genetik, maka tak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Jika Anda dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit ini, maka cara mencegahnya adalah dengan menghindari faktor-faktor pemicunya.

Berikut ini adalah beberapa cara mencegahnya:

  • Hindari konsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet terlalu sering.
  • Konsumsi makanan bergizi.
  • Hindari paparan radiasi.
  • Olahraga teratur.
  • Istirahat yang cukup.

Seperti yang sudah disinggung di atas, penyakit ini bisa berbahaya bisa tidak.  Apabila terjadi perlu diagnosis segera untuk mengetahui sifat tumor jinak atau ganas. Apabila ganas perlu segera mendapatkan pengobatan kemoterapi atau radiasi.

Selain itu, terapkan pola hidup sehat karena sedikit banyak, gaya hidup juga bisa memicu timbulnya tumor.

 

  1. Dugdale, David C. 2020. Tumor. https://medlineplus.gov/ency/article/001310.htm. (Diakses pada 14 Juli 2022)
  2. Lights, Verneda dan Tricia K. 2019. What’s Causing This Lump on My Neck?. https://www.healthline.com/health/neck-lump. (Diakses pada 14 Juli 2022)
  3. Fried, Marvin P. 2021. Neck Lump. https://www.msdmanuals.com/home/ear,-nose,-and-throat-disorders/symptoms-of-nose-and-throat-disorders/neck-lump. (Diakses pada 14 Juli 2022)
  4. Vorvick, Linda J. 2021. Neck lump. https://medlineplus.gov/ency/article/003098.htm (Diakses pada 14 Juli 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi