Terbit: 11 March 2020 | Diperbarui: 21 January 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Salah satu jenis penyakit yang umum terjadi dan harus Anda waspadai adalah tetanus. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit tetanus ini mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga pencegahannya.

Tetanus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

Apa Itu Tetanus?

Tetanus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini menghasilkan racun yang menyerang otak dan sistem saraf, kemudian menyebabkan kekakuan pada otot. Jika bakteri Clostridium tetani mengendap pada luka, neurotoksin akan menyerang saraf yang mengontrol pergerakan otot.

Bakteri Clostridium tetani bisa kita temui di manapun, seperti tanah, debu, kotoran hewan dan manusia, permukaan kulit, alat berkarat seperti paku, kawat berduri, dan jarum. Bakteri ini sangat tahan terhadap panas, pada antiseptik, dan bertahan hidup selama bertahun-tahun.

Penyakit yang juga disebut lockjaw ini dapat menyebabkan kejang otot yang parah, kesulitan bernapas, dan akhirnya dapat berakibat fatal. Meskipun ada pengobatan tetanus, tetapi tidak efektif. Pencegahan tetanus yang terbaik adalah dengan mendapatkan vaksin.

Menurut WHO kematian akibat penyakit ini di seluruh dunia pada 1997 sekitar 275.000 dan pada 2011 sekitar 14.132 kasus.

Prevalensi penyakit tersebut masih lebih tinggi di tempat bersumber daya rendah daripada di negara maju, dengan tingkat kematian 20% hingga 45%. Jumlah kematian bervariasi berdasarkan ketersediaan sumber daya di bidang pelayanan kesehatan.

Jenis Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang terdiri dari beberapa jenis, dari yang paling umum hingga yang kurang umum, berikut di antaranya:

1. Tetanus Umum

Jenis yang pertama adalah bentuk paling umum, dengan jumlah lebih dari 80% kasus terkena infeksi ini. Gejala awal yang paling umum adalah kejang pada otot rahang (lockjaw). Kondisi ini termasuk kejang yang menyakitkan pada bagian otot lain di leher, badan, dan anggota tubuh utama lainnya.

Kelainan sistem saraf, serta berbagai komplikasi yang berkaitan dengan kejang parah dan rawat inap yang berkepanjangan, dapat menyertai penyakit ini. Perawatan penyakit bervariasi dan tergantung pada: tingkat kekebalan sebelumnya, jumlah racun dalam tubuh, usia dan kesehatan tubuh.

2. Tetanus Lokal

Jenis ini hanya menyerang otot-otot di sekitar lokasi infeksi atau luka. Kejang cenderung ringan dan berlangsung beberapa minggu, meskipun kadang-kadang penyakit ini dapat berkembang menjadi tetanus umum akibat penurunan kekebalan tubuh.

3. Tetanus Sefalik

Jenis ini biasanya terjadi setelah mengalami cedera pada kepala seperti fraktur tengkorak, luka robek, atau bahkan cabut gigi. Gejala yang paling umum seperti kelumpuhan saraf wajah, yang mengakibatkan lockjaw, Bell’s palsy, atau kelopak mata atas terkulai (ptosis). Jenis tetanus ini hampir sering berkembang menjadi tetanus umum dan cenderung lebih serius, dengan risiko kematian sekitar 15 hingga 30 persen.

4. Tetanus Neonatal

Jenis berikutnya dapat menyerang bayi baru lahir dari ibu yang belum divaksin. Bayi tidak memiliki kekebalan tubuh bawaan terhadap bakteri Clostridium tetani, sehingga rentan terhadap infeksi –  paling sering akibat tali pusar terinfeksi.

Gejala jenis ini biasanya bertahan dalam seminggu dan lebih dari 70 persen berisiko kematian. Tetanus neonatal menjadi penyebab utama kedua penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin pada anak-anak di seluruh dunia.

Penyebab Tetanus

Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh spora bakteri, Clostridium tetani, yang menghasilkan racun. Ketika bakteri mengontaminasi luka pada kulit (biasanya melalui benda yang  terkontaminasi), kemudian tumbuh menjadi bakteri yang dapat menghasilkan racun kuat, tetanospasmin. Racun ini dapat merusak saraf yang mengendalikan otot-otot (motor neuron). Racun ini juga dapat menyebabkan kekakuan dan kejang otot, yang menjadi tanda dan gejala dari penyakit ini.

Biasanya, penyebab penyakit ini karena seseorang belum divaksinasi atau pada orang dewasa yang tidak mendapatkan suntikan booster 10 tahun. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dari orang ke orang.

Faktor Risiko Tetanus

Selain itu, bakteri Clostridium tetani lebih cenderung menginfeksi luka tertentu pada kulit. Luka ini termasuk:

  1. Luka yang terkontaminasi kotoran (feses) atau ludah (air liur)
  2. Luka yang disebabkan benda tajam (luka tusukan), seperti kuku atau jarum
  3. Luka bakar
  4. Cidera akibat tekanan atau benturan benda tumpul
  5. Cidera dengan jaringan mati

Bakteri penyebab peenyakit mematikan ini juga dapat menginfeksi tubuh melalui luka di kulit yang diakibatkan oleh:

  1. Membersihkan luka superfisial (ketika hanya lapisan kulit paling atas yang terkikis)
  2. Prosedur pembedahan
  3. Gigitan serangga
  4. Infeksi gigi
  5. Fraktur majemuk (patah pada tulang di mana tulang terbuka)
  6. Luka dan infeksi kronis
  7. Penggunaan obat intravena (IV)
  8. Suntikan intramuskular (suntikan diberikan pada otot)

Masa inkubasi (waktu sejak terpapar penyakit) biasanya antara 3 hingga 21 hari (rata-rata 10 hari). Tetapi, mungkin berkisar satu hari hingga beberapa bulan, tergantung pada jenis luka. Sebagian besar kasus terjadi selama 14 hari. Secara umum, dokter mengamati masa inkubasi yang lebih pendek dengan; Luka yang sangat terkontaminasi, penyakit yang lebih serius, dan hasil yang lebih buruk (prognosis).

Gejala Tetanus

Tanda dan gejala penyakit biasanya muncul sekitar 7 hingga 10 hari setelah awal infeksi. Tetapi, ciri-ciri tetanus juga muncul selama 4 hari hingga sekitar 3 minggu, dan bahkan beberapa kasus terjadi selama berbulan-bulan.

Kejang otot dan kaku termasuk tanda-tanda dari penyakit ini. Kekakuan biasanya terjadi pada otot yang berfungsi untuk mengunyah pada rahang atas dan bawah, sehingga disebut lockjaw. Kejang otot kemudian menyebar ke leher dan tenggorokan, yang menyebabkan sulit menelan. Penderitanya sering mengalami kejang pada otot wajahnya.

Sulit bernapas dapat terjadi karena otot kaku pada leher dan dada. Maski jarang, kondisi ini juga terjadi pada otot perut dan tungkai. Bahkan dalam kasus yang parah, tulang belakang bisa melengkung ke belakang saat otot-otot punggung terserang. Kondisi ini biasanya terjadi saat anak-anak mengalami infeksi tersebut.

Selain gejala tersebut, berikut ini ciri-ciri yang muncul berdasarkan jenis penyakit:

1. Tetanus Umum

Tanda-tanda yang sering muncul seperti trismus (rahang kaku), opistotonus  (punggung melengkung), risus sardonicus (wajah seperti meringis), sesak, kekakuan punggung dan leher kaku, otot kaku, sulit menelan, dan gelisah. Kejang refleks dipicu oleh rangsangan eksternal seperti kebisingan, cahaya atau sentuhan.

2. Tetanus Lokal

Jenis ini adalah kondisi yang jarang terjadi. Gejala hanya muncul pada tempat di mana masuknya bakteri Clostridium tetani, dan biasanya terjadi anggota tubuh utama, yang ditandai dengan kejang yang intens dan bahkan menyakitkan pada kasus yang parah.

3. Tetanus Sefalus

Ciri-ciri tetanus sefalus ditandai dengan kelumpuhan saraf kranial motorik, biasanya terjadi pada saraf wajah. Kondisi ini terjadi akibat cedera kepala atau infeksi telinga tengah.

4. Tetanus Neonatal

Adalah bentuk umum dari tetanus pada bayi baru lahir, yang biasanya terkontaminasi bakteri Clostridium tetani pada tali pusar. Kondisi ini terjadi akibat persalinan yang tidak bersih dan perawatan tali pusat yang tidak benar. Bayi baru lahir dari ibu yang tidak diimunisasi berisiko tinggi terhadap toksin.

Gejala muncul ketika berusia 3-14 hari, gejala seperti lekas marah, sulit mengisap atau menyusu, otot kaku, wajah meringis, punggung melengkung dan kejang parah yang ditimbulkan oleh rangsangan suara, cahaya dan sensorik.

Komplikasi Tetanus

Jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan, risiko komplikasi yang mengancam jiwa lebih tinggi dan angka kematian dari 40 hingga 76 persen. Komplikasi dari penyakit ini di antaranya:

1. Patah Tulang

Terkadang dalam kasus yang parah, kejang otot dan kejang-kejang dapat menyebabkan patah tulang.

2. Pneumonia Aspirasi

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat terjadi jika sekresi atau isi lambung terhirup, yang menyebabkan pneumonia.

3. Laringospasme

Kotak suara mengalami kejang yang dapat berlangsung hingga satu menit dan menyebabkan kesulitan bernapas. Bahkan dalam kasus yang parah, penderita dapat mengalami  kematian karena lemas.

4. Kejang Tetanik

Penderita tetanus dapat mengalami kejang akibat infeksi yang menjalar ke otak.

5. Emboli Paru

Pembuluh darah pada paru-paru yang tersumbat dapat mengganggu saluran pernapasan dan peredaran darah. Biasanya, penderita akan sangat membutuhkan terapi oksigen dan obat anti-pembekuan darah.

6. Gagal Ginjal Akut

Kejang otot yang parah dapat menyebabkan kerusakan pada otot rangka yang mengakibatkan protein otot bocor ke dalam urine. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal ginjal yang parah.

7. Kematian

Kejang otot yang diinduksi infeksi (tetanik) parah dapat menyebabkan gangguan atau henti napas. Gagal pernapasan merupakan penyebab kematian paling sering.

Kekurangan suplai oksigen juga dapat menyebabkan henti jantung dan kematian. Selain itu, pneumonia juga dapat menyebabkan kematian.

Diagnosis Tetanus

Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan ciri-ciri oleh dokter, seperti kekakuan otot dan kejang yang menyakitkan.

Tetanus biasanya tidak didiagnosis melalui tes laboratorium. Tetapi, dokter akan melakukan tes laboratorium untuk membantu mengatasi penyakit dengan gejala yang sama, seperti meningitis, infeksi bakteri yang menyerang otak dan sumsum tulang belakang, atau rabies, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan otak.

Selain pemeriksaan di atas, Dokter juga akan mendiagnosis penyakit ini berdasarkan riwayat vaksin atau imunisasi. Jika belum mendapatkan imunisasi atau terlambat mendapatkan suntikan booster, mungkin Anda berisiko terjangkit penyakit lebih tinggi.

Tes laboratorium jarang digunakan untuk diagnosis. Tetapi, beberapa laboratorium rujukan dapat menentukan apakah penderitanya memiliki kadar antitoksin serum yang protektif, dan dengan demikian tes positif mendeteksi kadar antitoksin yang menunjukkan bahwa diagnosis tidak bisa dilakukan.

Pengobatan Tetanus yang Alami

Luka akibat terkena tusukan atau luka dalam lainnya, gigitan binatang, atau luka yang kotor dapat membuat seseorang berisiko lebih tinggi terkena infeksi penyakit ini. Jika lukanya dalam dan kotor, terutama jika tidak yakin kapan terakhir divaksinasi, segera dapatkan penanganan medis. Biarkan luka yang kotor tetap terbuka untuk menghindari bakteri terjebak pada luka yang diperban.

Membersihkan lukan mungkin perlu dilakukan, Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik dan suntikan vaksin toxoid. Jika sebelumnya sudah divaksinasi, tubuh harus segera membuat antibodi yang dibutuhkan agar terhindar dari penyakit ini.

Sementara jika memiliki luka kecil, berikut beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membantu mencegah tetanus:

1. Kendalikan Perdarahan

Jika mengalami pendarahan, berikan tekanan langsung pada area luka untuk mengendalikan perdarahan dan pastikn area luka dalam keadaan bersih.

Setelah pendarahan berhenti, bilas luka dengan air bersih yang mengalir. Bersihkanlah area luka menggunakan sabun dan waslap. Jika ada sesuatu atau benda asing yang melekat pada luka, periksakanlah ke dokter.

2. Menggunakan Antibiotik

Jika lukanya sudah dibersihkan, oleskanlah krim atau salep antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak akan membuat luka cepat sembuh, melainkan hanya mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi.

Kandungan tertentu dalam beberapa salep dapat menyebabkan ruam ringan pada beberapa orang. Jika Anda mengalami ruam, segera hentikan penggunaan salep.

3. Tutupi Lukanya

Paparan udara pada luka mungkin dapat mempercepat penyembuhan, tetapi perban dapat memastikan luka tetap bersih dan mencegah bakteri berbahaya. Lepuh pada kulit yang mengeluarkan cairan sangat rentan. Jadi, tutuplah luka sampai keropeng terbentuk.

4. Ganti Balutan

Pengobatan tetanus berikutnya, gantilah balutan lama dengan yang baru setidaknya sekali sehari atau setiap kali balutan basah atau kotor – dapat membantu mencegah infeksi.

Jika alergi terhadap perekat perban, gunakanlah balutan yang bebas perekat atau kain kasa dan pita kertas steril.

Obat Tetanus

Belum ada obat untuk penyakit ini, namun penyakit ini memerlukan perawatan dengan obat-obatan untuk mengurangi gejala, di antaranya:

1. Antitoksin

Dokter mungkin akan meresepkan antitoksin, seperti tetanus immunoglobulin . Namun, antitoksin hanya dapat menetralkan racun yang belum terikat pada jaringan saraf.

2. Antibiotik

Guna melawan bakteri yang menjadi penyebabnya, Dokter mungkin juga akan meresepkan anda dengan antibiotik, baik secara oral atau injeksi.

3. Vaksin

Setelah didiagnosa terkena tetanus, penderita harus mendapatkan vaksin tetanus sesegera mungkin.

4. Obat Penenang

Penyakit ini menyebabkan seseorang mengalami kejang pada otot, Dokter biasanya akan menggunakan obat penenang yang kuat untuk mengontrol kejang otot.

5. Obat Lainnya

Selain obat di atas, obat-obatan seperti magnesium sulfat dan beta blocker tertentu dapat digunakan untuk mengatur aktivitas otot tidak sadar, seperti detak jantung dan pernapasan. Morfin juga dapat digunakan untuk tujuan yang sama serta sedasi.

Pencegahan Tetanus

Semua jenis kasus pada orang dewasa dapat dicegah menggunakan imunisasi aktif dengan toksoid (toksin tetanospasmin yang tidak aktif), pada kasus tetanus neonatal dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan teknik steril secara hati-hati untuk memutuskan tali pusat dan kemudian (pada usia 2 bulan), memulai imunisasi aktif.

Ada dua vaksin utama yang dianjurkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Untuk anak-anak, DTaP (difteri dan tetanus dan aselular pertusis) dapat digunakan.

Sementara untuk orang dewasa yang tidak diimunisasi dan vaksin booster, Tdap (tetanus dan pengurangan jumlah difteri dan vaksin kombinasi pertusis aselular) yang dianjurkan. Tdap dianjurkan (oleh CDC) atas vaksin kombinasi Td yang lebih tua, karena kasus pertusis (batuk rejan) telah meningkat.

Vaksinasi

Pencegahan penyakit dengan vaksin secara rutin dapat diberikan kepada anak-anak dengan suntikan toksoid difteri dan tetanus dan aselular pertusis (DTaP). Vaksin DTaP terdiri dari lima suntikan, biasanya diberikan pada lengan atau paha anak-anak ketika berusia:

  • 2 bulan
  • 4 bulan
  • 6 bulan
  • 15 hingga 18 bulan
  • 4 hingga 6 tahun

Sementara booster biasanya diberikan antara usia 11 dan 18 tahun, dan kemudian booster lain setiap 10 tahun. Jika bepergian ke daerah di mana tetanus terjadi, Anda harus memeriksakan diri ke dokter.

Vaksin Booster

Pencegahan penyakit dengan vaksin booster tetanus biasanya diberikan dalam kombinasi dengan booster vaksin difteri (Td). Sejak 2005, vaksin tetanus, difteri dan pertusis (Tdap) digunakan pada remaja dan orang dewasa di bawah usia 65 tahun untuk memastikan pencegahan berkelanjutan terhadap pertusis.

Remaja dianjurkan mendapatkan dosis Tdap, biasanya diberikan antara usia 11 dan 12, dan penguat Td setiap 10 tahun sesudahnya. Jika belum pernah mendapatkan dosis Tdap, gantilah dengan dosis pendorong Td Anda berikutnya dan kemudian lanjutkan dengan penguat Td.

Jika bepergian ke luar negeri, terutama ke negara berkembang di mana tetanus sudah berkmbang, pastikanan Anda masih memiliki kekebalan tubuh. Cari tahu informasi terbaru tentang vaksinasi, mintalah ke dokter untuk memeriksa status vaksinasi Anda secara teratur.

Jika anak tidak divaksin tetanus, konsultasikan dengan dokter tentang bagaimana mendapatkan vaksin Tdap.

Orang yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap dan memiliki luka rawan tetanus harus mendapatkan imunisasi tambahan  selain antibodi tetanus (human tetanus imunoglobulin atau TIG).

Antibodi tetanus (TIG) akan mencegah penyakit dalam jangka pendek. Bagi pasien yang rentan terhadap kombinasi vaksin (DTaP atau Tdap), terdapat vaksin lain untuk melawan tetanus (misalnya, Td), tetapi dokter harus menentukan jadwal dosis.

Efek Samping Vaksin

Suntikan vaksin terasa agak menyakitkan, yang mungkin karena beberapa faktor seperti:

  • Memasukkan bahan asing ke dalam otot
  • Menjalarnya serat otot untuk memberikan ruang bagi volume vaksin
  • Respons kekebalan tubuh

Tetapi, rasa sakit tidak seharusnya tidak mencegah orang untuk mendapatkan imunisasi atau mendapatkan vaksin booster.

Kebanyakan kasus, rasa sakit tidak berlangsung lama. Meski jarang, efek samping yang lebih serius dapat terjadi (alergi tetanus toksoid), dan orang dengan kondisi ini seharusnya tidak mendapatkan suntikan tetanus tetapi berkonsultasi dengan dokter tentang perawatan yang tepat.

Sementara orang yang memiliki masalah indeks glikemik (IG) mungkin mengalami gejala-gejala yang lebih buruk karena toksoid tetanus yang dapat menurunkan jumlah trombosit dan menurunkan kemampuan tubuh untuk membentuk gumpalan darah.

 

  1. Bae, Crystal dan Daniele Bourget. 2019. Tetanus. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/. (Diakses 11 Oktober 2019)
  2. Felman, Adam. 2017. Everything you need to know about tetanus. https://www.medicalnewstoday.com/articles/163063.php. (Diakses 11 Oktober 2019)
  3. Myhre, James dan Dennis Sifris. 2019. An Overview of Tetanu. https://www.verywellhealth.com/tetanus-overview-4165512. (Diakses 11 Oktober 2019)
  4. CDC. 2019. About Tetanus. https://www.cdc.gov/tetanus/about/index.html. (Diakses 11 Oktober 2019)
  5. Disease factsheet about tetanus. https://www.ecdc.europa.eu/en/tetanus/facts. (Diakses 11 Oktober 2019)
  6. Mayo Clinic. 2019. Tetanus. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tetanus/symptoms-causes/syc-20351625. (Diakses 11 Oktober 2019)
  7.  Davi, Charles P. 2018. Tetanus. https://www.emedicinehealth.com/tetanus/article_em.htm#self-care_at_home_to_avoid_tetanus. (Diakses 11 Oktober 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi