Striktur uretra adalah penyempitan pada uretra yang menyebabkan kesulitan untuk berkemih. Simak informasi selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!
Apa Itu Striktur Uretra?
Striktur uretra adalah penyempitan pada uretra yang dapat menghambat aliran berkemih akibat luka dari pembengkakan, cedera, atau infeksi. Uretra adalah saluran seperti selang yang membawa urine dari kandung kemih sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
Sebagian besar pria penderita striktur akan mengalami peningkatan ketidaknyamanan saat buang air kecil dan melambatnya aliran urine. Kondisi ini berkembang secara bertahap dan menyebabkan mengejan saat kencing.
Dalam sejumlah kasus lainnya, tanda dan gejala penyakit yang sering menyerang pria ini akan muncul secara tiba-tiba, dan ini harus segera membutuhkan perawatan medis.
Gejala Striktur Uretra
Striktur uretra adalah penyakit yang dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga berat. Sejumlah tanda dan gejala penyempitan uretra, di antaranya:
- Aliran urine lemah atau penurunan jumlah urine.
- Buang air kecil mendadak dan lebih sering.
- Pengosongan kandung kemih tidak tuntas.
- Ketidakmampuan untuk buang air kecil (retensi urine)
- Sering memulai dan menghentikan aliran urine.
- Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
- Ketidakmampuan menahan buang air kecil (inkontinensia urine).
- Nyeri panggul atau perut bagian bawah.
- Keluarnya cairan dari uretra (selain urine).
- Pembengkakan penis dan nyeri.
- Darah di air mani atau urine.
- Urine berwarna agak gelap.
Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?
Segera ke dokter untuk mendapatkan pengobatan medis jika mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Ketidakmampuan untuk buang air kecil sama sekali (retensi urine), ini merupakan keadaan darurat medis.
- Mengalami hidronefrosis (pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine).
- Peradangan prostat (prostatitis).
- Infeksi saluran kemih (ISK).
Penyebab Striktur Uretra
Striktur uretra adalah penyempitan uretra akibat peradangan atau bekas luka (jaringan parut) di dinding uretra.
Peradangan dan jaringan parut dapat terjadi akibat banyak faktor, di antaranya:
- Trauma atau cedera pada uretra atau panggul.
- Prosedur medis yang memasukkan alat ke dalam uretra, seperti endoskop.
- Penggunaan selang tipis (kateter) singkat atau jangka panjang yang dimasukkan melalui uretra untuk mengosongkan kandung kemih.
- Operasi prostat, hipospadia, dan implan penis.
- Benign prostatic hyperplasia (BPH), yaitu pembesaran kelenjar prostat.
- Kanker uretra atau prostat.
- Terapi radiasi
- Infeksi saluran kemih (ISK) yang tidak diobati atau berulang.
- Infeksi menular seksual (IMS), termasuk gonore dan klamidia.
Faktor Risiko Striktur Uretra
Sebagian pria memiliki risiko tinggi mengalami penyempitan uretra, terutama memiliki faktor yang menjadi penyebab striktur uretra berikut:
- Memiliki satu atau lebih jenis infeksi menular seksual.
- Pernah menjalani pemasangan kateter.
- Mengalami uretritis.
- Pembengkakan prostat.
Diagnosis Striktur Uretra
Dokter mungkin akan melakukan beberapa pendekatan untuk mendiagnosis striktur uretra, di antaranya:
1. Meninjau Gejala dan Riwayat Medis
Dokter akan menanyakan tanda dan gejala yang pasien rasakan. Dokter mungkin juga menanyakan riwayat penyakit sebelumnya untuk menentukan apakah satu atau lebih faktor risiko yang menjadi penyebab striktur uretra.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sederhana pada area penis dapat membantu dokter mengidentifikasi adanya penyakit ini. Misalnya, dokter akan mudah mengamati kemerahan (atau keluarnya cairan uretra) dan mencari tahu apakah terdapat satu area atau lebih yang keras atau bengkak.
3. Prosedur Tes
Guna membuat diagnosis striktur uretra yang akurat, dokter juga dapat menyarankan untuk melakukan satu atau lebih tes berikut:
- Sistoskopi. Tes dengan memasukkan selang kecil yang disematkan kamera di ujungnya ke dalam tubuh untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan uretra.
- Uretroskopi. Selama tes ini, dokter memasukkan teropong tipis ke dalam uretra untuk melihat lokasi penyempitan uretra.
- Retrograde urethrogram. Tes ini memasukkan pewarna kontras khusus ke dalam uretra di ujung penis dan memantau perkembangan pewarna menggunakan perangkat sinar-X fluoroskopi.
- Pencitraan. Pencitraan ini seperti pemindaian MRI (magnetic resonance imaging), CT (computed tomography) scan, dan ultrasound, yang memungkinkan dokter melihat uretra dan struktur di sekitarnya.
Berikut beberapa tes lainnya:
- Mengukur laju aliran air seni saat buang air kecil.
- Menganalisis sifat fisik dan kimia urine untuk menentukan keberadaan bakteri atau darah.
- Pemeriksaan untuk IMS seperti klamidia dan gonore (kencing nanah).
Pengobatan Striktur Uretra
Perawatan untuk penyakit ini tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Berikut ini adalah beberapa cara mengobati striktur uretra:
1. Pengobatan Non-Operasi
Pengobatan utamanya adalah melebarkan uretra menggunakan dilator. Penggunaan alat medis ini adalah prosedur rawat jalan. Dokter akan memasukkan kawat kecil melalui uretra dan ke dalam kandung kemih untuk memulai pelebaran uretra. Seiring waktu, pemasangan dilator yang lebih besar secara bertahap akan memperlebar uretra.
Pengobatan nonoperasi lainnya adalah pemasangan kateter urine permanen. Prosedur ini biasanya pada striktur uretra yang berat. Pembedahan ini memiliki risiko, termasuk iritasi kandung kemih dan infeksi saluran kemih.
2. Operasi
Operasi adalah pilihan lain untuk mengobati penyakit ini. Uretroplasti terbuka merupakan pilihan untuk mengatasi penyempitan uretra yang lebih lama dan lebih parah. Prosedur ini dengan pengangkatan jaringan yang terkena dan rekonstruksi uretra. Hasil operasi bervariasi berdasarkan ukuran striktur.
Pilihan operasi lainnya adalah uretrotomi, yaitu pemotongan striktur dengan laser atau pisau bedah khusus dengan panduan uretroskopi.
3. Pengalihan Aliran Urine
Jika memiliki striktur berat, prosedur pengalihan urine lengkap mungkin diperlukan. Operasi ini secara permanen untuk mengalihkan aliran urine ke lubang di perut.
Operasi melibatkan penggunaan bagian usus untuk membantu menghubungkan ureter ke lubang. Pengalihan urine biasanya dilakukan jika kandung kemih rusak parah atau jika memerlukan untuk diangkat.
Komplikasi Striktur Uretra
Sekitar 90% pria penderita penyakit ini mengalami komplikasi. Perawatan penyakit striktur uretra dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi setelah menjalani operasi uretra, di antaranya:
- Perdarahan
- Infeksi
- Inkontinensia urine
- Impotensi
- Kekambuhan penyempitan uretra.
Pencegahan Striktur Uretra
Penyakit ini tidak selalu dapat Anda cegah, tetapi ada beberapa langkah yang bisa mengurangi risikonya. Berikut adalah beberapa cara dapat membantu mencegah striktur uretra:
- Jika harus melakukan kateter secara mandiri (memasukkan kateter sendiri untuk mengeluarkan urine), gunakanlah gel pelumas dan kateter sekecil mungkin untuk jangka waktu sesingkat mungkin.
- Menggunakan pelindung atau penghalang selama aktivitas seksual untuk membantu mencegah penularan klamidia atau gonore.
- Hindari berhubungan seksual dengan pasangan yang mengalami infeksi.
- Menjalani tes IMS secara teratur, termasuk gonore dan klamidia, dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
- Memakai alat pelindung yang sesuai saat berolahraga untuk mencegah cedera panggul.
- Lazzeri, Massimo et al. 2015. Incidence, Causes, and Complications of Urethral Stricture Disease. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1569905615000652. (Diakses pada 14 Agustus 2020)
- Mayo Clinic Staff. 2018. Urethral stricture. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urethral-stricture/symptoms-causes/syc-20362330. (Diakses pada 14 Agustus 2020)
- Nall, Rachel. 2019. Urethral stricture: Everything you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324983. (Diakses pada 14 Agustus 2020)
- O’Connell, Krista. 2012. Urethral Stricture. https://www.healthline.com/health/urethral-stricture. (Diakses pada 14 Agustus 2020)