Terbit: 17 December 2020 | Diperbarui: 26 January 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Stres oksidatif adalah reaksi di dalam tubuh yang jika sampai terjadi pada Anda, dampaknya akan sangat buruk bagi tubuh karena bisa memicu timbulnya penyakit-penyakit berbahaya. Kenali lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari penyebab, faktor risiko, dampak, hingga apa saja yang bisa Anda lakukan guna mencegahnya.

Stres Oksidatif: Penyebab, Faktor Risiko, Dampak, Pencegahan

Apa Itu Stres Oksidatif?

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan antara zat radikal bebas dengan antioksidan tubuh. Radikal bebas sendiri merupakan molekul-molekul kimia yang tercipta sebagai dampak dari interaksi antara tubuh dengan oksigen (proses oksidasi). Selain itu, kemunculan radikal bebas ini bisa dari faktor-faktor eksternal seperti rokok dan paparan sinar matahari.

Sebenarnya, radikal bebas tidak selalu buruk. Pada kondisi normal, molekul ini berperan dalam menghadang patogen pemicu infeksi.

Namun, sifatnya yang sangat reaktif terhadap molekul tubuh lainnya justru bisa menyebabkan kerusakan pada sel, DNA, dan protein tubuh apabila jumlahnya terlalu berlebihan dan tidak diimbangi dengan kadar antioksidan yang cukup.

 

Penyebab & Faktor Risiko Stres Oksidatif

Ini beberapa penyebab mendasarinya:

1. Penyebab Stres Oksidatif

Pada dasarnya, setiap hari tubuh kita menghasilkan radikal bebas secara alami. Hal ini biasanya akibat sejumlah faktor seperti kegiatan olahraga atau peradangan (inflamasi). Namun, tubuh memiliki mekanisme alaminya sendiri untuk mencegah radikal bebas menjadi invasif, yakni melalui peran zat antioksidan.

Mengapa bisa sampai terjadi stres okisdatif, hal ini memiliki penyebab yaitu kadar radikal bebas di dalam tubuh yang terlalu banyak, sementara kadar antioksidan rendah. Padahal, antioksidan inilah yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas sekaligus memperbaiki sel, DNA, maupun protein tubuh yang mengalami kerusakan akibat stres oksidatif tersebut.

Kurangnya asupan makanan yang mengandung antioksidan pun menjadi ‘biang keladi’ dari rendahnya volume antioksidan di dalam tubuh. Oleh sebab itu, sangat penting bagi Anda untuk menerapkan diet kaya antioksidan setiap hari.

2. Faktor Risiko Stres Oksidatif

Selain kurangnya asupan antioksidan dari makanan sehari-hari, ada sejumlah faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko tubuh mengalami stres oksidatif. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Ozon
  • Pestisida dan pembersih tertentu
  • Asap rokok
  • Radiasi
  • Polusi udara

Tidak hanya itu, diet tinggi gula, lemak, dan alkohol juga dapat berkontribusi pada meningkatnya produksi radikal bebas yang berujung pada kondisi ini.

Dampak Buruk Stres Oksidatif bagi Tubuh

Oksidasi adalah proses normal dan perlu yang terjadi di tubuh Anda. Sebaliknya, stres oksidatif terjadi bila ada ketidakseimbangan antara aktivitas radikal bebas dan aktivitas antioksidan. Ketika ada lebih banyak radikal bebas daripada yang dapat dijaga keseimbangannya oleh antioksidan, radikal bebas dapat mulai merusak jaringan lemak, DNA, dan protein.

Hal ini jika sampai terjadi dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Bahkan, sejumlah jenis penyakit kronis yang mengancam jiwa berawal dari adanya serangan radikal bebas. Penyakit yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Diabetes
  • Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah
  • Peradangan tubuh
  • Tekanan darah tinggi, yang juga dikenal sebagai hipertensi
  • Penyakit jantung
  • Penyakit neurodegeneratif, seperti Parkinson dan Alzheimer
  • Kanker

Selain itu, stres oksidatif juga kerap dikaitkan dengan kesehatan kulit. Ya, kondisi ini menurut penelitian terbukti berkontribusi terhadap penuaan kulit (aging).

 

Cara Mengendalikan & Mencegah Stres Oksidatif

Tidak mungkin untuk sepenuhnya menghindari paparan radikal bebas dan oxidative stress. Namun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk meminimalkan efek stres oksidatif pada tubuh. Hal utama yang dapat Anda lakukan adalah meningkatkan kadar antioksidan dan mengurangi pembentukan radikal bebas.

1. Konsumsi Makanan yang Mengandung Antioksidan

Salah satu metode untuk meminimalisir efek buruk dari kondisi ini adalah dengan memastikan bahwa Anda makan makanan yang kaya akan kandungan antioksidan. Makan buah dan sayuran adalah cara terbaik untuk membantu tubuh dalam menghasilkan antioksidan.

Contoh buah dan sayur yang kaya antioksidan meliputi:

  • Beri
  • Ceri
  • Buah sitrus
  • Plum
  • Sayuran berdaun hijau gelap (bayam, kale, dsb.)
  • Brokoli
  • Wortel
  • Tomat
  • Zaitun

Jenis makanan lainnya selain buah dan sayuran yang juga mengandung antioksidan meliputi:

  • Ikan
  • Kacang-kacangan
  • Kunyit
  • Teh hijau
  • Bawang
  • Bawang putih
  • Kayu manis

Jangan lupa juga untuk banyak mengonsumsi makanan maupun suplemen yang mengandung vitamin C dan E karena kedua vitamin tersebut juga efektif dalam melawan radikal bebas.

2. Penerapan Gaya Hidup Sehat

Menerapkan gaya hidup sehat lainnya juga dapat mencegah atau mengurangi stres oksidatif. Berikut contoh penerapan gaya hidup yang sehat:

  • Olahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas yang menurut sejumlah penelitian dapat membantu meningkatkan antioksidan alami dalam tubuh, serta meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress. Olahraga teratur pun kerap dikaitkan dengan peningkatan angka harapan hidup, efek penuaan yang lebih sedikit, dan penurunan risiko kanker serta penyakit kronis lainnya.
  • Jangan merokok. Kandungan zat dalam rokok dapat memicu peningkatan radikal bebas.
  • Berhati-hatilah dengan bahan kimia. Poin ini termasuk berhati-hati ketika membersihkan bahan kimia, menghindari paparan radiasi yang tidak perlu, dan waspada terhadap sumber paparan bahan kimia lainnya seperti pestisida yang terdapat pada makanan.
  • Sadar lingkungan. Inisiatif ramah lingkungan seperti carpooling membantu mengurangi produksi radikal bebas untuk Anda dan orang-orang di sekitar.
  • Kenakan tabir surya. Tabir surya mencegah kerusakan sel kulit akibat paparan sinar ultraviolet dari matahari.
  • Kurangi asupan alkohol. Mengonsumsi minuman beralkohol berdasarkan sejumlah penelitian dapat memicu peningkatan radikal bebas.
  • Istirahat yang cukup. Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan semua sistem tubuh Anda. Fungsi otak, produksi hormon, antioksidan dan keseimbangan radikal bebas, dan sejumlah hal lainnya bergantung pada kualitas dan kuantitas.
  • Hindari makan berlebihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa makan berlebihan membuat tubuh lebih rentan untuk mengalami stres oksidatif dibandingkan jika makan dengan interval waktu yang tepat, dan makan dalam porsi kecil atau sedang.

Itu dia informasi mengenai oxidative stress yang perlu Anda ketahui. Mengingat betapa bahayanya efek dari kondisi ini, maka pastikan untuk selalu menerapkan cara-cara yang dapat mencegah atau meminimalisir dampak buruknya tersebut.

 

  1. Dix, M. 2018. Everything You Should Know About Oxidative Stress. https://www.healthline.com/health/oxidative-stress (accessed on 17 December 2020)
  2. Eske, J. 2019. How does oxidative stress affect the body? https://www.medicalnewstoday.com/articles/324863 (accessed on 17 December 2020)
  3. Mandal, A. What is Oxidative Stress? https://www.news-medical.net/health/What-is-Oxidative-Stress.aspx (accessed on 17 December 2020)
  4. Yosahikawa, T dan Yuji, N. 2002. What is Oxidative Stress? JMAJ (45 (7): 271-276. Kyoto: Kyoto Prefectural University of Medicine. https://www.med.or.jp/english/pdf/2002_07/271_276.pdf (accessed on 17 December 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi