Terbit: 21 February 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Serangan jantung adalah kondisi di mana terjadi penyumbatan yang menghambat aliran darah ke jantung. Penyumbatan ini akibat terbentuknya plak di dinding pembuluh darah karena penumpukan lemak, kolesterol dan zat lainnya. Seseorang bisa jatuh tiba-tiba tanpa peringatan apapun diakibatkan jantung berhenti berdetak karena pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi menuju ke jantung terhambat.

Serangan Jantung: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Ketika jantung berhenti berdetak, dan aliran darah ke otak serta organ lainnya terhenti. Dalam hitungan detik, pasien berhenti bernapas dan tidak memiliki denyut nadi. Inilah yang disebut serangan jantung tiba-tiba.

– Iklan –

Penyebab Serangan Jantung

Serangan jantung disebabkan oleh aliran darah ke jantung tiba-tiba terganggu karena tersumbat oleh penumpukan plak di arteri. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh gumpalan darah atau pembuluh darah yang robek. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menjadi rusak dan mulai mati. Bila tidak segera mendapatkan perawatan, otot-otot jantung akan mengalami kerusakan permanen. Jika sebagian besar jantung rusak, jantung berhenti berdetak (henti jantung), yang mengakibatkan kematian.

Faktor Risiko Serangan Jantung

Berbagai faktor tertentu berisiko mengakibatkan penumpukan lemak (atherosclerosis) yang mempersempit arteri di seluruh tubuh. Sebagai pencegahan, menjaga kesehatan atau menghilangkan beberapa faktor dapat mengurangi risiko.

Sejumlah faktor risiko yang menjadi penyebab serangan jantung meliputi:

1. Usia

Pria yang berusia 45 tahun atau lebih tua dan wanita berusia 55 tahun atau lebih tua lebih cenderung mengalami serangan jantung daripada pria dan wanita yang lebih muda.

2. Merokok

Perokok aktif dan mereka yang terpapar asap rokok jangka panjang (perokok pasif), berisiko terkena gangguan jantung.

3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi seiring waktu dapat merusak arteri yang memberi nutrisi ke jantung. Hipertensi yang terjadi dengan kondisi lain, seperti obesitas, kolesterol tinggi atau diabetes, bahkan meningkatkan risiko penyakit ini.

4. Diabetes

Tidak cukupnya produksi hormon yang dikeluarkan oleh pankreas (insulin) atau tidak merespons insulin dengan baik mengakibatkan kadar gula darah melonjak naik, yang pada akhirnya meningkatkan risiko gangguan jantung ini.

5. Kolesterol Darah Tinggi atau Kadar Trigliserida

Kolesterol LDL (kolesterol jahat) yang meningkat kemungkinan besar akan mempersempit arteri. Trigliserida tingkat tinggi, sejenis lemak darah yang berhubungan dengan diet, juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Namun, kolesterol HDL (kolesterol baik) dapat menurunkan risiko.

6. Obesitas

Kelebihan berat badan juga terkait dengan kadar kolesterol darah yang naik, kadar trigliserida naik, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Oleh karena itu, penurunan berat badan 10 persen saja dapat mengurangi risiko.

7. Sindrom Metabolik

Kondisi ini terjadi ketika tubuh mengalami obesitas, hipertensi dan gula darah tinggi. Mengalami sindrom metabolik membuat Anda dua kali lebih berisiko terserang penyakit jantung.

8. Riwayat Keluarga

Anggota keluarga seperti saudara kandung, orang tua atau kakek-nenek yang mengalami serangan jantung dini (usia 55 tahun untuk pria dan usia 65 tahun untuk saudara wanita), Anda kemungkinan berisiko lebih tinggi terkena panyakit ini.

8. Kurangnya Aktivitas Fisik

Tubuh kurang beraktivitas dapat memicu kadar kolesterol darah naik dan mengalami obesitas. Tentu kondisi ini berisiko.

Dibanding orang yang jarang bergerak, mereka yang sering berolahraga secara teratur memiliki kebugaran kardiovaskular yang lebih baik dan menurunkan tekanan darah tinggi.

10. Stres

Gangguan mental karena tekanan juga berisiko serangan jantung. Orang tertentu mungkin merespons stres dengan cara yang dapat meningkatkan risiko.

11. Kondisi Autoimun

Memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti rheumatoid arthritis atau lupus dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

12. Riwayat Preeklampsia

Mengalami kondisi ini sebelumnya dapat menyebabkan hipertensi selama kehamilan dan meningkatkan risiko penyakit jantung seumur hidup.

Gejala Serangan Jantung

Penyakit jantung ini bisa muncul secara tiba-tiba, namun terkadang, bisa juga muncul tanda dan gejala awal sebelum mengalami serangan. Ciri-ciri serangan jantung awal biasanya berupa sakit pada bagian dada atau angina. Kondisi ini dipicu oleh kelelahan saat bekerja dan reda dengan beristirahat. Angina sendiri terjadi karena pasokan darah menuju jantung berkurang. Sementara itu, gejala serangan jantung lainnya meliputi:

  • Ketidaknyamanan, sensasi tekanan, sesak atau dada terasa diremas.
  • Rasa sakit di bagian tubuh lainnya, seperti rasa sakit yang merambat dari dada ke lengan (biasanya lengan kiri, tetapi bisa di kedua lengan), rahang, leher, punggung, dan perut.
  • Perut terasa penuh, gangguan pencernaan, atau perasaan tersedak (mungkin terasa seperti maag).
  • Berkeringat dingin.
  • Mual dan muntah.
  • sesak napas yang berat
  • Pusing.
  • Kelemahan.
  • Kecemasan.
  • Detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
  • Batuk atau mengi.

Selama penyakit kardiovaskular terjadi, gejalanya berlangsung 30 menit atau lebih dan tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin di bawah lidah. Beberapa orang mengalaminya tanpa ciri-ciri serangan jantung (infark miokard diam). Infark miokard diam dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih umum di antara penderita diabetes.

Diagnosis Serangan Jantung

Jika diduga mengalami kondisi ini, Anda harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Biasanya, pasien akan dirawat di unit perawatan jantung akut (ACCU), atau langsung ke unit kateterisasi jantung, untuk mendiagnosis dan memulai perawatan.

Berikut beberapa tes yang dapat dilakukan untuk memastikan serangan jantung:

1. Elektrokardiogram (EKG)

Tes pertama ini untuk mendiagnosis dengan mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda yang terpasang pada kulit. Impuls direkam dalam bentuk gelombang pada monitor.

2. Tes Darah

Dokter unit gawat darurat (UGD) akan mengambil sampel darah untuk yang bertujuan untuk menguji keberadaan protein dalam darah. Protein jantung ini perlahan-lahan bocor ke dalam darah setelah kerusakan jantung akibat serangan jantung.

3. Rontgen Dada

Gambar dada yang dihasilkan rontgen dapat memungkinkan dokter memeriksa ukuran jantung dan pembuluh darah dan mencari cairan di paru-paru.

4. Ekokardiogram

Alat ini menghasilkan gelombang suara yang diarahkan ke jantung. Bentuknya seperti tongkat (transduser) yang dipegang di dada memantul ke jantung dan diproses secara elektronik untuk menghasilkan gambar video kondisi jantung.

5. CT Scan atau MRI

Kedua tes ini digunakan untuk mendiagnosis masalah jantung, termasuk tingkat kerusakan akibat serangan jantung. CT scan maupun MRI jantung dilakukan untuk memperoleh gambar yang menunjukan kerusakan atau gangguan pada jantung.

Komplikasi

Ketika mengalami serangan jantung, ritme normal jantung terganggu dan berisiko henti jantung total. Ritme jantung yang abnormal ini disebut aritmia.

Ketika jantung berhenti mendapatkan pasokan darah selama serangan, beberapa jaringan akan mati. Kondisi ini melemahkan jantung dan dapat mengancam jiwa seperti gagal jantung. Penyakit jantung ini juga dapat memmengaruhi katup jantung dan menyebabkan kebocoran.

Pengobatan Serangan Jantung

Setelah mendiagnosis, dokter akan menggunakan berbagai tes dan perawatan, tergantung apa yang menjadi penyebab serangan jantung.

Dokter dapat melakukan kateterisasi jantung, yaitu probe yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui selang fleksibel lunak yang disebut kateter. Cara ini memudahkan dokter melihat di mana plak terbentuk. Dokter juga dapat menyuntikkan zat pewarna ke dalam arteri melalui kateter dan melakukan rontgen, dengan maksud untuk melihat bagaimana darah mengalir dan penyumbatan.

Jika Anda mengalami kondisi yang mengancam jiwa ini, dokter dapat menyarankan prosedur pembedahan atau non-bedah. Prosedur ini dapat mengurangi rasa sakit dan membantu mencegahnya di kemudian hari.

Prosedur lainnya yang umum dilakukan meliputi:

  • Angioplasti. Cara ini mampu membuka arteri yang tersumbat dengan menggunakan balon atau dengan menghilangkan penumpukan plak.
  • Stent. Adalah selang kawat yang dimasukkan ke dalam arteri agar tetap terbuka setelah prosedur angioplasti.
  • Operasi bypass jantung. Saat operasi bypass, dokter akan mengalihkan aliran darah di sekitar penyumbatan.
  • Operasi katup jantung. Adalah operasi penggantian katup yang bocor diganti untuk membantu pompa jantung.
  • Alat pacu jantung. Adalah alat yang ditanam di bawah kulit. Alat ini dirancang untuk membantu jantung mempertahankan ritme yang normal.
  • Transplantasi hati. Transplantasi dilakukan pada kondisi yang parah di mana penyakit kardiovaskular ini menyebabkan kematian jaringan permanen pada sebagian besar jantung.

Kemungkinan dokter juga meresepkan obat berikut untuk mengatasi serangan jantung:

  • Aspirin
  • Obat untuk memecah gumpalan
  • Antiplatelet dan antikoagulan (pengencer darah)
  • Obat penghilang rasa sakit
  • Nitrogliserin
  • Obat tekanan darah

Pencegahan Serangan Jantung

Tips yang paling bagus untuk pencegahan adalah menjalani gaya hidup sehat. Berikut sejumlah langkah hidup sehat yang dapat mencegah Anda dari serangan jantung:

  • Berhenti merokok
  • Makan makanan seimbang dan sehat
  • Sering berolahraga
  • Kualitas tidur yang baik
  • Menjaga diabetes tetap terkendali
  • Menghindari alkohol
  • Mengontrol kadar kolesterol darah
  • mengontrol tekanan darah
  • Menjaga berat badan yang sehat
  • Menghindari dan mengendalikan stres

 

  1. Anonim. 2019. Heart attack. https://www.nhs.uk/conditions/heart-attack/. (Diakses 6 Januari 2020).
  2. Mayo Clinic Staff. 2018. Heart attack. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-attack/symptoms-causes/syc-20373106. (Diakses 6 Januari 2020).
  3. Kinman, Tricia. 2018. Heart Attack. https://www.healthline.com/health/heart-attack. (Diakses 6 Januari 2020).
  4. Newman, Tim. 2017. How to spot and treat a heart attack. https://www.medicalnewstoday.com/articles/151444.php. (Diakses 6 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi