Sepsis adalah respons sistem kekebalan tubuh yang merespons secara dramatis terhadap infeksi. Respon ini dapat merusak organ hingga mengancam nyawa. Selengkapnya simak gejala, penyebab, hingga pengobatannya dalam penjelasan di bawah ini!
Apa itu Sepsis?
Sepsis adalah kondisi ketika tubuh memiliki respons sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif dan ekstrem terhadap infeksi. Saat mengalami infeksi, sistem kekebalan tubuh merespons dengan melepaskan protein dan bahan kimia lain untuk melawannya. Penyakit ini merupakan keadaan darurat medis yang mengancam jiwa.
Sebagian besar infeksi yang memicu sepsis adalah bakteri. Tetapi infeksi lain seperti COVID-19, influenza, dan infeksi jamur juga dapat menyebabkan penyakit ini.
Sepsis terjadi akibat peradangan (pembengkakan) yang meluas di dalam tubuh. Peradangan dan pembekuan darah selama mengalami penyakit ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke anggota tubuh dan organ vital, dan dapat menyebabkan kegagalan organ, dan bahkan kematian.
Gejala Sepsis
Apabila memiliki gejala penyakit ini, sangat penting untuk mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. Semakin dini mendapatkan pengobatan, akan semakin besar peluang untuk sembuh.
Berikut ini gejala sepsis berdasarkan keparahannya, di antaranya:
1. Gejala sepsis yang ringan
Infeksi darah yang ringan dapat ditandai dengan gejala berikut:
- Demam.
- Kesulitan bernapas.
- Kebingungan atau disorientasi.
- Detak jantung cepat atau tekanan darah rendah (hipotensi).
- Rasa sakit yang luar biasa.
- Kulit berkeringat.
Gejala tersebut dapat disalahartikan sebagai gejala kondisi lain, seperti pneumonia, COVID-19, atau kanker.
Gejala sepsis juga bisa sangat sulit diidentifikasi pada bayi, anak-anak, dan orang dengan masalah dalam komunikasi dan demensia.
Sebaiknya segera mencari bantuan medis jika Anda mencurigai adanya gejala penyakit ini. Dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk membuat diagnosis.
2. Gejala sepsis berat
Sepsis berat dapat ditandai dengan kegagalan organ. Untuk mendiagnosis, Anda harus memiliki satu atau lebih dari tanda-tanda berikut, di antaranya:
- Sulit bernapas.
- Kebiruan pada kulit, terutama bibir, jari tangan, dan jari kaki.
- Menggigil karena penurunan suhu tubuh.
- Buang air kecil berkurang.
- Pusing.
- Perubahan kemampuan mental.
- Kelemahan yang ekstrem (asthenia).
- Jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia).
- Fungsi jantung yang tidak normal.
- Ketidaksadaran.
3. Gejala syok septik (septikemia)
Penyakit ini dapat berkembang sangat cepat menjadi sepsis berat dan syok septik. Saat transisi, penyakit ini dapat mengancam jiwa.
Beberapa gejala sepsis berat dan syok septik bisa tumpang tindih, seperti kesulitan bernapas yang parah, kebingungan akut, dan kulit kebiruan. Gejala utama lain dari syok septik adalah tekanan darah yang sangat rendah.
Penyebab Sepsis
Infeksi bakteri adalah penyebab paling umum dari sepsis dan penyebab infeksi darah. Setiap infeksi yang terjadi pada tubuh dapat membuat paru-paru, saluran kemih, dan area perut menjadi rentan.
Penelitian menunjukkan bahwa sepsis akibat infeksi jamur juga meningkat. Lansia lebih berisiko terkena penyakit ini karena penuaan dan dampaknya pada kekebalan tubuh. Kemungkinan mengembangkan penyakit ini juga meningkat setelah operasi.
Ketika infeksi darah terjadi, virus, bakteri, dan jamur yang menyerang dapat menjadi penyebab sepsis, antara lain:
- Pneumonia.
- Infeksi abdominal.
- Infeksi ginjal.
- Infeksi aliran darah.
Di sisi lain, faktor yang memicu sepsis dan penyebab infeksi darah adalah orang-orang lanjut usia yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Baca Juga: Kelainan Darah: Jenis, Gejala, Penyebab, Pengobatan
Faktor Risiko Sepsis
Beberapa faktor risiko yang membuat seseorang mengalami kondisi ini, di antaranya:
- Sistem kekebalan yang lemah.
- Penyakit kronis, termasuk diabetes, gangguan ginjal, penyakit hati, AIDS, dan kanker.
- Luka yang parah, termasuk luka bakar yang parah.
Kerentanan terhadap sepsis menjadi lebih luas. Kondisi ini dianggap karena sejumlah alasan, termasuk:
- Lebih banyak risiko untuk infeksi menjadi rumit, lebih banyak orang yang memiliki prosedur invasif dan transplantasi organ, dan lebih banyak lagi yang menggunakan obat imunosupresan dan kemoterapi.
- Meningkatnya resistensi antibiotik, mikroba menjadi kebal terhadap obat-obatan yang sebaliknya akan mengendalikan infeksi.
Diagnosis Sepsis
Salah satu tes pertama yang mungkin dianjurkan dokter adalah tes darah. Pemeriksaan darah diperlukan untuk melihat ada tidaknya:
- Infeksi.
- Masalah pembekuan.
- Fungsi hati atau ginjal yang tidak normal.
- Berkurangnya jumlah oksigen.
- Ketidakseimbangan elektrolit, yang memengaruhi jumlah cairan dalam tubuh dan keasaman darah.
Bergantung pada gejala dan hasil tes darah, dokter mungkin akan melakukan tes lain, termasuk:
- Tes urine untuk memeriksa bakteri dalam urine.
- Tes sekresi luka untuk memeriksa luka terbuka terhadap infeksi.
- Tes sekresi lendir untuk mengidentifikasi kuman yang menyebabkan infeksi.
Jika dokter tidak dapat menemukan sumber infeksi menggunakan tes tersebut, ia mungkin perlu melihat kondisi bagian dalam tubuh menggunakan salah satu dari berikut ini:
- Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-paru.
- Computerized tomography scan (CT scan) untuk melihat kemungkinan infeksi di usus buntu, pankreas, atau daerah usus.
- Ultrasonografi (USG) untuk melihat infeksi di kantong empedu atau ovarium.
- Magnetic resonance imaging (MRI),untuk mengidentifikasi infeksi jaringan lunak.
Baca Juga: Hitung Darah Lengkap: Fungsi, Prosedur, Jenis, dll
Cara Mengobati Sepsis
Pengobatan dengan antibiotik saja sudah cukup pada tahap awal kondisi ini, tetapi dokter perlu segera memberikan perawatan. Untuk sepsis yang ditemukan pada tahap selanjutnya, dokter dapat memberikan perawatan di rumah sakit di unit perawatan intensif, termasuk:
- Pemberian cairan intravena.
- Menggunakan vasopressor.
- Menggunakan jalur sentral.
- Dialisis ginjal.
- Mengatur sarana lain dari dukungan organ seperlunya.
Bila kasus sepsis berat, pembedahan mungkin diperlukan. Kondisi ini sering kali melibatkan pengangkatan jaringan yang infeksinya telah rusak.
Cara Mencegah Sepsis
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada tiga pendekatan umum untuk mengurangi risiko infeksi yang menjadi penyebab sepsis dan penyebab infeksi darah. Tindakan ini sangat penting untuk orang yang muda, tua, dan orang yang rentan terhadap komplikasi infeksi.
Berikut ini beberapa cara mencegah sepsis, meliputi:
- Jika disarankan oleh dokter, dapatkan vaksinasi terhadap potensi infeksi, termasuk flu dan pneumonia.
- Bersihkan luka apa pun untuk mencegah infeksi dan menjaga kebersihan tubuh yang baik, misalnya rajin mencuci tangan.
- Jika ada infeksi, tetap waspada terhadap gejala-gejala sepsis yang mungkin terjadi, seperti demam, denyut jantung yang cepat, napas cepat, ruam, kebingungan, dan disorientasi. Segera dapatkan pertolongan medis setelah gejala tersebut muncul.
- Anonim. 2021. Sepsis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214. (Diakses pada 30 Agustus 2022)
- Dunkin, Mary A. 2020. Sepsis. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/sepsis-septicemia-blood-infection. (Diakses pada 30 Agustus 2022)
- MacGill, Markus. 2020. Sepsis: What you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/305782. (Diakses pada 30 Agustus 2022)
- O’Connell, Krista dan Carly V. 2022. Sepsis Symptoms, Causes and Recovery. https://www.healthline.com/health/sepsis. (Diakses pada 30 Agustus 2022)