Terbit: 22 December 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Rhabdomyolysis adalah suatu kondisi di mana jaringan otot rangka mati dan melepaskan zat ke dalam darah yang bisa menyebabkan gagal ginjal. Zat yang dilepaskan dari jaringan otot yang rusak ini umumnya adalah myoglobin. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.

Rhabdomyolysis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Rhabdomyolysis?

Rhabdomyolysis adalah sindrom yang disebabkan oleh kematian serat otot dan pelepasan isinya ke aliran darah. Sel otot yang rusak melepaskan protein yang disebut myoglobin ke dalam darah. Ginjal bertanggung jawab untuk  mengeluarkan protein tersebut dari tubuh melalui urine. Dalam jumlah banyak, protein tersebut bisa merusak ginjal. Jika ginjal tidak dapat membuang limbah dengan cukup cepat, gagal ginjal dan kematian dapat terjadi.

Gejala Rhabdomyolysis

Pada kasus yang ringan, keadaan ini mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun pada beberapa kasus, gejala ada yang muncul pertama kali dalam beberapa jam hingga hari setelah kondisi berkembang. Gejala umum yang muncul, antara lain:

  • Nyeri otot, sering kali nyeri sangat menyakitkan dan berdenyut-denyut.
  • Kelemahan otot.
  • Pembengkakan atau peradangan otot.
  • Urine berwarna gelap, cola, atau teh.
  • Kelelahan.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Pusing atau perasaan pingsan.
  • Mengalami disorientasi.
  • Mual atau muntah.

Jika Anda mengalami salah satu gejala seperti di atas, penanganan medis harus segera dilakukan.

Penyebab Rhabdomyolysis

Pada dasarnya keadaan ini dibagi menjadi dua, disebabkan oleh peristiwa traumatis dan nontraumatis. Namun pada sebagian besar kasus, kondisi ini dianggap sebagai bagian dari crush syndrome, suatu kondisi yang terjadi akibat cedera otot rangka traumatis.

Akan tetapi, apa pun yang menyebabkan cedera otot, dehidrasi, atau cedera ginjal dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena gangguan ini.

Peristiwa traumatis

  • Cedera akibat benturan seperti kecelakaan mobil, terjatuh, atau bangunan runtuh.
  • Kompresi otot yang berlangsung lama seperti yang disebabkan oleh imobilisasi (keadaan di mana seseorang mengalami keterbatasan gerak akibat adanya gangguan pada organ tubuh) yang berkepanjangan setelah jatuh.
  • Sengatan listrik, sambaran petir, atau derajat luka bakar tingkat 3.
  • Zat racun dari gigitan ular atau serangga.

Sementara itu penyebab rhabdomyolysis nontraumatis meliputi:

  • Penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang seperti heroin, kokain, atau amfetamin.
  • Ketegangan otot yang ekstrem.
  • Penggunaan obat-obatan seperti antipsikotik atau statin, terutama bila diberikan dalam dosis tinggi.
  • Suhu tubuh yang sangat tinggi (hipertermia) atau sengatan panas.
  • Kejang atau delirium tremens.
  • Gangguan metabolisme seperti ketoasidosis diabetik.
  • Penyakit otot (miopati) seperti defisiensi enzim otot bawaan atau distrofi otot.
  • Infeksi virus seperti flu, HIV, atau virus herpes simpleks.
  • Infeksi bakteri yang menyebabkan racun pada jaringan atau aliran darah (sepsis).

Jika Anda memiliki riwayat terhadap kondisi ini, hal itu juga meningkatkan risiko mengalami rhabdomyolysis lagi.

 

Faktor Risiko Rhabdomyolysis

Berikut adalah berbagai faktor yang bisa meningkatkan seseorang terkena gangguan ini, antara lain:

  • Kerusakan jaringan otot rangka.
  • Tidak bergerak untuk waktu yang lama.
  • Kelelahan otot.
  • Sengatan panas atau kelelahan di lingkungan yang ekstrem.
  • Hipotermia.
  • Luka bakar ekstensif yang menyebabkan kerusakan otot.
  • Miopati metabolik.
  • Suplemen makanan atau suplemen penurun berat badan, terutama yang mengandung ephedra dan creatine.
  • Infeksi, khususnya infeksi bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi darah.
  • Gangguan elektrolit, terutama yang memengaruhi kalium dan kalsium.
  • Gangguan endokrin, seperti hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
  • Penyakit atau gangguan ginjal.
  • Serangan jantung atau stroke, keadaan yang dapat menyebabkan cedera otot dan membuat tubuh tidak bisa bergerak.
  • Operasi vaskular atau jantung, prosedur medis yang bisa menyebabkan kerusakan otot dan membuat tubuh tidak bergerak untuk waktu lama—selama dan setelah—operasi.
  • Anemia sel sabit.
  • Inflamasi pada otot.

Diagnosis Rhabdomyolysis

Diagnosis kondisi ini bisa dikonfirmasi dengan tes darah dan tes urine. Selain itu, bagian penting lain dari diagnosis adalah riwayat kesehatan yang komprehensif dan pemeriksaan fisik.

Riwayat medis dapat mencakup pertanyaan tentang penggunaan obat, penggunaan narkoba/alkohol, kondisi medis lainnya, trauma atau kecelakaan, dll. Tes darah meliputi complete blood count (CBC), panel metabolik, enzim otot, dan urinalisis. Kadar myoglobin sendiri dapat meningkat dalam darah dan urine.

Selain itu, diagnosis juga dikonfirmasi dengan mendeteksi peningkatan enzim otot dalam darah, yang meliputi creatine phosphokinase (CPK), SGOT, SGPT, dan LDH. Kadar enzim ini meningkat saat otot rusak.

Sementara enzim SGOT, SGPT, dan LDH yang ditemukan di otot dikaitkan dengan kesehatan hati. Oleh karena itu, peningkatan SGOT dan SGPT tanpa peningkatan CPK, biasanya merupakan indikasi kerusakan hati.

Pengobatan Rhabdomyolysis

Pada dasarnya, perawatan tergantung pada tingkat keparahan, gejala, dan adanya komplikasi kesehatan tambahan yang dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Dalam kasus yang parah, kerusakan ginjal tidak dapat disembuhkan tanpa perawatan dini.

Salah satu metode pengobatan adalah terapi cairan infus. Air dalam jumlah besar sering kali diberikan ke pembuluh darah dalam waktu lama untuk merehidrasi tubuh dan membuang myoglobin.

Pilihan pengobatan lain yang bisa Anda gunakan, antara lain:

  • Alkalisasi urine.
  • Dialisis.
  • Filtrasi darah (dalam kasus yang sangat parah).

 

Komplikasi Rhabdomyolysis

Selain gagal ginjal, komplikasi serius lainnya adalah mengalami sindrom kompartemen/compartment syndrome, keadaan di mana cedera otot menyebabkan pembengkakan dan peningkatan tekanan di ruang tertutup. Sindrom ini dapat membahayakan jaringan yang terkena dan paling umum terjadi setelah cedera pada tungkai bawah, lengan, atau otot dinding perut.

Keadaan ini juga dapat menyebabkan kelainan elektrolit dalam darah, hal itu disebabkan karena isi sel otot dapat dilepaskan ke dalam darah yang menyebabkan tingginya kadar kalium (hiperkalemia) dan fosfor (hiperfosfatemia).

Pencegahan Rhabdomyolysis

Cara termudah untuk mencegah keadaan ini adalah dengan menghindari imobilisasi dalam waktu lama, tetap terhidrasi, dan berolahraga dalam batas yang sehat. Selain itu, hindari suplemen makanan yang meningkatkan kinerja, terutama yang mengandung creatine, ephedrine, ephedra, atau kafein tingkat tinggi.

 

  1. Anonim. Rhabdomyolysis. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/rhabdomyolysis-symptoms-causes-treatments#1. (Diakses pada 22 Desember 2020).
  2. Huizen, Jennifer. 2017. What’s to know about rhabdomyolysis?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318224#Preventing-rhabdomyolysis. (Diakses pada 22 Desember 2020).
  3. Nabili, Siamak N. Rhabdomyolysis. https://www.medicinenet.com/rhabdomyolysis/article.htm. (Diakses pada 22 Desember 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi