Terbit: 30 September 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Retrograde ejaculation adalah salah satu masalah seksual yang harus diwaspadai oleh para pria. Simak penjelasan lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari ciri dan gejala, penyebab, hingga pengobatan dan pencegahannya.

Retrograde Ejaculation: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Retrograde Ejaculation?

Retrogade ejaculation (RE) adalah kondisi ketika air mani tidak keluar dari penis saat ejakulasi. Alih-alih demikian, air mani justru masuk ke kandung kemih. Masalah seksual yang satu ini juga dikenal dengan sebutan ‘ejakulasi terbalik’ atau ‘orgasme kering’ karena walaupun tidak ada air mani yang keluar, penderita tetap bisa mengalami orgasme. Ejakulasi retrograde bukanlah kondisi yang berbahaya. Penderita pun tidak akan mengalami gejala lain selain air mani yang tidak keluar. Meskipun begitu, gangguan medis ini mungkin bisa memengaruhi kesuburan penderitanya. Kurang lebih 2 persen kasus infertilitas pria disebabkan oleh kondisi ini. Jumlah yang kecil, memang. Namun, tetap saja kemungkinan itu ada sehingga Anda tetap harus waspada.

Ciri dan Gejala Retrograde Ejaculation

Retrograde ejaculation ditandai oleh sejumlah gejala. Simak penjelasan mengenai ciri atau gejala dari ejakulasi terbalik berikut ini.

1. Air Mani Tidak Keluar saat Orgasme

Gejala pertama dari gangguan seksual ini adalah tidak adanya air mani yang keluar dari penis saat pria mengalami orgasme. Pada beberapa kasus, air mani bisa keluar namun jumlahnya hanya sedikit. Air mani yang seharusnya keluar melalui uretra tersebut justru masuk ke dalam kandung kemih. Ini merupakan gejala utama dari kondisi tersebut.

2. Urine Berwarna Keruh

Seperti yang sudah dijelaskan, orgasme kering membuat air mani malah masuk ke dalam kandung kemih penderita. Kandung kemih merupakan tempat ditampungnya urine sebelum dikeluarkan oleh tubuh. Alhasil, urine dan air mani akan bercampur. Ini bisa diidentifikasi saat Anda buang air kecil sehabis berhubungan seksual atau masturbasi yang mana warna urine tampak keruh.

3. Infertilitas

Ciri-ciri atau gejala lainnya dari retrograde ejaculation ini adalah, pria jadi mengalami infertilitas atau istilah awamnya ‘mandul’. Kendati demikian, gejala yang satu ini terbilang jarang dialami. Persentasenya hanya sekitar 0,2-3 persen.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini. Penanganan medis sedini mungkin diperlukan guna meningkatkan peluang kesembuhan sekaligus mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut yang bisa merugikan atau bahkan membahayakan.

Penyebab Retrograde Ejaculation

Apabila beberapa masalah seksual lain yang terkait ejakulasi umumnya disebabkan oleh kondisi psikologis, ejakulasi retrograde adalah akibat dari masalah fisik. Ini bisa disebabkan oleh apa saja yang mempengaruhi refleks otot pada pembukaan kandung kemih. Penyebab ejakulasi retrograde juga termasuk efek samping potensial dari beberapa obat, termasuk yang diresepkan untuk mengobati pembesaran prostat, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan depresi. Selain itu, kerusakan pada saraf juga ditengarai turut menjadi penyebab dari retrograde ejaculation ini. Saraf yang mengalami kerusakan sehingga berujung pada ejakulasi retrograde dipicu oleh sejumlah masalah medis, yaitu:

  • Multiple sclerosis
  • Diabetes
  • Penyakit Parkinson
  • Cedera sumsum tulang belakang

Faktor Risiko Retrograde Ejaculation

Anda memiliki risiko untuk mengalami ‘orgasme kering’ apabila:

  • Pernah menjalani operasi prostat atau kandung kemih
  • Mengonsumsi obat khusus tekanan darah tinggi dan obat antidepresi

Bicarakan dengan dokter Anda apabila memiliki faktor-faktor risiko tersebut untuk menentukan langkah apa yang harus diambil agar kondisi tersebut dapat diminimalisir kemungkinannya.

Diagnosis Retrograde Ejaculation

Diagnosis ejakulasi retrograde terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan pemeriksaan, yaitu:

  • Anamnesis
  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan penunjang

1. Anamnesis

Pertama-tama dokter ingin mengetahui riwayat medis pasien. Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan pasien. Pertanyaan meliputi:

  • Gejala apa yang dialami?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah menjalani operasi prostat dan kandung kemih?
  • Apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit?
  • Apakah saat ini sedang mengonsumsi obat-obatan? Jika ya, obat apa?

Pada sesi anamnesis ini, sampaikan informasi sejelas mungkin kepada dokter. Informasi yang jelas dibutuhkan guna membantu dokter menganalisis gejala yang dialami oleh pasien.

2. Pemeriksaan Fisik

Tahap pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Pada tahap ini, dokter akan memeriksa kondisi organ intim pasien mulai dari penis, testis, dan rektum. Pemeriksaan fisik mungkin sudah cukup untuk memastikan apakah pasien mengalami retrograde ejaculation atau tidak. Akan tetapi, dokter bisa saja melakukan pemeriksaan penunjang guna memperkuat hasil diagnosis.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang, dokter akan meminta pasien untuk menyerahkan sampel urine. Namun sebelum itu, pasien akan diminta untuk bermasturbasi hingga mencapai orgasme. Setelah itu, sampel urine akan dianalisis lebih lanjut. Apabila urine berwarna keruh dan mengandung konsentrasi sperma yang cukup tinggi, bisa dipastikan pasien memang mengalami ejakulasi retrograde.

Pengobatan Retrograde Ejaculation

Pengobatan orgasme kering disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Pada kasus yang ringan, pasien mungkin tidak membutuhkan penanganan medis khusus dikarenakan kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya selang beberapa waktu. Disarankan untuk tetap melakukan kontrol medis guna memantau kondisi. Sementara apabila ejakulasi retrograde ini disebabkan oleh kerusakan saraf akibat penyakit, dokter akan memberikan obat-obatan untuk memperbaiki saraf, di samping tentunya obat-obatan untuk mengatasi penyakit yang menjadi penyebabnya. Beberapa jenis obat-obatan yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

  • Midodrine
  • Imipramine
  • Chlorpheniramine
  • Ephedrine
  • Pseudoephedrine

Perlu dicatat, terapi obat-obatan kemungkinan besar tidak akan berhasil apabila retrograde ejaculation disebabkan oleh perubahan anatomi akibat operasi prostat dan kandung kemih. Sementara apabila kondisi ini sudah sampai menyebabkan pria mengalami infertilitas, maka dokter juga akan melakukan terapi kesuburan.

Komplikasi Retrograde Ejaculation

Orgasme kering umumnya bukan kondisi yang berbahaya. Akan tetapi, kondisi ini bisa saja berujung pada komplikasi yang berupa:

  • Infertilitas
  • Penurunan kualitas orgasme

Pencegahan Retrograde Ejaculation

Mengingat masalah seksual yang satu ini berkaitan dengan sejumlah penyakit, maka cara mencegahnya adalah dengan menghindari penyakit-penyakit yang menjadi pemicunya tersebut. Ini termasuk pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang prostat dan kandung kemih. Selain itu, konsumsi obat-obatan seperti obat antihipertensi dan antidepresan juga sebaiknya dihindari atau setidaknya diminimalisir karena kedua obat tersebut juga menjadi penyebab dari retrograde ejaculation ini. Caranya, terapkan pola hidup sehat agar terhindar dari hipertensi maupun depresi.

 

  1. Anonim. Retrograde Ejaculation. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/retrograde-ejaculation/symptoms-causes/syc-20354890#:~:text=Retrograde%20ejaculation%20occurs%20when%20semen,it%20can%20cause%20male%20infertility. (diakses pada 30 September 2020)
  2. Anonim. 2018. Retrograde Ejaculation. https://www.health.harvard.edu/a_to_z/retrograde-ejaculation-a-to-z (diakses pada 30 September 2020)
  3. Pietrangelo, A. 2018. Everything You Should Know About Retrograde Ejaculation. https://www.healthline.com/health/mens-health/retrograde-ejaculation#symptoms (diakses pada 30 September 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi