Terbit: 22 November 2017 | Diperbarui: 5 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Apa peran aksis hipotalamus hipofisis adrenal (HPA) untuk stres? Aksis hipotalamus-hipofisis atau pituitari-adrenal (HPA) adalah sekelompok respons terhadap stres dengan otak, hipofisis dan kelenjar adrenal. Pertama, hipotalamus (bagian tengah otak) melepaskan senyawa yang disebut corticotrophin releasing factor (CRF), yang ditemukan pada tahun 1981. CRF kemudian melakukan perjalanan ke kelenjar pituitari, dimana hal tersebut memicu pelepasan hormon, hormon adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke dalam aliran darah dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres, terutama kortisol, yang merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol meningkatkan ketersediaan pasokan bahan bakar tubuh (karbohidrat, lemak, dan glukosa), yang diperlukan untuk merespon stres. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi dalam waktu yang terlalu lama, maka otot rusak, terjadi penurunan respons inflamasi, dan penekanan terhadap sistem kekebalan tubuh pun terjadi.

Stres – Respons Fisiologis Tubuh Terhadap Stres Otak

Kortikosteroid dalam dosis tertentu yang digunakan untuk mengobati banyak penyakit yang ditandai dengan peradangan atau sistem kekebalan terlalu aktif, seperti asma, penyakit inflamasi, penyakit autoimun. Selain itu, kortikosteroid juga digunakan pada kasus transplantasi organ untuk membantu mengurangi kemungkinan bahwa tubuh kita secara imunologis akan menolak organ transplantasi. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan retensi cairan dan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, sangat penting bahwa respon terhadap kortikosteroid secara hati-hati perlu dikendalikan (termodulasi). Kontrol ini biasanya dilakukan dengan mekanisme umpan balik di mana peningkatan kadar kortisol akan mengerem kinerja hipotalamus dan hipofisis untuk mematikan produksi ACTH. Selain itu, kadar kortisol yang tinggi dapat menyebabkan perubahan mental, termasuk depresi dan psikosis.

Apa peran lokus coeruleus terhadap stres? Lokus coeruleus memiliki banyak koneksi ke bagian lain dari otak, terutama daerah yang membawa dan proses informasi sensorik (informasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan sentuhan). Lokus coeruleus mengeluarkan norepinefrin dan merangsang pusat otak lain untuk melakukan hal yang sama. Lokus coeruleus ini seperti alat pacu jantung (yang berarti mengontrol tempo) dari otak. Dengan demikian, meningkatkan gairah (kesadaran, kewaspadaan) dan kecermatan dan aksi penyesuaian dari sistem saraf otonom, yang meliputi sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom tubuh (sistem saraf otonom sendiri terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis), yang mengatur aliran darah, denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Sistem saraf otonom juga dapat sementara menahan sistem gastrointestinal (GI) dan sistem seksual sampai peristiwa stres berakhir. Reaksi awal ini, terjadi secara cepat dan otomatis sebagai respon stress, dengan cara denyut jantung yang cepat dan otot seolah mendapatkan energi berlebih.

Stres – Halaman Selanjutnya: 1 2 3 4 5 6 7 8 9

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi