DokterSehat.Com – Apakah Anda pernah atau sedang mengalami kondisi di mana frekuensi dan volume buang air kecil (BAK) menjadi berlebihan? Awas, bisa jadi ini pertanda dari poliuria. Lantas, apa itu poliuria? Apa penyebab poliuria? Apa gejala poliuria? Bagaimana cara mengobati dan mencegah poliuria?
Apa Itu Poliuria?
Poliuria adalah kelainan produksi air seni (urine) pada tubuh, di mana urine yang diproduksi lebih banyak dari jumlah normal, yakni di atas 3 liter per hari.
Poliuria menyebabkan penderitanya jadi lebih sering berkemih. Idealnya, buang air kecil dilakukan 4-8 kali (1-2 liter) dalam sehari, sedangkan pengidap poliuria bisa berkemih lebih dari itu.
Alih-alih penyakit, poliuria adalah gejala dari suatu penyakit, dan diabetes adalah penyakit yang lazim ditandai dengan gejala poliuria ini salah satunya. Selain diabetes, penyakit lainnya yang memiliki gejala poliuria adalah disfungsi ginjal, gangguan hati (liver), dan diare. Wanita hamil juga dimungkinkan untuk mengalami poliuria selama masa kehamilan.
Penyebab Poliuria
Seperti yang telah disebutkan di atas, poliuria disebabkan oleh sejumlah penyakit, pun kondisi hamil pada wanita. Untuk lebih jelasnya, berikut penyebab poliuria yang perlu Anda ketahui.
1. Psikogenik Polidipsia
Polidipsia adalah kondisi di mana tubuh menjadi mudah haus dan ingin minum terus-menerus. Selain rasa haus berlebih, polidipsia juga ditandai dengan mulut kering, baik kering mulut sementara hingga kering mulut berkepanjangan.
Polidipsia juga erat kaitannya dengan diabetes. Pada penderita diabetes, tubuh menjadi lebih sering mengeluarkan urine (poliuria). Secara otomatis, sel-sel tubuh mengalami dehidrasi dan menyebabkan rasa haus muncul.
2. Diabetes
Penyakit gula darah atau diabetes (terutama diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2) adalah penyebab poliuria yang paling umum.
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah yang akan menghasilkan urin. Setelah itu, ginjal bertugas mempartisi gula dari urin untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui darah. Ketika volume gula darah terlalu tinggi, ginjal akan menyaring lebih banyak darah, namun tidak semua gula dapat dialirkan ke seluruh tubuh.
Alhasil, urin masih mengandung gula, yang mana kondisi ini akan menarik lebih banyak cairan di dalam tubuh sehingga urin yang dihasilkan akan lebih banyak daripada jumlah normal.
3. Penggunaan Obat-Obatan Diuretik
Diuretik adalah jenis obat yang memiliki fungsi untuk mengatasi kondisi tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi, pun penumpukan cairan yang terjadi di dalam tubuh. Pengunaan obat diuretic lantas menyebabkan meningkatnya produksi cairan di dalam tubuh yang berujung pada produksi urine berlebihan (poliuria).
4. Pembesaran Prostat
Prostat yang mengalami pembesaran berdampak pada tertekannya saluran urin (uretra) sehingga menghambat laju urin yang hendak keluar.
Jika tidak segera ditangani, dinding kandung kemih akan mengalami iritasi dan mengakibatkan kandung kemih berkontraksi kendati urin yang tertampung masih relatif sedikit. Hal ini lantas membuat fungsi kandung kemih mengalami masalah, termasuk poliuria.
5. Interstisial Cystisis
Interstisial Cystisis adalah penyakit nyeri kandung kemih, yang terkadang juga disertai nyeri panggul. Interstisial cystisis disebabkan oleh terganggunya saraf pada panggul yang bertugas untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kandung kemih penuh. Selain nyeri, penderita interstisial cystisis juga akan mengalami poliuria.
6. Hamil
Pada wanita hamil, Rahim (uterus) akan mengalami pembesaran yang mana hal ini lantas berdampak pada tertekannya kandung kemih. Sehingga, tubuh serasa ingin buang air kecil (BAK) lebih sering daripada biasanya.
Selain enam penyebab di atas, penyebab poliuria bisa karena kanker kandung kemih, atau akibat terapi radiasi.
Ciri dan Gejala Poliuria
Sering buang air kecil adalah gejala utama poliuria yang mudah dikenali. Namun, ada sejumlah gejala lainnya yang turut menyertai gangguan kesehatan satu ini. Beberapa gejala poliuria lainnya tersebut di antaranya:
- Hesitansi, yakni keadaan di mana proses pengeluaran urine atau berkemih terhenti tiba-tiba. Ini dikarenakan adanya spasme pada kandung kemih
- Inkontinensia urine, atau urin yang kerap keluar tanpa disadari
- Urgensi, kandung kemih terasa tertekan setiap waktu
- Hematuria, urin yang keluar berwarna merah akibat darah yang ikut terbawa
- Disuria, nyeri atau ada sensasi terbakar pasca buang air kecil
- Dribbling, urin masih menetes setelah selesai berkemih
- Nokturia, buang air kecil di sela-sela waktu tidur malam
Jika Anda mengalami satu atau beberapa gejala tersebut, hendaknya segera memeriksakan diri ke dokter guna memastikan lebih lanjut apakah ini terkait dengan poliuria yang berbahaya atau masih dalam skala ringan.
Diagnosis Poliuria
Memeriksakan diri ke dokter saat Anda mengalami poliuria adalah suatu keharusan. Ini karena poliuria adalah sinyal adanya penyakit tertentu yang tengah menyerang tubuh Anda. Nantinya, dokter akan melakukan serangkaian prosedur guna mendiagnosis, pun menentukan metode pengobatan yang sesuai untuk mengobati poliuria yang Anda alami.
1. Anamnesis
Pertama-tama, dokter akan melakukan prosedur wawancara (anamnesis) untuk menentukan simpulan awal (hipotesis) penyebab poliuria. Pasien akan diminta untuk membeberkan keluhannya, apa obat yang dikonsumsi akhir-akhir ini, hingga apakah ada gejala lain yang turut menyertai poliuria tersebut.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi fisik Anda. Dari pemeriksaan fisik, dokter mungkin dapat memastikan apakah poliuria yang Anda alami terkait dengan penyakit berbahaya seperti kanker dan diabetes, atau infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan Penunjang
Guna lebih memastikan lagi, sejumlah prosedur penunjang akan ditempuh. Prosedur pemeriksaan penunjang untuk poliuria meliputi:
- USG, tes untuk menganalisis struktur dalam tubuh
- Urinalisis, tes untuk menganalisis komponen urin
- Sistokopi, pemeriksaan terhadap kandung kemih menggunakan alat bernama sistokop
- Sistometri, pemeriksaan untuk mengukur tekanan yang dialami kandung kemih
- Tes neurologi, pemeriksaan untuk melihat apakah ada masalah pada saraf di area panggul
Pengobatan Poliuria
Pengobatan poliuria bergantung dari penyebab yang mendasari kondisi ini. Apabila penyebab poliuria adalah diabetes, maka penderita akan diberikan obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah.
Selain itu, poliuria bisa diobati dengan cara berikut ini:
1. Kontrol Asupan Cairan
Anda disarankan untuk minum dalam jumlah ideal guna menghindari konstipasi. Tak hanya itu, alangkah baiknya jika Anda tidak minum sebelum tidur agar tidak perlu bangun di malam hari untuk berkemih (nokturia).
2. Terapi Berkemih
Tujuan dari terapi ini adalah agar kandung kemih jadi lebih kuat dan bisa menampung urine lebih lama sehingga frekuensi BAK yang berlebihan bisa dikurangi.
3. Obat
Pemberian obat-obatan juga jadi salah satu metode pengobatan poliuria yang kerap ditempuh. Lazimnya, dokter akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi jenis obat seperti tolterodine extended-release dan sejumlah obat lainnya.
Pencegahan Poliuria
Untuk mencegah poliuria, sebaiknya Anda menghindari konsumsi makanan-makanan yang berpotensi menyebabkan iritasi pada kandung kemih, seperti:
- Makanan pedas
- Minuman bersoda
- Minuman beralkohol
- Minuman berkafein
- Tomat
- Cokelat
Sebaliknya, Anda dianjurkan untuk mengonsumsi jenis makanan yang mengandung banyak serat seperti sayuran dan buah-buahan.
Itu dia informasi mengenai poliuria yang perlu Anda ketahui. Meski terlihat sepele, bukan berarti Anda bisa santai begitu saja manakala mengalami poliuria ini. Segera periksakan diri ke dokter agar gangguan kesehatan ini tidak bertambah buruk. Semoga bermanfaat!