Terbit: 3 October 2019
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Salah satu penyakit yang kasusnya terbilang umum adalah polio. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga pencegahannya!

Polio (Poliomyelitis): Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, & Pencegahan

Apa Itu Polio?

Poliomyelitis atau yang lebih sering disebut penyakit polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan penderita. Virus menyerang otak dan saraf tulang belakang penderitanya dan bisa menyebabkan kelumpuhan.

Polio adalah penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan, masalah pernapasan hingga kematian. Poliomyelitis merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti abu-abu, myelós mengacu ke ‘sumsum tulang belakang’ dan itis yang berarti inflamasi.

Penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai simtomatik (dengan gejala) atau asimtomatik (tanpa gejala). Sekitar 95% dari semua kasus tidak menunjukkan gejala  (asimptomatik), dan 4-8% kasus menunjukkan gejala (simtomatik). Polio simtomatik dapat dibagi lebih lanjut ke dalam bentuk ringan (non paralitik), polio yang gagal dan bentuk yang parah disebut paralitik (terjadi pada 0,1%-2% dari kasus).

Polio paralitik juga dapat diklasifikasikan sebagai:

1. Polio Spinal

Serangan neuron motor (saraf yang membawa impuls motorik/penggerak) di sumsum tulang belakang ini menyebabkan kelumpuhan di lengan dan kaki serta menimbulkan masalah pernapasan.

2. Polio Bulbar

Memengaruhi neuron yang bertanggung jawab untuk penglihatan, sensasi sentuhan, menelan, dan bernapas.

3. Polio Bulbospinal

Adalah kombinasi antara polio spinal dan polio bulbar. Ini menyebabkan gejala polio tulang belakang dan bulbar.

Banyak penderita polio non-paralitik mampu pulih sepenuhnya, sementara penderita polio paralitik umumnya berakhir dengan kelumpuhan permanen.

Penyebab Polio

Penyakit Poliomyelitis disebabkan oleh virus polio, virus yang sangat menular khusus untuk manusia. Virus ini biasanya memasuki lingkungan melewati tinja dari seseorang yang terinfeksi penyakit tersebut.

Virus mudah menyebar melalui rute fekal-oral, melalui air atau makanan yang terkontaminasi di daerah dengan sanitasi yang buruk. Selain itu, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus juga dapat menjadi penyebabPoliomyelitis.

Poliomyelitis adalah penyakit yang sangat menular, kontak langsung dengan orang yang telah terinfeksi virus juga sebagai penyebabnya. Orang yang terkontaminasi virus dapat menularkannya melalui kotorannya selama berminggu-minggu, bahkan jika penderitanya tidak menunjukkan gejala.

Begitu virus telah memasuki tubuh seseorang, virus menginfeksi sel-sel tenggorokan dan usus. Virus ini akan bertahan di dalam usus, sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Virus bisa bergerak ke aliran darah dan dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Faktor Risiko Penyakit Polio

Seperti banyak penyakit menular lainnya, Poliomyelitis cenderung menyerang orang yang paling rentan, diantaranya:

  1. Anak-anak.
  2. Wanita hamil.
  3. Orang yang tinggal di daerah dengan akses air terbatas dan sanitasi yang buruk.
  4. Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh, seperti mereka yang HIV-positif.
  5. Orang yang belum diimunisasi polio sangat rentan terkena infeksi.
  6. Bepergian ke tempat-tempat di mana polio merupakan kasus yang endemik atau luas.
  7. Merawat atau hidup dengan seseorang yang terinfeksi.
  8. Bekerja di sebuah laboratorium di mana virus polio hidup disimpan (biasanya untuk kepentingan vaksin).
  9. Memiliki riwayat pengangkatan kelenjar amandel.
  10. Mengalami stres ekstrem atau aktivitas berat setelah terpapar virus.

Gejala Polio

Penyakit Poliomyelitis dalam bentuk yang paling melemahkan menimbulkan gejala seperti kelumpuhan. Namun, kebanyakan penderita tidak benar-benar menimbulkan gejala atau menjadi sakit. Ketika gejala polio muncul, ada perbedaan tergantung pada jenis penyakit ini.

1. Polio Nonparalitik

Jenis Poliomyelitis ini tidak menyebabkan kelumpuhan (abortive polio), tetapi sering menyebabkan gejala ringan, seperti flu yang serupa dengan penyakit virus lainnya. 

Tanda dan gejala dari jenis Poliomyelitis ini dapat bertahan hingga 10 hari, termasuk:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Muntah
  • Nyeri leher atau kekakuan
  • Nyeri punggung atau kekakuan
  • Nyeri atau kaku di lengan atau kaki
  • Otot lemah

2. Polio Paralitik

Tanda dan gejala awal jenis Poliomyelitis ini menyebabkan kelumpuhan, seperti demam dan sakit kepala, biasanya tampak seperti penderita nonparalitik. Tetapi, tanda dan gejala lain muncul dalam seminggu, di antaranya:

  • Hilangnya refleks pada tubuh
  • Nyeri atau kelemahan otot yang parah
  • Anggota badan lemah, terkadang sebagian tubuh
  • Tiba-tiba lumpuh
  • Cacat anggota badan, terutama pinggul, pergelangan kaki, dan kaki

3. Sindrom Pasca-Polio

Adalah sekumpulan tanda dan gejala yang melumpuhkan orang yang telah mengalami penyakit ini selama bertahun-tahun. Tanda dan gejala utama dari jenis ini termasuk:

  • Kelelahan
  • Merasa lemah dan nyeri otot atau persendian
  • Pengecilan otot (atrofi)
  • Sulit menelan
  • Gangguan pernapasan saat tidur, seperti sleep apnea
  • Menurunnya toleransi suhu dingin

Diagnosis Polio

Penyakit Poliomyelitis sering dikeluhkan karena menimbulkan gejala seperti kekakuan leher, refleks anggota gerak yang tidak normal, kesulitan menelan dan kesulitan bernapas. Dokter yang mencurigai penyakit ini akan melakukan tes laboratorium dengan memeriksa virus polio menggunakan sekresi tenggorokan, sampel tinja, atau cairan serebrospinal (cairan tidak berwarna yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang).

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan mencari gangguan refleks, kesulitan mengangkat kepala saat berbaring telentang, dan kekakuan punggung dan leher.

Pengobatan Polio

Tidak ada obat untuk Poliomyelitis  setelah seseorang sudah terinfeksi. Oleh karenanya, perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan penderita, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Penanganan meliputi:

  • Bed rest
  • Obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen
  • Obat antispasmodik untuk mengendurkan otot
  • Antibiotik untuk infeksi, seperti infeksi saluran kemih
  • Ventilator portabel untuk mereka yang mengalami kesulitan bernapas
  • Terapi fisik atau penggunaan corrective braces untuk membantu berjalan
  • Bantal pemanas atau handuk hangat untuk meredakan nyeri otot dan kejang
  • Terapi fisik untuk mengobati rasa sakit pada otot
  • Terapi fisik untuk mengatasi masalah pernapasan dan paru-paru
  • Rehabilitasi paru untuk meningkatkan daya tahan paru-paru

Komplikasi Polio

Sebagian besar kasus Poliomyelitis tergolong ringan dan tidak menyebabkan komplikasi. Kebanyakan penderita melakukan pemulihan secara penuh. Namun, bagi mereka yang mengalami kelumpuhan, komplikasi sering terjadi dan kondisinya dapat menyebabkan kerusakan yang berlangsung lama, terutama pada otot. Berikut beberapa komplikasi yang lebih umum:

1. Kelumpuhan

Poliomyelitis paralitik dapat menyebabkan kelumpuhan otot yang sementara atau permanen. Tingkat kelumpuhan tergantung pada seberapa banyak sel saraf yang telah rusak oleh virus.

Penyakit ini umumnya menyerang manusia yang berumur sekitar 5 tahun atau anak di bawah usia lima tahun kemungkinan besar mengalami kelumpuhan pada satu kaki. Anak usia antara 5 dan 15 tahun biasanya mengalami kelumpuhan di salah satu kaki atau kedua kaki. Sementara orang dewasa biasanya yang paling parah terkena dampak karena lebih berisiko mengalami kelumpuhan di kedua kaki dan kedua lengan.

Poliomyelitis merusak sel-sel yang membantu mengendalikan otot, yang dapat menyebabkan otot menjadi cacat. Pinggul, pergelangan kaki dan kaki juga bisa terpengaruh. Kelainan bentuk otot bisa menyakitkan dan memengaruhi mobilitas.

2. Edema Paru

Edema paru terjadi ketika ada peningkatan tekanan darah di pembuluh darah paru-paru. Peningkatan tekanan ini memaksa cairan ke paru-paru dan menghentikannya untuk mencegah menyerap oksigen. Penyakit ini dapat memengaruhi otot-otot pernapasan dan beberapa orang memerlukan ventilator untuk membantu bernapas.

3. Pneumonia Aspirasi

Pneumonia aspirasi terjadi ketika paru-paru meradang. Jenis pneumonia ini biasanya berkembang ketika seseorang menghirup benda asing (biasanya isi perut) ke dalam paru-paru.

Penderita mendapatkan jenis pneumonia ini ketika otot-ototnya yang rusak oleh virus. Kondisi inilah yang memudahkan isi perut masuk ke paru-paru.

4. Miokarditis

Miokarditis menyebabkan otot jantung (miokardium) meradang. Kondisi ini dapat terjadi ketika virus menyerang sel-sel saraf di otot jantung. Miokarditis dapat menyebabkan nyeri dada, detak jantung tidak normal (aritmia) dan bahkan dapat menyebabkan gagal jantung.

5. Depresi

Kelumpuhan akibat penyakit ini bisa sangat melemahkan, beberapa orang mungkin mengalami depresi, terutama jika telah mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan atau kelainan otot dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau melakukan tugas sehari-hari.

Penderitanya bisa sangat sulit untuk menerima kecacatan, baik secara fisik maupun mental. Penting bahwa penderita lumpuh mendapatkan dukungan emosional serta fisik untuk membantu pemulihan.

Pencegahan Polio

Bagaimana cara mencegah penyakit ini? Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegahnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi pada anak-anak.

Maka dari itu, langkah bagaimana cara mencegah penyakit ini adalah melalui imunisasi yang masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 – 6 tahun.

Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit ini yaitu vaksin dengan virus  inaktif (IPV) dan vaksin oral (OPV).

  • IPV terdiri dari serangkaian suntikan dimulai dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin ini dibuat dari virus yang tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan penyakit ini.
  • OPV dibuat dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk berbahaya dari virus yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.

Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.

 

  1. Learn more about Poliomyelitis. https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/poliomyelitis. (Diakses 3 Oktober 2019)
  2. Polio. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/polio/symptoms-causes/syc-20376512. (Diakses 3 Oktober 2019)
  3. Johnson, Shannon. 2016. Polio. https://www.healthline.com/health/poliomyelitis. (Diakses 3 Oktober 2019)
  4. Crosta, Peter. 2017. Everything you need to know about polio. https://www.medicalnewstoday.com/articles/155580.php. (Diakses 3 Oktober 2019)
  5. Polio and post polio syndrome. https://www.hse.ie/eng/health/az/p/polio-and-post-polio-syndrome/complications-of-polio-and-post-polio-syndrome.html. (Diakses 3 Oktober 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi