DokterSehat.com – Apa itu pneumonia? Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus ataupun jamur. Penyakit pneumonia menyebabkan kantung-kantung udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru membengkak dan terisi cairan.
Penyebab Pneumonia
Penyakit pneumonia disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus.
Penyakit pneumonia sering kali diderita sebagian besar pada orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh. Penyebaran pneumonia dapat melalui percikan air liur ketika penderita bersin atau batuk.
Berikut adalah beberapa penyebab pneumonia, di antaranya:
1. Bakteri
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri penyebab pneumonia yang paling umum. Selain itu, bakteri lain yang menjadi penyebab pneumonia adalah Chlamydophila pneumonia dan Legionella pneumophila, bakteri penyebab paru-paru basah.
2. Virus
Perlu Anda ketahui bahwa pneumonia yang disebabkan karena virus menimbulkan gejala yang lebih ringan dan lebih singkat dibanding pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Sebagian virus penyebab batuk dan flu bisa menyebabkan pneumonia.
3. Jamur
Pneumonia akibat jamur lebih rentan terjadi pada mereka yang memiliki penyakit kronis atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Lantas, bagaimana penularannya pneumonia akibat jamur? Seseorang bisa terjangkit apabila menghirup spora jamur dalam jumlah berlebihan–yang bisa didapat kotoran burung atau dari tanah.
4. Mikoplasma
Pneumonia jenis ini tergolong ringan, dan lebih banyak diderita oleh anak-anak dan remaja. Mikroplasma sendiri merupakan organisme yang bukan berasal dari bakteri atau virus.
Setelah mengenali beberapa penyebab pneumonia seperti di atas, perlu Anda ketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat Anda berisiko tinggi mengalami penyakit ini, antara lain:
- Para lansia di atas 65 tahun.
- Bayi dan anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun.
- Memiliki riwayat penyakit stroke sebelumnya.
- Menderita penyakit paru kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
- Riwayat penyakit kronis seperti gagal jantung, asma, diabetes, cystic fibrosis, HIV dan AIDS.
- Orang yang sedang menjalani kemoterapi, menjalani transplantasi organ, penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid.
- Kebiasaan merokok dapat mengganggu pertahanan tubuh alami dalam melawan virus atau bakteri penyebab pneumonia. Selain itu, penumpukan lendir dan cairan di dalam paru akibat merokok dapat menyebabkan paru-paru basah.
Gejala Pneumonia
Tanda dan gejala pneumonia berbagai macam, mulai dari ringan hingga parah, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi, usia dan kesehatan secara keseluruhan.
Berikut adalah gejala pneumonia yang bisa Anda kenali, antara lain:
- Nyeri dada.
- Badan lemas.
- Menurunnya nafsu makan.
- Kebingungan atau perubahan dalam kesadaran mental (penderita di atas usia 65 tahun).
- Batuk yang mengeluarkan dahak kuning, hijau, atau kondisi yang parah disertai darah.
- Demam, berkeringat dan menggigil.
- Mual, muntah atau diare.
- Sesak napas.
Bagi penderita pneumonia, beberapa gejala yang disebutkan di atas adalah sesuatu yang umum terjadi. Namun, hal ini tergantung dengan kondisi masing-masing individu. Sementara pneumonia pada anak memiliki gejala seperti anak tampak selalu kelelahan, demam tinggi, menurunnya nafsu makan, hingga sesak napas.
Diagnosis Pneumonia
Setelah mengetahui beberapa gejala, biasanya dokter akan memeriksa rongga dada dengan menggunakan stetoskop guna mengetahui kondisi paru-paru. Jika dicurigai menderita pneumonia, pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendukung diagnosis, di antaranya:
1. Rontgen di dada
Dengan menggunakan sinar X, dokter dapat melihat kondisi paru-paru seseorang yang terkena penyakit pneumonia.
2. Tes dahak
Apabila Anda mengalami paru-paru basah, bakteri dan virus yang menyebabkan gangguan ini dapat terlihat pada dahak.
3. Kadar oksigen darah
Penyakit pneumonia menyebabkan oksigen tidak bisa masuk ke dalam aliran darah. Sehingga pemeriksaan kadar oksigen darah diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak oksigen di dalam darah.
4. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui tipe bakteri atau virus yang menjadi penyabab paru-paru basah.
Sementara itu, jika pasien berusia di atas 65 tahun dengan gejala yang lebih serius, maka pemeriksaan tambahan biasanya diperlukan. Beberapa pemeriksaan tersebut, di antaranya:
-
CT scan
Jika gejala pneumonia tidak kunjung sembuh, pemeriksaan kondisi paru-paru yang lebih detail dengan CT scan diperlukan.
-
Kultur cairan pleura
Guna mengidentifikasi penyebab infeksi, sampel cairan pleura akan diambil dari rongga antara iga.
-
Bronkoskopi
Prosedur bronkoskopi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bronkoskop. Metode ini dilakukan jika gejala pneumonia sangat parah dan tubuh tidak bereaksi baik terhadap obat pneumonia seperti antibiotik.
Pengobatan Pneumonia
Penanganan dan pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan jenis dari penyebab pneumonia itu sendiri. Berikut adalah beberapa obat pneumonia yang bisa digunakan, di antaranya:
1. Obat pereda nyeri
Obat pereda nyeri diberikan untuk meredakan demam dan rasa tidak nyaman. Contoh obat ini adalah paracetamol atau ibuprofen.
2. Antibiotik
Antibiotik adalah obat pneumonia yang digunakan untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Pada umumnya, respon positif akan terlihat dalam waktu 1-3 hari.
3. Obat antivirus
Obat antivirus digunakan pada pasien yang mengalami infeksi akibat virus. Jadi, jika ada pasien yang mengalami infeksi paru setelah flu maka sebaiknya diberikan obat antivirus, seperti zanamivir (relenza) atau oseltamivir (Tamiflu).
4. Obat batuk
Pemberian obat batuk juga di anjurkan dengan dosis rendah agar penderita bisa beristirahat–karena batuk akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak atau dahak) di paru-paru.
Penderita pneumonia yang berusia muda biasanya dapat kembali menjalani aktivitas normal dalam waktu satu minggu. Sementara, penderita pneumonia yang berusia di atas 65 tahun yang memiliki sesak napas, tekanan darah rendah, suhu tubuh di bawah normal, detak jantung tidak normal dan menurunnya fungsi ginjal, sebaiknya dirawat di rumah sakit
Sedangkan, penderita pneumonia dengan gejala yang sangat parah, perlu ditempatkan dalam ruang perawatan intensif dan dipasangkan alat bantu pernapasan (ventilator).