Terbit: 18 September 2019 | Diperbarui: 21 April 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Berbagai jenis masalah kesehatan mengancam tubuh di setiap waktu, salah satunya perforasi. Simak informasi lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari penyebab, gejala, pengobatan, hingga pencegahannya!

Perforasi: Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Apa Itu Perforasi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perforasi adalah ‘lubang kecil’. Istilah ini lantas digunakan dalam dunia medis untuk mendefinisikan kondisi di mana terdapat lubang-lubang kecil pada sejumlah organ atau bagian tubuh. Sejatinya, perforasi adalah dampak dari suatu penyakit yang menyerang organ tubuh tersebut.

Perforasi umumnya terjadi pada:

  • Lambung
  • Usus (besar dan kecil)
  • Kantong empedu
  • Kerongkongan (esofagus)
  • Gendang telinga (membran timpani)

Penanganan medis terhadap masalah ini harus dilakukan sedini mungkin guna mencegah kerusakan organ tubuh lebih lanjut yang bisa berakibat fatal.

Penyebab Perforasi

Banyak faktor yang menjadi penyebab perforasi, dan hal ini tergantung dari organ tubuh mana yang mengalami masalah. Berikut adalah penyebab munculnya lubang-lubang kecil berdasarkan organ tubuh yang bermasalah.

1. Perforasi Lambung

Lambung adalah salah satu organ tubuh yang rentan mengalami kondisi ini. Penyebabnya ada beberapa macam, yaitu:

  • Ulkus lambung
  • Kolitis ulseratif
  • Penyakit Crohn
  • Kanker lambung

Selain penyakit-penyakit di atas, penyebab lainnya meliputi:

  • Trauma lambung akibat luka tembak atau tusuk
  • Efek samping obat-obatan (aspirin, steroid, non-steroid antiinflamasi)
  • Operasi lambung

2. Perforasi Usus

Organ tubuh yang satu ini juga tak lepas dari ancaman kemunculan lubang-lubang kecil. Penyebabnya terdiri dari berbagai macam faktor, namun umumnya meliputi:

  • Radang usus buntu (apendisitis)
  • Infeksi atau peradangan pada kantung-kantung di usus besar (divertikulitis)
  • Penyumbatan usus (volvulus)
  • Meckel’s diverticulum
  • Tumor usus
  • Kanker usus besar

Sejumlah prosedur medis juga disinyalir berdampak pada munculnya lubang pada usus. Prosedur medis yang dimaksud seperti:

  • Kolonoskopi
  • Endoskopi
  • Sigmoidoskopi
  • Operasi kanker usus besar

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang rentan mengalami kondisi ini, di antaranya:

  • Lansia di atas 75 tahun
  • Riwayat penyakit radang usus
  • Riwayat penyakit divertikular
  • Trauma usus akibat luka
  • Wanita

3. Perforasi Kantong Empedu

Munculnya lubang-lubang kecil pada kantong empedu lebih disebabkan oleh kondisi medis sebagai berikut:

  • Penyakit batu empedu
  • Infeksi kantong empedu

4. Perforasi Kerongkongan (Esofagus)

Area kerongkongan (esofagus) juga tidak lepas dari masalah kesehatan yang satu ini. Penyebabnya adalah:

  • Kerongkongan mengalami tekanan (cth: muntah terlalu kuat)
  • Masuknya benda asing atau zat korosif dari melalui mulut

5. Perforasi Gendang Telinga

Untuk kasus ini (tympanic membrane perforation), faktor yang disinyalir menjadi penyebabnya yaitu:

  • Trauma fisik (benturan, suara bising)
  • Infeksi telinga bagian tengah (cholesteatoma)

Apabila kemunculan lubang-lubang kecil pada gendang telinga yang diakibatkan oleh infeksi, penanganannya harus dengan prosedur operasi.

Ciri dan Gejala Perforasi

Ciri-ciri perforasi adalah adanya lubang kecil di area organ tubuh yang mengalami kondisi tersebut. Selain itu, kondisi ini juga disertai oleh sejumlah ciri dan gejala lainnya yaitu:

  • Sakit perut
  • Mual dan muntah
  • Perut mengalami pembengkakan
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit telinga
  • Sakit kepala
  • Gangguan pendengaran
  • Paralisis wajah
  • Demam
  • Napas pendek
  • Kelelahan
  • Linglung
  • Peningkatan detak jantung

Selain ciri dan gejala di atas, mungkin masih ada ciri-ciri lainnya yang belum disebutkan. Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami satu atau beberapa gejala di atas guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis Perforasi

Diagnosis dilakukan guna mengetahui penyebab masalah kesehatan ini, sehingga memudahkan dokter untuk menentukan metode pengobatan yang tepat.

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien seputar keluhan yang dirasakan.

  • Gejala apa saja yang dirasakan?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah memiliki riwayat penyakit tertentu?
  • Apakah pernah melakukan operasi?
  • Makanan atau minuman apa saja yang dikonsumsi sehari-hari?

2. Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien mulai dari pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tekanan darah, dan detak jantung.

Pada kasus kemunculan lubang-lubang kecil di gendang telinga, pemeriksaan fisik meliputi otoskopi yakni memeriksa telinga bagian dalam menggunakan alat bernama otoskop.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan guna mendapat gambaran organ tubuh secara utuh sehingga kondisi ini dapat diidentifikasi.

Pemeriksaan penunjang menggunakan metode pencitraan (imaging) yang terdiri dari:

  • X-Ray
  • USG
  • CT Scan
  • MRI

Selain itu, dokter juga akan melakukan pengambilan sampel darah atau jaringan guna menganalisis kemungkinan infeksi.

Pengobatan Perforasi

Pengobatan perforasi berbeda-beda, tergantung dari organ tubuh mana yang mengalami beserta penyebabnya.

Pada umumnya,  pengobatan dilakukan dengan tindakan operasi, salah satu contohnya adalah  laparatomi eksplorasi (exploratory laparatomy) . Hal ini bertujuan untuk menutup lubang-lubang tersebut. Operasi juga dilakukan dengan agenda:

  • Mengatasi masalah anatomik
  • Mengatasi peradangan
  • Membuang ‘sampah’ yang ada di rongga perut, seperti sisa-sisa makanan

Selain itu, apabila terjadi di sistem pencernaan, pengobatan juga mungkin meliputi pengangkatan beberapa bagian usus. Hal ini agar bisa dilakukan prosedur ileostomi atau kolostomi. Dengan begitu, isi dari usus dapat dipindahkan ke kantong yang ada di dinding perut.

Dokter juga akan memberikan obat antibiotik. Namun hal ini berlaku apabila proses penyembuhan bisa terjadi secara alami (jarang terjadi).

Pencegahan Perforasi

Cara mencegah perforasi tentu saja dengan menghindari penyebabnya.

Apabila terjadi pada sistem pencernaan, maka selalu menjaga kesehatan sistem pencernaan menjadi satu-satunya langkah pencegahan. Anda bisa menerapkan sejumlah hal seperti berikut:

  • Memperbanyak asupan serat (makan buah dan sayur)
  • Banyak minum air putih
  • Menjaga higienitas makanan dan minuman
  • Hindari konsumsi alkohol dan kafein terlalu banyak

Sementara untuk perforasi pada gendang telinga, cara mencegahnya adalah dengan menghindari faktor-faktor penyebabnya seperti:

  • Mendengarkan musik dengan volume keras
  • Menggunakan pelindung telinga (apabila beraktivitas di tempat rawan kecelakaan kerja disebabkan oleh suara mesin yang keras)
  • Membersihkan telinga secara rutin dan benar

Komplikasi Perforasi

Jika tidak ditangani sedini mungkin, kondisi ini dapat berujung pada sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Perdarahan
  • Abses perut
  • Sepsis
  • Kerusakan usus permanen

Itu dia informasi mengenai perforasi yang perlu Anda ketahui. Jaga selalu kesehatan dan rutin periksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan. Semoga bermanfaat!

 

  1. Burgess, L. 2018. Causes and Treatment of Gastrointestinal Preforation. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322008.php (Diakses pada 18 September 2019)
  2. Gosmann, W et al. 2019. Gastric Preforation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519554/ (Diakses pada 18 September 2019)
  3. Jones, M dan Christopher P. 2019. Bowel Preforation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537224/ (Diakses pada 18 September 2019)
  4. Phillips, N. 2016. Gastrointestinal Preforation. https://www.healthline.com/health/gastrointestinal-perforation (Diakses pada 18 September 2019)
  5. Sinkonnen, ST et al. 2014. Tympanic Membrane Preforation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24822331 (Diakses pada 18 September 2019)
  6. Wilkinson, J. Understanding a Bowel Preforation. https://www.verywellhealth.com/whats-a-bowel-perforation-797590 (Diakses pada 18 September 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi