Taeniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pita. Kondisi ini umumnya terjadi jika seseorang mengonsumsi daging sapi atau daging babi yang terkontaminasi. Simak gejala hingga cara mengatasi selengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Taeniasis?
Taeniasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh tiga spesies cacing pita, Taenia saginata (cacing pita daging sapi), Taenia solium (cacing pita babi), dan Taenia asiatica (cacing pita Asia).
Manusia pembawa cacing pita bisa mengeluarkan telur cacing pita di dalam kotorannya dan mencemari lingkungan saat buang air besar di tempat terbuka. Sedangkan, seseorang dapat terinfeksi telur T. solium karena kebersihan yang buruk (melalui jalur fecal-oral) atau menelan makanan/minuman yang terkontaminasi.
Gejala Taeniasis
Pada banyak kasus, penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa pun. Jika ada tanda dan gejala, itu mungkin termasuk:
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Penyumbatan usus
- Sakit perut
- Kehilangan nafsu makan
Beberapa penderita yang mengalami kondisi ini juga dapat mengalami iritasi pada daerah perianal (area sekitar anus). Iritasi ini disebabkan oleh cacing pita atau telur yang dikeluarkan bersama dengan tinja.
Infeksi sendiri bisa memakan waktu antara 8 hingga 14 minggu untuk berkembang. Penderita T. saginata sering mengalami gejala yang lebih banyak daripada penderita T. solium karena ukuran cacing pita yang lebih besar (hingga 10 meter) daripada T. solium (biasanya 3 meter).
Kapan Waktu yang Tepat untuk Dokter?
Segera temui dokter jika Anda melihat bagian tubuh atau telur cacing pita di tinja. Selain itu, jika Anda mengalami salah satu tanda atau gejala infeksi cacing pita seperti di atas, segera dapatkan perawatan medis.
Penyebab Taeniasis
Seseorang bisa mengembangkan penyakit ini jika makan daging sapi atau daging babi yang mentah atau setengah matang. Makanan yang terkontaminasi bisa mengandung telur atau larva cacing pita yang tumbuh di usus.
Cacing pita bisa tumbuh hingga 3 meter dan dapat hidup di usus selama bertahun-tahun tanpa disadari. Cacing pita juga memiliki segments di sepanjang tubuhnya, di mana masing-masing segments dapat menghasilkan telur. Saat cacing pita dewasa, telur-telur ini akan dikeluarkan dari tubuh melalui tinja.
Kebersihan yang buruk juga bisa menyebabkan penyebaran penyakit taeniasis. Setelah larva cacing pita berada di tinja manusia, larva dapat menyebar melalui kontak dengan tinja.
Faktor Risiko Taeniasis
Penyakit ini lebih umum ditemukan di daerah di mana daging sapi atau daging babi mentah dikonsumsi dan daerah dengan sistem sanitasi yang buruk. Beberapa daerah itu mungkin termasuk:
- Eropa Timur dan Rusia
- Afrika Timur
- Sub-Sahara Afrika
- Amerika Latin
- Wilayah Asia, seperti China dan Korea Selatan
Peningkatan faktor risiko juga bisa terjadi jika Anda bepergian ke daerah di mana penyakit ini lebih umum terjadi. Di beberapa wilayah Indonesia, terdapat daerah di mana terdapat kasus cacing pita yang cukup tinggi.
Sementara itu, T. solium merupakan penyebab dari 30% kasus epilepsi di banyak daerah endemik, di mana manusia dan babi hidup berdekatan. Di komunitas berisiko tinggi, kondisi ini dapat dikaitkan dengan 70% kasus epilepsi.
Penyakit ini juga lebih mungkin berkembang pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah dan tidak mampu melawan infeksi. Kondisi ini bisa terjadi karena:
- HIV/AIDS
- Transplantasi organ
- Diabetes
- Kemoterapi
Diagnosis Taeniasis
Diagnosis yang bisa dilakukan adalah melakukan pemeriksaan sampel tinja. Spesimen harus dikumpulkan pada tiga hari yang berbeda dan diperiksa di laboratorium untuk mencari telur Taenia menggunakan mikroskop. Telur cacing pita dapat dideteksi dalam tinja 2 sampai 3 bulan setelah infeksi cacing pita terbentuk.
Penting untuk diketahui, telur cacing pita T. solium dapat menyebabkan sistiserkosis. Cacing ini umumnya hidup di dalam tubuh babi. Bentuk dewasa dari cacing ini dapat menyebabkan taeniasis (umumnya terjadi di usus).
Selain pemeriksaan tinja, dokter mungkin menyarankan tes darah lengkap untuk membantu menentukan diagnosis.
Pengobatan Taeniasis
Penyakit ini biasanya dapat diobati dengan dengan obat yang diresepkan oleh dokter. Obat-obatan itu termasuk praziquantel dan albendazole. Kedua obat tersebut bersifat antihelmintik yang berarti dapat membunuh cacing parasit dan telurnya.
Obat-obatan ini dapat diberikan dalam dosis tunggal. Diperlukan waktu beberapa minggu untuk sepenuhnya membersihkan infeksi. Cacing pita sendiri akan dikeluarkan melalui feses. Efek samping umum yang terkait dengan obat-obatan ini termasuk pusing dan sakit perut.
Penting untuk diketahui, dosis dan durasi pengobatan sangat bervariasi dan bergantung pada jumlah, ukuran, lokasi, dan tahap perkembangan infeksi.
Komplikasi Taeniasis
Meski jarang, komplikasi serius dari penyakit ini dapat terjadi. Misalnya, cacing pita dapat menghalangi usus. Jika kondisi ini terjadi, tindakan pembedahan diperlukan untuk memperbaiki kondisi.
Dalam kasus lain, cacing pita babi dapat menyebar ke bagian lain tubuh seperti jantung, mata, atau otak. Kondisi yang disebut sistiserkosis ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kejang atau infeksi pada sistem saraf.
Pencegahan Taeniasis
Cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini adalah dengan memasak makanan sampai matang. Masaklah daging dengan suhu di atas 60 derajat Celcius selama lima menit atau lebih. Guna memastikan suhu daging, Anda bisa menggunakan meat thermometer.
Selesai dimasak, diamkan selama tiga menit sebelum dipotong. Hal ini dapat membantu menghancurkan parasit yang mungkin ada di dalam daging. Tiga menit setelah daging dikeluarkan dari sumber panas, suhunya tetap konstan atau terus meningkat, di mana hal ini berguna untuk menghancurkan patogen pada daging.
Kebersihan tangan yang benar juga penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Selalu cuci tangan usai dari kamar mandi atau melakukan aktivitas di luar ruangan.
Selain itu, minumlah air kemasan jika Anda bepergian ke daerah di mana air minum berasal dari air olahan.
- Anonim. Parasites – Taeniasis. https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/. (Diakses pada 7 Oktober 2020).
- Anonim. Taeniasis/cysticercosis. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/taeniasis-cysticercosis. (Diakses pada 7 Oktober 2020).
- Burke, Darla. 2018. Taeniasis. https://www.healthline.com/health/taeniasis#diagnosis. (Diakses pada 7 Oktober 2020)