Terbit: 30 March 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Salah satu dari penyakit berbahaya nan mematikan adalah penyakit pes. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari ciri dan gejala, penyebab, cara mengobati, hingga cara mencegahnya.

Penyakit Pes: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, dll

Apa Itu Penyakit Pes?

Penyakit pes (plague) adalah jenis penyakit yang terjadi ketika seseorang terinfeksi bakteri, tepatnya bakteri bernama Yersina pestisia. Sedikit menengok ke belakang, penyakit ini pernah menjadi epidemi di Benua Eropa pada abad ke-14. Tidak tanggung-tanggung, wabah pes—atau dikenal sebagai The Black Death—disebut-sebut menewaskan sekitar 50 juta orang atau 60 persen dari total populasi manusia di benua biru tersebut.

Penyakit pes sejatinya terjadi ketika seseorang tergigit oleh semacam kutu yang mana kutu tersebut sebelumnya hinggap dan menghisap darah hewan pengerat (terutama tikus) yang sudah terinfeksi bakteri Yersinia pestisia. Selain itu, penyakit yang juga pernah melanda Bumi Pertiwi pada awal abad ke-20 tersebut juga bisa tertular apabila seseorang kontak langsung dengan tikus, termasuk menyentuh urine dan feses.

Ciri dan Gejala Penyakit Pes

Penyakit ini ditandai oleh sejumlah ciri dan gejala yang umumnya berlangsung selama 2-6 hari pasca terjadinya infeksi. Sayangnya, gejala penyakit pes yang muncul pertama kali tampak seperti penyakit flu biasa sehingga acap kali telat terdeteksi.

Berikut adalah gejala pes yang perlu Anda ketahui dan waspadai:

  • Demam
  • Kepala pusing
  • Tubuh terasa lelah
  • Nyeri otot
  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di sejumlah area tubuh (leher, ketiak, paha, selangkangan)

Sementara dalam perkembangannya, penderita pes akan mengalami gejala-gejala serius seperti:

  • Kejang
  • Batuk disertai darah
  • Syok
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Perubahan warna kulit menjadi hitam, terutama di area tangan, kaki, dan hidung

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Mengingat ciri-ciri pes ini mirip seperti gejala flu biasa, maka sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter apabila gejala yang dirasakan sudah berlangsung lebih dari 6 hari dan intensitasnya semakin bertambah.

Penanganan medis sedini mungkin diperlukan guna meningkatkan peluang kesembuhan dari penyakit ini.

Penyebab Penyakit Pes

Bukan tanpa alasan mengapa seseorang bisa terkena penyakit ini. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penyebab penyakit pes adalah bakteri Yersinia pestisia.

Bakteri ini hidup dan bertumbuh kembang di tubuh hewan pengerat, terutama tikus. Kendati demikian, bukan tidak mungkin Y. pestisia juga bisa hinggap di sejumlah spesies hewan lainnya seperti domba, anjing, hingga unta, kendati jarang terjadi.

Ada 2 (dua) cara penularan bakteri ini kepada manusia, yaitu:

  • Kontak langsung, yakni ketika seseorang menyentuh tubuh, urine, maupun feses dari hewan tikus yang sudah terinfeksi.
  • Kutu, yakni ketika seseorang tergigit oleh kutu yang mana kutu tersebut sebelumnya hinggap dan menghisap darah tikus yang sudah terinfeksi.

Begitu bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, maka mikroorganisme ‘jahat’ ini langsung menginfeksi kelenjar getah bening hingga akhirnya mengalami peradangan (inflamasi). Setelah dari kelenjar getah bening, infeksi lantas menjalar ke organ-organ dan jaringan tubuh yang lainnya.

Faktor Risiko Penyakit Pes

Terinfeksinya seseorang oleh bakteri pes dipicu oleh sejumlah faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang dimaksud tersebut di antaranya sebagai berikut:

  • Lingkungan tempat tinggal yang kotor.
  • Bekerja di tempat yang berpotensi kontak langsung dengan tikus (pembasmi hama, pekerja bangunan, petugas kebersihan).
  • Berada di tempat yang menjadi habitat tikus (hutan, tempat pembuangan sampah, dsb.).
  • Memelihara tikus atau hewan pengerat lainnya.

Diagnosis Penyakit Pes

Guna memastikan apakah gejala yang Anda alami terkait dengan pes, maka sejumlah pemeriksaan medis harus dilakukan. Ada 3 (tiga) tahapan diagnosis yang akan diterapkan pada kasus ini, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya meliputi:

  • Gejala apa saja yang dirasakan?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah mengalami kondisi seperti ini sebelumnya?
  • Apakah memiliki hewan peliharaan?
  • Apakah baru-baru ini kontak langsung dengan hewan terkait?
  • Apakah memiliki alergi obat?

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan melanjutkan ke tahap pemeriksaan fisik. Pemeriksaan mencakup analisis gejala fisik yang terdapat pada tubuh pasien dengan mengacu pada gejala penyakit pes pada umumnya.

Selain itu, dokter juga akan melakukan prosedur pemeriksaan fisik standar seperti mengukur tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah pasien.

3. Pemeriksaan Penunjang

Sementara itu, untuk menguatkan diagnosis, dokter juga akan menerapkan pemeriksaan penunjang pada pasien.

Dalam kasus pes, pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti pengambilan sampel darah, saliva, hingga biopsi jaringan tubuh untuk selanjutnya dianalisis lebih lanjut di laboratorium guna mencari tahu apakah ada kandungan bakteri Y. pestisia di dalamnya.

Jenis-Jenis Penyakit Pes

Hasil diagnosis kemudian akan mengarah kepada 3 (tiga) jenis pes yang diderita oleh pasien, yaitu antara septicemia plague, pneumonic plague, dan bubonic plague.

1. Septicemia Plague

Septicemia plague adalah jenis pes yang menyerang darah. Penderita penyakit ini akan mengalami sejumlah gejala awal berupa:

  • Demam
  • Meriang
  • Muntah
  • Sakit perut
  • Diare
  • Perdarahan pada anus, mulut, dan hidung

Selain itu, septicemia plague ini dapat dikenali dari gejala khas berupa menghitamnya kulit di area kaki, tangan, dan hidung. Kondisi tersebut disebabkan oleh jaringan yang mati akibat infeksi.

2. Pneumonic Plague

Sesuai dengan namanya, pneumonic plague adalah jenis penyakit pes yang menyerang organ pernapasan yakni paru-paru. Gejala yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

  • Demam
  • Meriang
  • Batuk
  • Sesak napas

Oleh karena jenis pes yang satu ini menyerang sistem pernapasan, maka pasien akan terancam keselamatan jiwanya jika tidak segera mendapat pertolongan medis.

3. Bubonic Plague

Pada kasus bubonic plague, kelenjar getah bening menjadi bagian yang terdampak. Jenis pes yang satu ini menyebabkan penderitanya mengalami sejumlah gejala yaitu:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Tubuh terasa lelah

Pengobatan Penyakit Pes

Pes adalah penyakit yang harus ditangani secara medis, oleh karena penyakit ini masuk ke dalam kategori penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.

Pasien penderita penyakit pes harus dirawat inap dan akan menjalani prosedur pengobatan berupa:

  • Pemberian antibiotik (ciprofloxacin, gentacimin)
  • Pemberian cairan infus (IV)
  • Pemberian oksigen sebagai medium pernapasan (apabila infeksi terjadi di paru-paru)
  • Karantina selama pengobatan

Lamanya pengobatan bervariasi, tergantung dari seberapa parah kondisi yang dialami oleh pasien. Idealnya, pasien dapat sembuh setelah beberapa minggu menjalani pengobatan.

Komplikasi Penyakit Pes

Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berujung pada komplikasi-komplikasi berikut:

  • Matinya jaringan tubuh
  • Radang selaput otak (meningitis)
  • Kematian

Pencegahan Penyakit Pes

Siapapun berisiko terkena penyakit pes, mengingat tikus yang menjadi medium penularannya merupakan hewan yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, langkah pencegahan penting untuk dilakukan guna meminimalisir risiko.

Berikut adalah cara mencegah pes yang bisa Anda terapkan:

  • Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
  • Menjaga kebersihan diri (mandi, cuci tangan, dsb.).
  • Menaburkan obat pembasmi tikus di lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi habitatnya.
  • Menghindari aktivitas-aktivitas di tempat yang menjadi habitat tikus.
  • Memperkuat sistem kekebalan tubuh (makan makanan bergizi, olahraga, istirahat yang cukup, dsb.).

 

  1. Anonim. Plague. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/plague/symptoms-causes/syc-20351291 (Diakses pada 30 Maret 2020)
  2. CDC. Plague. https://www.cdc.gov/plague/index.html (Diakses pada 30 Maret 2020)
  3. Healthline. The Plague. https://www.healthline.com/health/plague (Diakses pada 30 Maret 2020)
  4. Janti, N. Kala Black Death Hampir Memusnahkan Eropa. https://historia.id/sains/articles/kala-black-death-hampir-memusnahkan-eropa-P4neV (Diakses pada 30 Maret 2020)
  5. WHO. Plague. https://www.who.int/health-topics/plague#tab=tab_1 (Diakses pada 30 Maret 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi