DokterSehat.Com – Gondok adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembesaran kelenjar gondok atau tiroid (kelenjar yang memiliki bentuk seperti kupu-kupu dan terletak di bawah pangkal tenggorokan atau depan leher).
Jenis-Jenis Penyakit Gondok
Terdapat dua jenis penyakit gondok, yaitu gondok difus dan nodul. Pengelompokan ini berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan pada gondok difus terasa mulus saat disentuh. Sementara pada gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan bergumpal. Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya satu atau lebih bintil-bintil kecil yang padat atau berisi cairan dalam benjolan.
Gejala Gondok
Tidak semua penderita penyakit gondok mengalami gejala. Jika memang ada indikasi yang muncul, terbentuknya benjolan abnormal pada leher adalah gejala utama dari kondisi ini.
Ukuran benjolan pada penyakit gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan yang berukuran kecil biasanya tidak menyebabkan gejala apa pun. Meski demikian, benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan penderita sulit menelan jika bertambah besar.
Gejala gondok lainnya yang umumnya menyertai pembengkakan meliputi tenggorokan yang terasa sesak, perubahan suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta kesulitan bernapas dan menelan.
Jika merasakan gejala gondok di atas, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Terutama bagi penderita dengan gejala gondok berupa benjolan yang terus membesar dan mengalami kesulitan bernapas atau menelan.
Penyebab Gondok
Setelah mengetahui tentang gejala gondok, pastinya Anda juga harus tahu penyebab gondok. Sebenarnya, penyebab gondok terkadang sulit ditemukan karena faktor pemicu munculnya penyakit gondok ini sangat beragam. Tetapi ada beberapa faktor yang umumnya bisa memicu penyakit ini.
Beberapa penyebab gondok di antaranya adalah:
- Hipertiroidisme dan hipotirodisme. Penyebab gondok yang pertama adalah kinerja kelenjar tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) atau menurun (hipotiroidisme). Keduanya akan memicu pembengkakan kelenjar tiroid. Hipertiroidisme umumnya disebabkan oleh penyakit Graves. Sementara hipotiroidisme dapat dipicu oleh kekurangan iodin atau penyakit Hashimoto. Penyakit Hashimoto dan penyakit Graves merupakan kondisi autoimun.
- Defisiensi iodin. Iodin dibutuhkan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Zat ini dapat ditemukan dalam ikan, tiram, rumput laut, sereal, gandum, serta susu sapi. Karena kekurangan iodin, kinerja kelenjar tiroid akan menurun dan mengalami pembengkakan dan hal ini bisa menjadi penyebab gondok.
- Merokok. Asap tembakau yang mengandung senyawa tiosianat dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memanfaatkan iodin. Selain dapat memicu gangguan kesehatan lainnya, merokok juga dapat menjadi penyebab gondok.
Selain penyebab gondok di atas, gondok juga dapat muncul jika terjadi kondisi seperti:
- Keberadaan nodul dalam kelenjar tiroid.
- Pengaruh kanker tiroid.
- Inflamasi kelenjar tiroid akibat infeksi virus, bakteri, atau obat-obatan tertentu.
- Kadar iodin yang berlebihan dalam tubuh.
- Perubahan hormon karena pubertas, kehamilan, dan menopause.
- Pajanan radiasi, misalnya saat menjalani radioterapi.
- Pengaruh obat litium yang umumnya digunakan untuk menangani depresi dan gangguan bipolar.
Faktor Risiko yang Memunculkan Gondok
Gondok dapat menyerang siapa saja, tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini. Faktor-faktor pemicu tersebut meliputi:
- Usia
Risiko gondok meningkat seiring bertambahnya usia.
- Jenis kelamin
Wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pria.
- Faktor keturunan
Memiliki anggota keluarga yang mengidap kanker tiroid atau penyakit autoimun akan meningkatkan risiko penyakit gondok.
- Kehamilan dan menopause.
Risiko gangguan tiroid meningkat pada saat wanita sedang hamil atau menopause, tapi penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
- Obat-obatan seperti amiodarone dan imunosupresan.
Diagnosis Penyakit Gondok
Mengetahui ciri-ciri gondok memungkinkan dokter untuk menemukan cara mengobati gondok yang tepat. Kelenjar tiroid yang membengkak umumnya dapat diketahui oleh dokter melalui pemeriksaan fisik yang sederhana.
Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi ukuran serta tekstur benjolan. Jenis penyakit gondok difus atau nodul juga dapat diketahui lewat pemeriksaan ini.
Penderita juga akan diminta menjalani evaluasi fungsi tiroid untuk memastikan penyebab di balik pembengkakan kelenjar. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah untuk mengukur kadar hormon T3, T4, dan TSH (thyroid-stimulating hormone atau hormon perangsang tiroid). Hormon TSH diproduksi oleh kelenjar pituitari yang terletak di otak.
Kadar hormon tiroid yang tinggi mengindikasikan hipertiroidisme. Sementara tingkat hormon tiroid yang rendah dan TSH yang tinggi akan menandakan bahwa penderita mengalami hipotiroidisme.
Ada beberapa tes lain yang dilakukan untuk memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai kondisi pasien, yaitu pemindaian tiroid, USG, serta biopsi.
Proses pemindaian tiroid melibatkan isotop radioaktif untuk memeriksa ukuran dan jenis benjolan tiroid. Karena itu, tes ini sebaiknya dihindari oleh ibu hamil.
Pemeriksaan USG digunakan untuk mengonfirmasi ukuran dan jenis benjolan serta keberadaan nodul yang mungkin tidak ditemukan lewat pemeriksaan fisik. Sedangkan biopsi yang dilakukan melalui aspirasi jarum halus dianjurkan guna mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan. Ciri-ciri gondok yang seperti ini harus diperhatikan secara detail sebelum mulai dilakukan pengobatan.
Cara Mengobati Gondok
Gondok dapat ditangani dengan beberapa cara. Penentuan langkah cara mengobati gondok ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu ukuran benjolan, gejala yang dirasakan, serta penyebab dasar terjadinya gejala gondok.
Benjolan yang kecil dan tidak menyebabkan gejala umumnya tidak langsung ditangani. Dokter akan memantau perkembangan kondisi Anda sebelum melakukan tindak lanjut karena penyakit gondok Anda mungkin bisa sembuh tanpa harus menerapkan berbagai cara mengobati gondok, seperti halnya pada kasus yang cukup parah.
Namun, jika benjolan terus membesar hingga mengganggu kondisi kesehatan pasien, ada beberapa cara mengobati gondok yang dapat diambil.
Cara mengobati gondok yang akan dianjurkan oleh dokter meliputi :
-
Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur hidup. Contoh obatnya adalah levothyroxine. Tetapi obat ini juga dapat memicu efek samping seperti mual, kram otot, serta detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
-
Obat penurun hormon tiroid
Obat gondok yang bisa Anda gunakan adalah thionamide. Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan menghambat proses produksinya. Obat gondok ini digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih secara mendadak.
-
Terapi iodin radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Iodin radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
Langkah Operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan dan menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan dilakukan dengan prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid atau tiroidektomi.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 15 persen penderita penyakit gondok yang pada akhirnya membutuhkan langkah penanganan ini.
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker. Diperkirakan sekitar lima persen penyakit gondok berpotensi sebagai indikasi kanker tiroid.
Tiap operasi pasti memiliki risiko, termasuk tiroidektomi. Walau kemungkinannya tergolong kecil, pasien yang menjalani prosedur ini berpotensi mengalami komplikasi kerusakan pada saraf dan kelenjar paratiroid.
Contoh kerusakan saraf yang mungkin terjadi akibat gejala gondok adalah perubahan suara dan gangguan pernapasan. Komplikasi ini bisa bersifat sementara atau permanen. Sedangkan kerusakan pada kelenjar paratiroid akan memengaruhi pengaturan kadar kalsium dalam darah dan tulang.