Terbit: 10 November 2017 | Diperbarui: 28 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Beberapa obat tersedia untuk membantu orang dalam berpantang konsumsi alkohol.

Kecanduan Alkohol/ Alkoholisme – Pengobatan, Tindak Lanjut, dan Pencegahan

Mungkin obat tertua dan salah satu obat yang paling umum digunakan adalah disulfiram (Antabuse). Obat ini mengganggu metabolisme alkohol, menghasilkan metabolit yang membuat orang sangat tidak nyaman dan mual ketika mengkonsumsi alkohol. Masalah terbesar dengan disulfiram adalah bahwa orang sering akan berhenti meminum obat ini dan beralih untuk minum alkohol. Untuk mengatasi masalah ini, disulfiram tersedia sebagai perangkat implan yang dimasukkan di bawah kulit. Kematian telah dilaporkan ketika orang yang mengkonsumsi disulfiram malah mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Disulfiram telah dikaitkan dengan beberapa jenis kondisi neurologis, termasuk neuritis optik (radang saraf optik), yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan sakit mata.

Obat-obat lain yang digunakan dalam mencegah kekambuhan alkohol adalah naltrexone (ReVia), acamprosate (Campral), dan kelas antidepresan yang disebut selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Beberapa peneliti menyarankan bahwa naltrexone dan acamprosate tampaknya obat yang paling efektif, sedangkan SSRI tidak efektif. Disulfiram tampaknya memiliki efek positif dalam mempertahankan gaya hidup bebas alkohol, namun besarnya efek ini tampaknya menjadi agak terbatas. Oleh karena itu, naltrexone semakin banyak digunakan. Studi menunjukkan pecandu alkohol yang minum alkohol ketika sedang dalam pengobatan naltrexone terbukti hanya meminum alkohol lebih sedikit, dan memiliki kekambuhan yang tidak parah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsinya. Acamprosate kadang-kadang digunakan untuk menstabilkan ketidakseimbangan kimia terkait dengan alkoholisme. Bila dibandingkan dengan plasebo (pil gula), acamprostate efektif dalam membantu orang menjauhkan diri dari alkohol. Umumnya obat-obat ini digunakan bersama dengan konseling alkoholisme.

Apa tindak lanjut yang diperlukan setelah pengobatan alkoholisme?
Orang yang menderita gangguan penggunaan alkohol harus terlebih dahulu membuat keputusan untuk berhenti menggunakan alkohol. Tanpa tekad seperti itu, tidak meminum dalam waktu jangka panjang tidak mungkin dapat dilakukan.

  • Untuk menghindari kekambuhan impulsif, rumah orang tersebut harus bebas dari alkohol.
  • Orang harus mendaftarkan diri dalam kelompok dukungan sosial atau program konseling. Dan juga harus menghindari situasi sosial yang mendorong konsumsi alkohol.
  • Terapi perilaku kognitif, terapi aversion, terapi keluarga, dan kelompok psikoterapi semua bisa membantu.
  • Jika obat diresepkan untuk membantu menjaga ketenangan, orang harus minum obat sesuai dengan jadwal yang ketat. Pertemuan dengan konselor penting dilakukan. Ketika dorongan untuk kambuh menjadi kuat, orang tersebut harus segera menghubungi anggota dari kelompoknya atau dari kelompok dukungan dan membahas dorongan dalam dirinya untuk menolaknya.

Apakah ada kemungkinan untuk mencegah alkoholisme?
Pencegahan alkoholisme paling baik dilakukan dengan pantang minum alkohol. Anda harus terlebih dahulu memiliki akses ke alkohol sebelum menjadi tergantung pada substansi. Riwayat keluarga alkoholisme adalah peringatan Anda berada pada peningkatan risiko menjadi kecanduan alkohol. Peningkatan kesadaran faktor risiko tersebut dapat membantu mengubah sikap Anda terhadap konsumsi alkohol. Dukungan sosial yang kuat dan intervensi medis atau psikiatris juga dapat membantu mencegah konsumsi alkohol yang berlebih

Apakah prognosis dari alkoholisme?
Menjadi bebas alkohol adalah tugas yang sangat sulit bagi kebanyakan orang dengan gangguan penggunaan alkohol. Individu yang tidak mencari bantuan setelah detoksifikasi cenderung memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi.

Empat faktor kunci yang dapat meningkatkan kekambuhan kecanduan alkohol:

  • Kurang pendidikan tentang kecanduan dan cara-cara untuk melawan kekambuhan
  • Frustrasi dan kemarahan yang tinggi
  • Riwayat kecanduan dan gejala putus obat lainnya
  • Lebih sering mengkonsumsi alkohol sebelum perawatan

Jika seseorang terus minum berlebihan setelah perawatan banyak atau ketika perawatan sedang berlangsung, prognosis orang tersebut sangat buruk.

Gangguan penggunaan alkohol adalah penyakit kronis yang tidak seperti diabetes atau gagal jantung kongestif. Jika alkoholisme dianggap sebagai penyakit kronis, tingkat keberhasilan pengobatan 50% mirip dengan tingkat keberhasilan dalam penyakit kronis lainnya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi