Terbit: 9 May 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Orthopnea atau ortopnea adalah gejala sesak napas (dispnea) yang terjadi ketika seseorang berbaring telentang. Kondisi ini sering kali merupakan gejala gagal jantung atau penyakit paru-paru, tetapi juga dapat diakibatkan oleh kondisi lain. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab hingga perawatan yang bisa dilakukan selengkapnya di bawah ini.

Ortopnea: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati

Apa itu Ortopnea?

Ortopnea adalah kondisi di mana seseorang kesulitan bernapas saat berbaring telentang. Biasanya kondisi ini muncul seiring waktu, tetapi dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa terjadi tiba-tiba. Bagi penderita orthopnea, kesulitan bernapas biasanya menghilang dengan cepat setelah seseorang bangun dari posisi tertidur.

Tanda dan Gejala Ortopnea

Seseorang sering kali menggambarkan orthopnea sebagai sensasi sesak di dada yang membuat sulit bernapas atau tidak nyaman. Beberapa orang mungkin juga mengalami nyeri dada.

Orthopnea bisa ringan atau berat. Beberapa orang mungkin hampir tidak menyadari gejala ini ketika menggunakan satu atau dua bantal untuk menopang tubuh bagian atas. Bagi yang lain, kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas signifikan yang hanya dapat dihilangkan dengan duduk tegak atau berdiri.

Gejala juga dipengaruhi penyebab yang mendasarinya. Misalnya, penyebab umum dari kondisi adalah gagal jantung, maka gejala yang bisa muncul seperti:

  • Kelelahan.
  • Mual.
  • Kebingungan.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Peningkatan denyut jantung.
  • Batuk terus-menerus atau mengi.

Penyebab Ortopnea

Orthopnea sering kali merupakan gejala dari kondisi yang memengaruhi fungsi normal paru-paru—termasuk kondisi jantung.

Penyakit jantung sendiri dapat menyebabkan jantung tidak dapat mengalirkan kembali darah dan cairan tubuh lainnya secara efektif saat seseorang berbaring.

Peningkatan tekanan pada pembuluh darah di paru-paru bisa mendorong cairan ke dalam alveoli, kondisi yang dikenal sebagai edema paru.

Alveoli adalah kantung udara kecil di paru-paru. Di sini, oksigen mengalir dari paru-paru ke aliran darah, sementara karbon dioksida mengalir dari darah ke paru-paru.

Cairan pada alveolus dapat mengganggu pertukaran gas ini, mencegah seseorang mendapatkan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh.

Beberapa kondisi lain yang juga dapat menyebabkan ortopnea, termasuk:

Baca Juga: Sesak Napas (Dyspnea): Gejala, Penyebab, Diagnosis, Cara Mengobati, dll

Diagnosis Ortopnea

Dokter mungkin mengajukan sejumlah pertanyaan tentang gangguan pernapasan yang Anda alami. Selain itu, dokter juga akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui mengapa Anda memiliki cairan di paru-paru.

Beberapa tes yang bisa dilakukan mencakup:

  • Sinar X. Tes pencitraan ini digunakan dokter untuk memeriksa cairan di paru-paru.
  • Tes darah. Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk melihat berapa banyak oksigen dan karbon dioksida yang dimilikinya. Selain itu, dokter juga akan melihat apakah pasien memiliki tingkat B-type natriuretic peptide (BNP) yang lebih tinggi dari normal. Zat ini menunjukkan seberapa baik jantung bekerja.
  • Ekokardiogram. Tes ini adalah metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambaran struktur organ jantung. ITes ini dapat membantu melacak aksi detak jantung pasien dan aliran darah melalui katup.

Jika dokter menemukan bahwa pasien memiliki ortopnea yang disebabkan oleh penyebab yang berhubungan dengan jantung, dokter mungkin akan mencurigai gagal jantung.

Cara Mengatasi Ortopnea

Untuk membantu meredakan sesak napas, sandarkan tubuh pada satu bantal atau lebih. Cara ini akan membantu bernapas lebih mudah. Pasien mungkin juga membutuhkan oksigen tambahan, baik di rumah atau di rumah sakit.

Obat-obatan yang meredakan ortopnea pada orang dengan gagal jantung, meliputi:

  • Diuretik. Obat-obatan dapat membantu mencegah cairan menumpuk di tubuh. Obat-obatan seperti furosemide membantu menghentikan penumpukan cairan di paru-paru.
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau penghambat enzim pengubah angiotensin. Obat ini dianjurkan untuk orang dengan gagal jantung sisi kiri. Dokter akan meningkatkan aliran darah dan mencegah jantung bekerja keras. ACE inhibitor termasuk captopril, enalapril, dan lisinopril.
  • Beta-blocker. Obat ini juga direkomendasikan untuk orang dengan gagal jantung. Meski begitu, hal ini tergantung pada seberapa parah gagal jantung, karena ada obat lain yang mungkin juga diresepkan oleh dokter.

Jika Anda menderita penyakit paru obstruktif kronis, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengendurkan saluran udara dan mengurangi peradangan di paru-paru, seperti:

  • Bronkodilator seperti albuterol, ipratropium, salmeterol, dan tiotropium.
  • Steroid inhalasi seperti budesonide dan fluticasone.
  • Kombinasi bronkodilator dan steroid inhalasi, seperti formoterol dan budesonide; salmeterol dan fluticasone.

Penderita ortopnea mungkin juga membutuhkan oksigen tambahan untuk membantu bernapas saat tidur.

 

  1. Frysh, Paul. 2022. What Is Orthopnea?. https://www.webmd.com/lung/lung-what-is-orthopnea.(Diakses pada 9 Mei 2022)
  2. Fogoros, Richard N. 2021. An Overview of Orthopnea. https://www.verywellhealth.com/what-is-orthopnea-1746140. (Diakses pada 9 Mei 2022)
  3. Kandola, Aaron. 2018. What is orthopnea?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/323389. (Diakses pada 9 Mei 2022)
  4. Orthopnea. 2018. Stephanie Watson. Orthopnea. https://www.healthline.com/health/orthopnea. (Diakses pada 9 Mei 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi