Salah satu penyakit yang harus diwaspadi oleh wanita adalah mioma uteri. Hal ini harus menjadi perhatian karena banyak wanita tidak menyadari adanya mioma dalam tubuhnya. Penyakit ini sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga pada beberapa kasus dokter menemukannya secara tidak sengaja saat pemeriksaan panggul atau USG prenatal.
Apa Itu Mioma Uteri?
Uterine fibroids atau mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam rahim. Mioma uteri sendiri hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker. Pertumbuhan sel abnormal ini tidak bisa terdeteksi oleh mata manusia, hingga benjolan/massa yang besar dapat merusak dan membuat rahim ikut membesar.
Pertumbuhan sel abnormal ini ditemukan di dinding rahim. Sel-sel ini dapat tumbuh sebagai tumor tunggal atau lebih. Kondisi kadang ini bisa menyebabkan perdarahan menstruasi yang berlebihan, nyeri panggul, dan sering buang air kecil.
Perlu diketahui, bahwa ukuran dan jumlah mioma bervariasi. Pada beberapa kasus mioma uteri banyak ditemukan di usia subur. Sementara pada kasus yang banyak terjadi, kasus mioma uteri tidak bergejala sering ditemukan pada wanita yang berusia di atas 35 tahun.
Penyebab Mioma Uteri
Hingga kini, penyebab pasti mioma uteri belum diketahui dengan pasti. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi tersebut, di antaranya:
1. Perubahan genetik (turunan)
Mioma uteri banyak terjadi akibat perubahan genetik yang terjadi pada sel otot rahim. Terutama pada wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat miom juga sebelumnya.
2. Kondisi hormon
Hormon progesteron dan estrogen adalah dua hormon yang merangsang perkembangan lapisan dinding rahim setiap siklus menstruasi–untuk mempersiapkan kehamilan. Rangsangan hormon ini dapat berisiko meningkatkan munculnya sel abnormal di dinding rahim, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya mioma.
Sedangkan faktor yang dapat mengurangi munculnya mioma adalah riwayat melahirkan, wanita yang pernah menjalani persalinan akan memiliki resiko miom yang lebih rendah dibandingkan wanita yang belum pernah.
Gejala Mioma Uteri
Banyak wanita yang menderita mioma uteri tidak memiliki gejala apapun. Gejala sendiri bisa dipengaruhi jumlah sel abnormal, ukuran dan lokasi. Berikut ini adalah beberapa gejala mioma uteri yang paling umum, antara lain:
- Pendarahan menstruasi yang berat.
- Menstruasi berlangsung lebih dari seminggu.
- Rasa seperti tertekan atau nyeri panggul.
- Sering buang air kecil.
- Kesulitan mengosongkan kandung kemih, sehingga terasa BAK yang tidak tuntas
- Sembelit.
- Nyeri punggung atau kaki.
Segera ke dokter kandungan jika muncul nyeri yang sangat kuat melebihi nyeri perut saat menstruasi. Langkah ini menjadi sesuatu yang penting karena banyak kondisi rahim yang memiliki gejala mirip dengan kanker serviks atau endometriosis.
Diagnosis Mioma Uteri
Langkah pertama yang bisa dilakukan dokter adalah mengenali riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya daerah panggul. Saat melakukan pemeriksaan, dokter bisa merasakan bentuk rahim yang tidak normal.
Pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan dokter untuk memutuskan apakah pasien memiliki mioma uteri, sekaligus menyingkirkan penyebab lain yang berpotensi lebih serius dari gejala yang sedang terjadi. Beberapa pemeriksaan tersebut, di antaranya:
1. USG (obstetrik atau transvaginal)
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk memberikan pencitraan mengenai kondisi sistem reproduksi, panggul dan sekitarnya. Apabila dicurigai adanya suatu miom, USG obstetrik dapat memberikan satu jenis tampilan mengenai kondisi jumlah dan posisi miom tersebut, sedangkan USG transvaginal memerlukan alat khusus yang masuk ke dalam vagina untuk memberikan gambaran tambahan dari sudut pandang pencitraan yang berbeda.
2. Biopsi endometrium
Tes ini jarang dilakukan, merupakan pemeriksaan dengan mengambil sampel jaringan dari uterus. Sebuah alat kecil dilewatkan melalui lubang serviks untuk ‘mengambil’ contoh kecil jaringan di dalam rahim yang dicurigai miom.
3. Histeroskopi
Tes ini dilakukan untuk mencari miom yang menonjol ke rongga rahim dengan menggunakan selang kecil berkamera yang dimasukkan ke rahim melalui vagina.
4. Hysterosalpingography
Tes ini melibatkan injeksi pewarna ke dalam rahim dan tuba fallopii, yang kemudian dirontgen untuk mengidentifikasi struktur anatomi rahim. Selain mendeteksi mioma uteri, tes ini juga berguna bagi dokter untuk melihat masalah pada tuba fallopi.
Jika Anda memiliki masalah dengan ketidaksuburan tes ini tidak dapat dilakukan.
5. Laparoskopi
Laparoskopi selain digunakan untuk prosedur pembedahan. alat ini dapat pula digunakan untuk alat diagnostik. Dokter bedah akan memasukkan kamera fiberoptik kecil ke perut melalui sayatan kecil untuk melihat langsung organ dalam, dalam hal ini adalah mioma.
Pengobatan Mioma Uteri
Pada banyak kasus, pengobatan mioma uteri tidak diperlukan, terutama jika tidak muncul gejala, memiliki tumor kecil, atau telah mengalami menopause. Namun perlu dilakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi miomanya.
Sementara untuk mioma yang bergejala, dapat dilakukan dengan obat-obatan hormonal ataupun tindakan dengan pembedahan. Namun Opsi ini harus didiskusikan dengan praktisi kesehatan profesional.
Beberapa jenis obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala yang muncul adalah obat antiinflamasi nonsteroid, kontrasepsi oral (pil KB), gonadotropin releasing hormone agonists, danazol atau RU-486.
Komplikasi Mioma Uteri
Meskipun komplikasi mioma uteri adalah sesuatu yang jarang terjadi, penyakit ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan komplikasi seperti penurunan sel darah merah (anemia), sehingga menyebabkan kelelahan.
Selain itu, apabila Anda didiagnosis memiliki miom saat hamil, maka hal itu bisa mengganggu perkembangan janin dan menyulitkan proses persalinan. Selain itu, janin juga rentan mengalami kelahiran prematur.
Sedangkan, jika Anda sedang menjalankan program hamil, miom yang memiliki ukuran besar berpotensi menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk menempel pada dinding rahim, atau menghalangi sel sperma untuk mencapai sel telur.
Hingga kini belum ada cara yang bisa mencegah mioma uteri, akan tetapi membuat pilihan gaya hidup sehat seperti mempertahankan berat badan ideal, konsumsi sayur dan buah-buahan, mungkin dapat mengurangi risiko terjadinya miom.