Terbit: 2 October 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Mikosis adalah infeksi jamur pada kulit dan organ dalam. Kondisi ini biasanya terjadi ketika tubuh memiliki sistem imun yang lemah. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, pengobatan dan lainnya di bawah ini!

Mikosis: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Pencegahan

Apa itu Mikosis?

Mycoses atau mikosis adalah infeksi jamur yang umum terjadi pada kulit dan organ dalam tubuh. Mycoses terjadi ketika jamur yang menyerang tubuh manusia terlalu banyak, ini membuat sistem kekebalan tubuh kewalahan dan tidak bisa melawannya.

Beberapa jamur yang hidup secara alami di dalam tubuh manusia juga hidup di udara, tanah, air, dan tumbuhan. Terkadang, jamur ini dapat menyebabkan masalah kulit seperti ruam atau benjolan.

Jenis infeksi jamur yang sangat umum adalah tinea dan candida atau candidiasis. Tinea adalah jamur yang menyerang kulit, sedangkan candida adalah jamur yang dapat menginfeksi organ dalam tubuh.

Gejala Mikosis

Gejala infeksi jamur tergantung pada jenisnya, tetapi gejala umumnya, termasuk:

  • Iritasi.
  • Kulit bersisik, pecah-pecah, atau mengelupas.
  • Kemerahan.
  • Gatal.
  • Pembengkakan.
  • Melepuh.

Jenis dan Gejala Mikosis

Gejala infeksi jamur dapat berbeda-beda tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya, tempat di mana bagian tubuh terkena jamur, dan faktor individu.

Berikut ini gejala mikosis berdasarkan jenisnya:

1. Mikosis Superfisial

Mikosis superfisial adalah infeksi jamur yang menyerang lapisan kulit terluar (stratum corneum), tumbuh di sepanjang batang rambut.

  • Gejala kutu air (athlete’s foot). Kutu air adalah infeksi jamur yang terjadi di kulit kaki, biasanya di sela-sela jari kaki. Gejala kaki atlet, termasuk kaki gatal, melepuh, sensasi terbakar, memerah, bersisik, dan mengelupas.
  • Gejala panu (tinea versicolor). Panu atau juga dikenal sebagai pityriasis versicolor, adalah infeksi jamur pada lapisan atas kulit epidermis). Gejalanya termasuk bercak terang di kulit, biasanya muncul di punggung, dada, leher, dan lengan atas, yang mungkin tampak lebih terang atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya, gatal ringan, dan berkerak.
  • Kurap (tinea corporis). Kurap adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur di jaringan mati, termasuk di kulit, rambut, dan kuku. Gejalanya berupa ruam berbentuk cincin, bercak merah, gatal, melepuh, bersisik, dan luka bernanah.
  • Jock itch atau tinea cruris. Jock itch adalah infeksi jamur kulit yang terjadi di selangkangan dan paha, yang paling sering terjadi pada pria. Gejala utamanya adalah ruam kemerahan, gatal, iritasi, sensasi terbakar, bersisik, pecah-pecah, dan mengelupas.
  • Yeast infection. Ini adalah infeksi jamur pada vagina yang merupakan bentuk umum dari pertumbuhan Candida pada wanita. Gejalanya adalah gatal dan bengkak di sekitar vagina, sensasi terbakar, nyeri saat buang air kecil atau hubungan seksual, kemerahan, dan keputihan abnormal.
  • Infeksi jamur di mulut. Infeksi ketika jamur terkumpul di dalam mulut. Ini sering kali terjadi pada bayi, sistem kekebalan tubuh lemah, dan menggunakan steroid. Gejalanya bercak atau luka berwarna kuning atau putih di mulut, nyeri, perih, gusi berdarah, dan sulit menelan.

2. Mikosis Profunda

Mikosis profunda adalah infeksi jamur yang menyerang organ dalam tubuh, termasuk saluran pencernaan hingga paru-paru.

  • Fungal gastroenteritis. Infeksi jamur yang memengaruhi saluran pencernaan. Gejalanya adalah diare, kesulitan menelan, mual, dan muntah.
  • Fungal pulmonary. Infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan seperti paru-paru. Gejala infeksi jamur pada paru-paru, termasuk sesak napas, batuk, penurunan berat badan.

Baca Juga: Jamur Kuku (Onikomikosis): Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Kapan Harus ke Dokter?

Dalam sebagian besar kasus, mikosis adalah penyakit yang dapat diobati pada orang yang umumnya sehat. Namun, infeksi jamur lebih mungkin terjadi dan dapat lebih sulit diobati pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kondisi, termasuk

  • HIV/AIDS
  • Diabetes
  • Transplantasi organ
  • Mengonsumsi obat steroid atau kemoterapi.

Dalam kondisi tersebut, komplikasi infeksi jamur dapat berakibat fatal atau mengancam nyawa. Infeksi jamur yang berulang juga dapat menjadi gejala penyakit serius yang tidak terdiagnosis, seperti HIV/AIDS atau diabetes.

Oleh karena itu, segera dapatkan perawatan medis segera untuk infeksi jamur berulang termasuk infeksi jamur vagina.

Penyebab Mikosis

Penyebabnya tergantung pada jenis jamur yang memicu berbagai infeksi jamur, di antaranya:

  • Kutu air (athlete’s foot), jock itch (tinea cruris), dan kurap (tinea corporis) disebabkan oleh jamur yang disebut tinea.
  • Sebagian besar infeksi jamur seperti infeksi jamur pada vagina, infeksi jamur pada mulut, fungal gastroenteritis, dan fungal pulmonary, disebabkan oleh jamur yang disebut Candida albicans.

Faktor atau kondisi tertentu dapat menyebabkan pertumbuhan jamur berlebih di tubuh, termasuk:

  • Minum antibiotik dapat membunuh bakteri ‘baik’ dalam tubuh, serta bakteri penyebab penyakit. Ketika antibiotik membunuh bakteri baik, keseimbangan normal mikroorganisme di mulut, vagina, usus, dan organ tubuh lain di tubuh berubah, yang mengakibatkan pertumbuhan berlebih Candida albicans atau jamur lainnya.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah karena kondisi tertentu, termasuk HIV/AIDS, menerima transplantasi organ, dan mengonsumsi obat steroid atau kemoterapi.
  • Memiliki gula darah tinggi karena diabetes, yang memicu Candida albicans dan mendorong pertumbuhan berlebih.

Infeksi jamur juga dapat ditularkan dari wanita hamil ke bayi selama persalinan pervaginam atau menyusui.

Faktor Risiko Mikosis

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena infeksi jamur. Namun, tidak semua orang dengan faktor risiko dapat mengalami infeksi jamur.

Berikut ini faktor yang meningkatkan risiko terkena mikosis:

  • Anak dan lansia.
  • Paparan permukaan yang terkontaminasi jamur terutama keran, kolam renang, bak mandi air panas, atau spa.
  • Berkeringat banyak.
  • Memiliki diabetes.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat HIV/AIDS dan minum obat steroid atau kemoterapi.
  • Penerima transplantasi organ.
  • Kebersihan pribadi yang buruk.
  • Minum antibiotik yang kuat, terutama untuk jangka panjang.
  • Mamakai pakaian dalam ketat, celana dalam jenis thong, atau jeans.

Diagnosis Mikosis

Jika diduga terkena infeksi jamur, dokter awalnya akan menanyakan gejala dan memeriksa kulit yang terkena. Selain itu, dokter mungkin merekomendasikan tes lainnya tergantung tempat di mana jamur menginfeksi bagian tubuh.

  • Mikosis Superfisial

Dokter mungkin melakukan beberapa tes untuk mengesampingkan kondisi kulit lainnya yang tidak disebabkan oleh jamur, seperti dermatitis atopik atau psoriasis. Biasanya pemeriksaan kulit akan menghasilkan diagnosis.

Dokter mungkin juga akan mengambil sedikit sampel dengan mengikis kulit yang terkena, kemudian sampel dikirim ke laboratorium untuk mendeteksi keberadaan jamur. Laboratorium mungkin akan melakukan tes kultur untuk melihat apakah ada pertumbuhan jamur.

  • Mikosis Profunda

Guna memastikan organ dalam yang terkena infeksi jamur, dokter akan mengambil sedikit sampel seperti darah, dahak, sampel jaringan organ, atau cairan tubuh. Sampel ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.

Jika diduga infeksi jamur pada paru-paru atau sinus, dokter akan menyarankan rontgen dada untuk mendeteksi letak infeksi jamur.

Baca Juga: Infeksi Jamur Vagina: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Pengobatan Mikosis

Pengobatannya dimulai dengan mencari perawatan medis rutin. Perawatan medis rutin memungkinkan dokter untuk menilai risiko mengembangkan infeksi jamur dan segera melakukan tes diagnostik untuk infeksi jamur dan kondisi yang mendasarinya sesuai kebutuhan.

Tindakan tersebut sangat membantu meningkatkan kemungkinan mendiagnosis dan mengobati penyebab infeksi jamur pada tahap awal.

Berikut ini beberapa cara mengobati mikosis:

  • Menggunakan pembersih mulut antiseptik untuk sariawan.
  • Mengobati penyakit yang mendasari, seperti HIV/AIDS dan diabetes.
  • Mengobati kadar gula darah tinggi dari diabetes dapat mengatasi infeksi saat ini dan sangat penting untuk mengurangi risiko berkembangnya infeksi jamur berulang.
  • Makan yogurt atau mengonsumsi suplemen acidophilus, yang dapat membantu memperbaiki keseimbangan abnormal mikroorganisme di mulut dan saluran pencernaan.
  • Mengonsumsi obat-obatan, termasuk obat antijamur topikal atau oral seperti flukonazol.

Dalam sebagian besar kasus, infeksi jamur mulut (oral thrush) pada bayi dapat hilang dalam waktu dua minggu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan selain memantau perkembangan luka di mulut.

Hal tersebut karena sariawan bisa terasa nyeri di mulut dan kesulitan untuk makan, sebaiknya beri tahu dokter jika gejala ini muncul pada bayi.

Komplikasi Mikosis

Komplikasi infeksi jamur bisa menjadi serius bagi orang yang memiliki sistem kekebalan lemah, seperti penderita HIV/AIDS atau menggunakan obat steroid atau sedang menjalani kemoterapi.

Dalam kasus tersebut, infeksi jamur dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan infeksi jamur pada organ vital, seperti jantung dan otak. Kondisi ini dapat mengakibatkan komplikasi kritis yang mengancam jiwa, termasuk:

  • Endokarditis
  • Meningitis.
  • Nefritis.
  • Kegagalan organ.
  • Pembentukan abses.
  • Penolakan transplantasi.

Pencegahan Mikosis

Mikosis adalah penyakit yang dapat dicegah. Guna mencegah perkembangan infeksi jamur di kulit atau organ dalam, cobalah mengingatkan kiat-kiat berikut ini:

  • Menjaga kebersihan dengan baik.
  • Jangan berbagi pakaian, handuk, atau barang pribadi lainnya.
  • Memakai pakaian bersih setiap hari, terutama kaus kaki dan pakaian dalam.
  • Pilih pakaian dan sepatu yang ‘bernapas’ dengan baik. Hindari pakaian atau sepatu yang terlalu ketat atau sempit.
  • Pastikan untuk mengeringkan tubuh dengan benar menggunakan handuk bersih dan kering setelah mandi, atau berenang, olahraga.
  • Menggunakan sandal di ruang ganti umum.
  • Bersihkan permukaan bersama, seperti peralatan atau matras gym.
  • Hindari hewan yang memiliki gejala infeksi jamur, seperti bulu yang rontok atau sering mencakar.

 

  1. Anonim. 2020. Fungal Infections of the Skin. https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/fungal-infections-skin#1. (Diakses pada 2 Oktober 2020)
  2. Brannon, Heather L. Varieties of Fungal and Yeast Infections. https://www.verywellhealth.com/fungal-infection-and-yeast-infections-1069276. (Diakses pada 2 Oktober 2020)
  3. Anonim. Fungal Infections. https://www.healthgrades.com/right-care/infections-and-contagious-diseases/fungal-infections. (Diakses pada 2 Oktober 2020)
  4. Johnson, Jon. 2018. What you need to know about fungal infections. https://www.medicalnewstoday.com/articles/317970#symptoms (Diakses pada 2 Oktober 2020)
  5. Seladi-Schulman, Jill. 2020. Types of Fungal Skin Infections and Treatment Options. https://www.healthline.com/health/fungal-skin-infection#most-common-infections. (Diakses pada 2 Oktober 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi