DokterSehat.Com- Bunda, tahukah Anda bahwa proses melahirkan belum dianggap usai meskipun bayi sudah lahir? Setelah bayi lahir, masih ada satu tahapan penting untuk menyelesaikan proses persalinan yaitu mengeluarkan plasenta. Kondisi plasenta yang sulit keluar setelah 30 menit bayi lahir disebut retensio plasenta.
Apa Itu Retensio Plasenta?
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta berada di dalam rahim dan tidak keluar dengan sendirinya secara alami. Ketika ini terjadi, plasenta harus segera dikeluarkan dari rahim ibu.
Jika plasenta tetap tertahan di dalam rahim, kondisi ini dapat mengancam jiwa, mengakibatkan infeksi dan bahkan kematian.
Biasanya plasenta akan keluar sekitar 5-10 menit setelah kelahiran bayi, namun ada juga yang baru keluar setelah 30 menit. Perlekatan antara kulit bayi dan ibu pada saat menyusui untuk pertama kalinya dapat memicu aliran hormon oksitosin sehingga mendorong pelepasan plasenta secara alami. Apabila hingga 1 jam kelahiran bayi plasenta belum juga keluar, kondisi ini disebut retensio plasenta.
Demikian pengertian retensio plasenta, sementara berikut ini akan dielaskan penyebab retensio plasenta hingga pencegahannya.
Penyebab Retensio Plasenta
Sepertri dilancir Mom Junction, ada beberapa penyebab plasenta tertahan di dalam rahim, berikut di antaranya:
1. Atonia uteri
Jenis retensio plasenta yang paling umum terjadi adalah ketika rahim tidak berkontraksi atau berhenti berkontraksi agar plasenta keluar dari rahim.
2. Plasenta terperangkap
Penyebab retensio plasenta ini terjadi saat plasenta terlepas dari rahim tetapi terperangkap di belakang serviks yang tertutup. Ini biasanya terjadi ketika serviks mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan.
3. Plasenta adheren
Ketika semua atau sebagian plasenta melekat di dinding rahim, kondisi ini dikenal sebagai plasenta adheren. Dalam kasus yang jarang terjadi, ketika sebagian plasenta melekat di dinding rahim, yang dikenal sebagai plasenta akreta. Ini lebih mungkin terjadi ketika plasenta melekat pada bekas luka caesar sebelumnya.
4. Plasenta akreta
Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel di dalam rahim, yang kemungkinan karena bekas luka operasi caesar yang dilakukan sebelumnya.
5. Plasenta perkreta
Plasenta perkreta terjadi saat plasenta tumbuh dan berkembang di sepanjang dinding rahim.
Sementara penyebab retensio plasenta langka lainnya termasuk lobus succenturiate: Retensio plasenta yang juga bisa berkembang ketika sebagian plasenta terhubung ke bagian utama oleh pembuluh darah yang menempel di dalam rahim. Pembuluh darah ini dikenal sebagai lobus succenturiate.
Gejala Retensio Plasenta
Bila sisa plasenta tertahan di rahim setelah melahirkan, Anda akan mengalami gejala sehari setelah melahirkan, di antaranya:
- Demam
- Kram dan kontraksi yang parah
- Bau busuk yang mengandung residu jaringan besar
- Mengalami pendarahan terus-menerus
- Menghambat produksi susu
Menurut Konsultan Laktasi Bersertifikat Dewan Internasional (IBCLC) Renee Kam menyatakan, bahwa mengeluarkan plasenta setelah melahirkan adalah sinyal untuk produksi ASI. Jika plasenta tetap tertahan di dalam rahim, sinyal ini terputus sehingga pasokan ASI berubah.
Jenis Retensio Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi yang terbagi menjadi tiga jenis, berikut di antaranya:
1. Plasenta adheren
Plasenta adheren terjadi ketika kontraksi rahim tidak cukup kuat mengeluarkan plasenta. Ini menyebabkan plasenta yang tersisa menempel dengan longgar pada dinding rahim. Kondisi ini adalah jenis retensio plasenta yang paling umum.
2. Plasenta terperangkap
Ketika plasenta berhasil terlepas dari dinding rahim tetapi gagal dikeluarkan dari tubuh wanita itu dianggap plasenta yang terperangkap. Ini biasanya terjadi akibat penutupan serviks sebelum plasenta dikeluarkan. Plasenta yang terperangkap tertinggal di dalam rahim.
3. Plasenta akreta
Ketika plasenta menempel pada dinding otot rahim, proses persalinan menjadi lebih sulit dan biasanya menyebabkan perdarahan hebat. Kemungkinan kondisi ini membutuhkan transfusi darah dan bahkan histerektomi.
Diagnosis Retensio Plasenta
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cermat oleh bidan atau dokter dapat mendiagnosis plasenta yang tertahan di dalam rahim. Dokter akan memeriksa apakah plasenta yang dikeluarkan masih utuh dengan rahim setelah melahirkan. Bahkan sisa plasenta berukuran kecil pun bisa berisiko.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin tidak mendiagnosis bagian plasenta yang hilang. Tetapi, ketika ibu mulai mengalami gejala setelah melahirkan, itu menandakan retensio plasenta.
Diagnosis dilakukan dengan pemindaian ultrasound untuk memeriksa fragmen plasenta yang tertahan di dalam rahim. Jika ditemukan sisa plasenta yang terperangkap, Anda akan memerlukan perawatan untuk mencegah komplikasi.
Penanganan Retensio Plasenta
Jika mengalami gejala retensio plasenta setelah persalinan, Anda dapat menghubungi dokter untuk perawatan lebih lanjut. Berikut perawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi retensio plasenta:
1. Manual
Penanganan retensio plasenta biasanya dilakukan di ruang bersalin atau ruang operasi. Dokter akan memasukkan kateter untuk mengosongkan kandung kemih, dan memberi antibiotik intravena untuk mencegah infeksi. Anda juga akan diberi anestesi lokal, baik spinal atau epidural.
Dokter kemudian akan melepaskan plasenta di dalam rahim. Setelah pengangkatan plasenta manual agar rahim berkontraksi, dokter akan memberikan lebih banyak obat.
2. Menarik tali pusar
Penanganan retensio plasenta ini dilakukan ketika plasenta terlepas dari uterus, namun belum bisa keluar. Mengetahui kondisi ini, dokter akan menarik tali pusar dengan lembut untuk membantu mengeluarkan plasenta.
3. Kuretase
Pengangkatan plasenta akreta secara manual dilakukan sebagian dan kuretase menghilangkan sisanya. Kuret sendiri dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa plasenta dari rahim melalui pengikisan.
4. Histerektomi
Ketika kasus plasenta perkreta, plasenta tumbuh ke dalam rahim. Kondisi dini dapat dilakukan dengan histerektomi – operasi pengangkatan rahim. Ririko dari perawatan ini adalah Anda tidak bisa lagi hamil.
Adakah Cara Mencegah Retensio Plasenta?
Berikut ini tips yang mungkin dapat membantu Anda untuk mencegah retensio plasenta:
- Jika pernah mengalami plasenta yang tertahan di rahim setelah persalinan sebelumnya, kemungkinan berrisiko yang lebih tinggi. Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perhatian selama tahap ketiga persalinan. Kontak kulit dengan kulit bayi dapat mengurangi risiko.
- Hindarilah penggunaan induksi oksitosin (syntocinon) buatan dalam waktu yang lama untuk mengurangi risiko plasenta yang tertahan di dalam rahim, operasi caesar, dan bekas luka di rahim. Terlalu banyak oksitosin akan menyebabkan atonia uteri, yang merupakan penyebab utama tertahannya plasenta pada rahim.
Lakukanlah langkah-langkah untuk mencegah komplikasi. Jika memiliki riwayat plasenta yang tertahan atau Anda berisiko, kondsultasikan semua masalah dengan dokter.