Terbit: 20 June 2019 | Diperbarui: 22 March 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Tinea cruris adalah infeksi kulit akibat jamur yang menyerang area selangkangan dan sekitarnya. Kondisi ini memang tidak berbahaya, tapi dapat menimbulkan ketidaknyamanan akibat gejala gatal hingga sensasi terbakar yang ditimbulkannya. Ketahui selengkapnya tentang tinea cruris mulai dari penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahannya berikut ini!

Tinea Cruris: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Apa Itu Tinea Cruris?

Tinea cruris adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur. Infeksi ini juga dikenal dengan nama jock itch. Seperti infeksi jamur pada umumnya, tinea cruris muncul pada bagian tubuh yang lembab, lebih spesifiknya adalah pada bagian selangkangan, yang kemudian menyebar ke bagian bokong dan paha.

Tinea cruris bukan merupakan kondisi yang serius, namun jika dibiarkan, kondisi ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan semakin menyebabkan ketidaknyamanan. Tinea cruris juga sering disebut sebagai kutu air, meskipun infeksinya disebabkan oleh jamur dan bukan kutu.

Penyebab Tinea Cruris

Penyebab tinea cruris yang paling umum adalah akibat dari infeksi jamur spesies Trichophyton rubrum dan Epidermophyton floccosum. Keduanya termasuk ke dalam golongan jamur dermatofita, yaitu jamur yang dapat menyerang jaringan yang memiliki kandungan keratin seperti kuku, rambut, dan kulit.

Penyakit tinea cruris dapat menular lewat kontak kulit dengan seseorang yang terinfeksi. Contohnya dengan cara seperti berbagai penggunaan handuk, pakaian dalam, baju, atau celana dengan orang yang terinfeksi tinea cruris.

Kondisi ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain jika terjadi kontak antara kulit yang terinfeksi dengan bagian kulit lain. Contohnya seperti setelah menggaruk bagian yang terinfeksi, Anda menggaruk bagian tubuh lain tanpa membersihkan tangan sebelumnya.

Faktor risiko

Terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang memiliki risiko lebih tinggi terkena tinea cruris seperti berikut ini:

  • Membiarkan bagian selangkangan lembap
  • Kurang menjaga kebersihan area genital
  • Obesitas
  • Sering berkeringat (seorang yang bekerja sebagai atlet misalnya)
  • Memiliki kekebalan tubuh rendah seperti pasien dengan diabetes atau HIV dan yang mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama.
  • Menggunakan celana dalam ketat
  • Jenis kelamin pria di usia muda atau produktif.

Gejala Tinea Cruris

Tinea cruris ditandai dengan gejala seperti berikut ini:

  • Ruam kemerahan dengan tepi lesi lebih tinggi atau lebih aktif membentuk cincin
  • Kulit bersisik
  • Awalnya muncul di bagian lipatan, kemudian menyebar ke bagian paha atas, kemaluan, dan bokong
  • Gatal dan rasa perih seperti terbakar
  • Dapat menular dan meluas menyebabkan infeksi jamur di bagian tubuh lain.

Diagnosis Tinea Cruris

Diagnosis tinea cruris dimulai dengan wawancara untuk mengetahui gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan mengambil sampel kulit menggunakan skapel untuk mengerok jaringan kulit.

Jaringan kulit tersebut akan diperiksa di bawah mikroskop dengan menggunakan larutan KOH 10% untuk identifikasi elemen jamur berupa hifa panjang bersekat. Bagian jaringan yang diambil adalah pada bagian yang lebih timbul atau aktif.

Pengobatan Tinea Cruris

Tinea cruris dapat bertahan hingga berbulan-bulan apabila tidak ditangani. Namun sebenarnya kondisi ini tidak terlalu sulit untuk diatasi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai cara mengobati penyakit tinea cruris:

  • Pastikan kulit selalu kering dan bersih. Jika berkeringat, segera ganti pakaian untuk mencegah tubuh menjadi lembap.
  • Hindari penggunaan pakaian yang ketat dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit Anda.
  • Penggunaan obat tablet antihistamin dapat digunakan untuk mencegah gejala gatal pada tinea cruris.
  • Penggunaan obat krim topikal antijamur seperti miconazole, ketoconazole, itraconazole, atau clotrimazole. Obat digunakan sebanyak paling tidak dua kali sehari. Penggunaannya minimal dua minggu untuk memastikan jamur benar-benar telah mati dan tidak dapat berkembang lagi. Jadi meskipun gejala sudah tidak terlihat, obat tetap harus diaplikasikan hingga paling tidak dua minggu
  • Penggunaan obat antibiotik juga terkadang diperlukan untuk mengatasi tinea cruris yang mengalami infeksi sekunder akibat bakteri.
  • Apabila penggunaan obat tinea cruris topikal tidak berpengaruh, dokter mungkin akan meresepkan obat antijamur untuk diminum seperti itraconazole, fluconazole atau ketoconazole.

Pencegahan Tinea Cruris

Mencegah tinea cruris pada dasarnya tidak sulit. Kuncinya adalah dengan cara menerapkan pola hidup bersih. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit tinea cruris:

  • Mencuci tangan secara teratur setiap akan atau sesudah melakukan aktivitas tertentu.
  • Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering, terutama pada bagian pangkal paha.
  • Mencuci area genital secara teratur dan mengeringkannya secara menyeluruh setelah mandi.
  • Menghindari penggunaan pakaian ketat.
  • Menggunakan pakaian yang longgar, terutama apabila cuaca panas atau lembap.
  • Mencuci pakaian olahraga setiap setelah menggunakannya.
  • Jika Anda memiliki kutu air, segera obati agar tidak menyebabkan infeksi jamur pada bagian tubuh lainnya.
  • Menggunakan handuk yang berbeda untuk mengeringkan area genital.

Itu dia berbagai informasi yang perlu Anda ketahui tentang tinea cruris. Penyakit kulit sering kali memiliki gejala yang mirip. Padahal jika penyebabnya berbeda, maka penanganannya juga tentu akan berbeda.

Apabila infeksi kulit akibat jamur diberikan jenis obat seperti antibiotik, tentu kondisinya tidak akan membaik atau bahkan dapat memburuk. Banyak kasus tinea cruris atau infeksi jamur lainnya yang membutuhkan perawatan lebih lama akibat infeksinya menjadi lebih parah karena salah memilih pengobatan. Padahal kondisi ini seharusnya tidak begitu sulit untuk diatasi.

Maka dari itu, sebelum memilih obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi kulit tertentu, pastikan Anda sudah memastikan diagnosis penyakit tersebut dengan cara berkonsultasi ke dokter.

 

Sumber:

  1. Jock Itch: Causes, Symptoms, and Treatments – https://www.healthline.com/health/jock-itch#symptoms
  2. Jock itch: Causes, treatments, and remedies – https://www.medicalnewstoday.com/articles/315788.php
  3. What Causes Jock Itch? Can You Prevent It? – https://www.webmd.com/men/causes-and-prevent-jock-itch#1
  4. Jock Itch – https://www.medicinenet.com/jock_itch/article.htm#jock_itch_tinea_cruris_facts

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi