Terbit: 16 September 2020 | Diperbarui: 17 March 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Kyphosis atau kifosis adalah kondisi tulang belakang terlalu melengkung dan membulat, yang menyebabkan postur tubuh tampak bungkuk. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, penyebab, gejala, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!

Kifosis: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll

Apa Itu Kifosis?

Kifosis adalah suatu kondisi di mana tulang belakang di punggung atas memiliki kelengkungan yang berlebihan, membulat, atau bengkok yang tidak normal. Ini biasanya disebabkan oleh lemahnya tulang belakang yang terkait usia.

Punggung atas atau area toraks tulang belakang pada dasarnya memiliki lengkungan yang alami. Tulang belakang melengkung secara alami berada di leher, punggung atas, dan punggung bawah untuk membantu meredam guncangan dan menopang beban kepala.

Sedangkan pada penderita kifosis memiliki lengkungan yang berlebih dari biasanya. Jika dilihat dari samping, punggung atas mungkin terlihat bulat atau menonjol dan tampak bungkuk. Kondisi ini menyebabkan sakit punggung, nyeri dada, dan kesulitan bernapas.

Tanda dan Gejala Kifosis

Gejala yang dialami mungkin berbeda pada setiap orang, tetapi tanda dan gejala yang paling umum, di antaranya:

  • Kepala menekuk ke depan dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
  • Ketinggian punggung atas tampak lebih tinggi ketika membungkuk ke depan.
  • Otot paha belakang kencang.
  • Nyeri punggung.
  • Punggung kaku.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Jika memiliki tulang belakang tampak melengkung, sebaiknya periksakan ke dokter. Namun, tidak semua kasus penyakit ini memiliki gejala yang dapat terlihat. Maka dari itu, sangat penting untuk menghubungi dokter jika mengalami gejala berikut:

  • Nyeri punggung terus-menerus.
  • Punggung kaku.
  • Paha belakang terasa kencang.
  • Kesulitan bernapas.
  • Nyeri punggung yang menjalar sampai ke kaki.
  • Kelelahan.

Penyebab Kifosis

Berbagai kondisi dan masalah kesehatan tertentu dapat menyebabkan lengkungan tulang belakang tidak normal. Berikut ini sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan kifosis:

  • Fraktur (patah tulang) atau kompresi vertebra. Salah satu ruas tulang belakang yang mengalami patah dapat menyebabkan kelengkungan bertambah. Patah tulang kompresi biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala yang terlihat.
  • Penyakit Scheuermann (Scheuermann Disease). Ini juga disebut kyphosis Scheuermann, jenis ini biasanya dimulai selama percepatan pertumbuhan yang terjadi sebelum masa pubertas. Anak laki-laki lebih sering mengalaminya daripada perempuan.
  • Penyakit cakram degeneratif (degenerative disk disease). Seiring bertambahnya usia, cakram tulang belakang akan mengering dan menyusut, yang biasanya memperburuk kondisi. Cakram tulang belakang adalah cakram lunak dan melingkar yang berfungsi sebagai bantalan di antara tulang belakang.
  • Osteoporosis. Pengeroposan tulang ini dapat menjadi penyebab kifosis, terutama jika tulang belakang yang melemah menyebabkan patah tulang. Osteoporosis paling sering terjadi pada wanita lansia dan orang yang telah menggunakan obat kortikosteroid dalam waktu yang lama.
  • Sindrom. Kelainan tulang belakang pada anak juga terkait dengan sindrom tertentu seperti sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan. Sindrom Ehlers-Danlos adalah kelainan bawaan yang menyebabkan kulit dan sendi terlalu elastis. Sedangkan Sindrom Marfan merupakan gangguan jaringan ikan yang menyebabkan masalah pada tulang belakang seperti skoliosis.
  • Cacat lahir. Perkembangan tulang belakang yang tidak baik sebelum kelahiran dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang.
  • TB (tuberculosis) pada tulang belakang. Infeksi bakteri TB pada tulang belakang dapat menimbulkan abses dingin dan kerusakan tulang belakang yang disebut gibbus
  • Kanker dan pengobatannya. Kanker yang terjadi pada tulang belakang dapat melemahkannya dan membuatnya lebih rentan mengalami patah tulang. Begitu pun perawatan dengan kemoterapi dan terapi radiasi kanker.

Faktor Risiko Kifosis

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kelainan bentuk tulang belakang, di antaranya:

  • Memiliki anggota keluarga yang mengalami kifosis.
  • Spondilitis ankilosa.
  • Distrofi otot.
  • Neurofibromatosis.
  • Penyakit Paget.
  • Polio.
  • Tuberkulosis (TBC) spinal.
  • Tumor spinal.
  • Spina bifida.
  • Menopause
  • Trauma.
  • Kurang asupan kalsium dan atau olahraga pada usia remaja atau dewasa muda

Diagnosis Kifosis

Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk memeriksa tinggi badan. Dokter akan meminta pasien membungkuk untuk melihat tulang belakang dari samping. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan neurologis untuk memeriksa refleks dan kekuatan otot.

Setelah memeriksa tanda dan gejala yang dialami, dokter mungkin menyarankan tes tambahan lainnya berikut ini:

  • Pencitraan. Penggunaan sinar-X dapat menentukan kelengkungan dan mendeteksi kelainan bentuk tulang belakang. Computed tomography (CT) scan mungkin juga disarankan untuk memudahkan dokter melihat kelainan tulang belakang melalui gambar yang lebih detail.
  • Magnetic resonance imaging (MRI). Gambar-gambar yang dihasilkan oleh MRI dapat mendeteksi infeksi atau tumor di tulang belakang dan mencari jepitan pada saraf.
  • Tes saraf. Tes ini dilakukan jika pasien mengalami mati rasa atau otot melemah. Tes saraf bertujuan untuk menentukan seberapa baik impuls saraf berjalan antara sumsum tulang belakang dan gerakan tubuh.
  • Tes kepadatan tulang (Dual energy X-Ray Absorbtiometry/DEXA). Tes ini juga menggunakan dua gelombang sinar-X untuk menilai seberapa kuat tulang. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis kondisi yang menyebabkan melemahnya tulang, seperti osteoporosis atau penyakit Paget.

Jenis Kifosis

Kelainan bentuk tulang belakang ini terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya:

  • Postural kyphosis. Jenis ini paling sering terjadi, biasanya pada remaja ketika tulang belakang dan otot sekitarnya berkembang tidak normal. Kondisi ini kemungkinan disebabkan postur tubuh yang buruk.
  • Scheuermann’s kyphosis. Ini juga cenderung terjadi selama masa remaja, tetapi bisa menjadi lebih parah daripada jenis postural. Penyebab kifosis belum diketahui secara pasti.
  • Congenital kyphosis. Jenis ketiga ini terjadi ketika tulang belakang janin dalam kandungan tidak berkembang dengan baik, sehingga menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang saat lahir. Kelainan ini dapat memburuk dengan cepat seiring bertambahnya usia.

Pengobatan Kifosis

Perawatan dan pengobatan kifosis adalah tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisinya. Berikut ini beberapa cara mengobati kelainan bentuk tulang belakang:

1. Obat-obatan

Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dapat membantu pengobatannya. Obat-obatan ini termasuk:

  • Obat pereda nyeri. Dokter mungkin meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat, jika obat-obatan yang dijual bebas tidak efektif seperti asetaminofen, ibuprofen, atau naproxen sodium.
  • Obat osteoporosis. Obat penguat tulang bisa membantu mencegah patah tulang belakang yang akan memperburuk kondisi.

2. Terapi

Terapi bisa membantu mengelola jenis kifosis tertentu, mungkin dokter akan menyarankan terapi berikut:

  • Latihan. Melakukan latihan peregangan bisa membantu meningkatkan fleksibilitas tulang belakang dan meredakan nyeri punggung.
  • Bracing (alat penunjang). Anak-anak yang menderita penyakit Scheuermann mungkin bisa menghentikan perkembangan kondisi dengan memakai penyangga tubuh saat tulangnya masih dalam masa pertumbuhan.

3. Operasi

Prosedur operasi mungkin disarankan untuk kondisi yang parah karena menjepit sumsum tulang belakang atau akar saraf. Fusi tulang belakang adalah prosedur paling sering dilakukan untuk mengurangi kelengkungan tulang yang berlebih.

Dokter bedah dapat memasukkan potongan tulang di antara tulang belakang dan mengikatnya dengan batang logam dan sekrup sampai tulang belakang sembuh.

Guna membantu mempertahankan kepadatan tulang dengan baik, dokter mungkin menyarankan langkah berikut:

  • Makan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D.
  • Tidak merokok.
  • Tidak minum alkohol.

Komplikasi Kifosis

Kelainan bentuk tulang belakang yang dibiarkan dan tanpa mendapatkan pengobatan bisa menyebabkan komplikasi berikut:

  • Gangguan pernapasan. Kifosis yang parah dapat menyebabkan tekanan pada paru-paru, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Masalah pada penampilan tubuh. Orang yang mengalami kondisi ini (terutama remaja), mungkin mengembangkan penampilan tubuh yang kurang menarik karena punggung membulat atau karena menggunakan bracing untuk memperbaiki kondisi tersebut. Sedangkan bagi orang tua, masalah penampilan tubuh dapat menyebabkan minder atau menarik diri dari lingkungan.
  • Keterbatasan gerak tubuh. Kelainan bentuk tulang belakang terkait dengan otot punggung yang melemah dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Lengkungan tulang belakang juga menyebabkan sulit melihat ke atas, mengemudi, dan nyeri saat berbaring.
  • Gangguan pencernaan. Lengkungan tulang belakang yang parah dapat menekan saluran pencernaan, yang menyebabkan gangguan seperti refluks asam dan kesulitan menelan.

Pencegahan Kifosis

Kifosis adalah kelainan yang terkadang bisa dicegah dengan menjaga postur tubuh dan kesehatan punggung yang baik. Selain itu, berikut ini beberapa tips lainnya yang dapat mencegah kelainan bentuk tulang belakang:

  • Berolahraga secara teratur.
  • Menghindari posisi tubuh membungkuk.
  • Mengupayakan posisi ergonomis ketika menggunakan meja atau komputer.
  • Menggunakan ransel yang dirancang khusus dengan menyebarkan beban secara merata ke seluruh punggung.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. What is kyphosis?. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/kyphosis. (Diakses pada 16 September 2020)
  2. Anonim. 2018. Kyphosis. https://www.nhs.uk/conditions/kyphosis/. (Diakses pada 16 September 2020)
  3. Anonim. 2017. Kyphosis. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17671-kyphosis. (Diakses pada 16 September 2020)
  4. Anonim Tanpa Tahun. Kyphosis risk factors. https://www.wikidoc.org/index.php/Kyphosis_risk_factors#:~:text=Various%20diseases%20of%20the%20spine,for%20the%20development%20of%20kyphosis. (Diakses pada 16 September 2020)
  5. Gabbey, Amber E. 2019. What Is Kyphosis?. https://www.healthline.com/health/kyphosis. (Diakses pada 16 September 2020)
  6. Kandola, Aaron. 2019. What to know about kyphosis. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324071. (Diakses pada 16 September 2020)
  7. Mayo Clinic Staff. 2020. Kyphosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/kyphosis/symptoms-causes/syc-20374205. (Diakses pada 16 September 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi