Terbit: 25 August 2020 | Diperbarui: 8 April 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Keratoconus atau keratokonus adalah gangguan mata di mana kornea menipis dan berbentuk kerucut sehingga memengaruhi penglihatan. Ketahui apa itu keratoconus, gejala, penyebab, pengobatan, dll.

Keratoconus (Keratokonus): Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Keratoconus?

Keratoconus adalah gangguan mata yang ditandai dengan penipisan kornea hingga membuat kornea berbentuk cembung seperti kerucut serta menonjol ke luar dan ke bawah. Kornea adalah lapisan tipis pada bagian depan mata untuk melindungi pupil, iris, dan ruang anterior mata.

Fungsi kornea adalah untuk membiaskan cahaya dan membantu memfokuskan cahaya ke retina mata. Gangguan pada kornea mata akan menyebabkan gangguan penglihatan berupa kepekaan terhadap cahaya (silau).

Keratoconus atau keratokonus mulai terjadi pada orang berusia 10 hingga 25 tahun. Gangguan kornea ini memengaruhi kedua bola mata dan gejala dapat berkembang lambat hingga 10 tahun.

Saat kornea yang berbentuk bola berubah menjadi kerucut, maka fokus penglihatan akan terdistorsi dan terjadi astigmatisme (mata silinder). Sementara saat bagian depan kornea mengembang, maka penglihatan objek dekat menjadi rabun dan objek jauh semakin tidak terlihat.

Kondisi keratokonus dapat diatasi dengan menggunakan lensa kontak lunak atau kacamata. Dalam kondisi yang lebih serius, Anda mungkin harus menggunakan lensa kontak khusus dengan tekstur yang kaku untuk menjaga penipisan kornea tidak bertambah parah serta mencegah risiko transplantasi kornea.

Gejala Keratoconus

Gejala keratokonus umumnya mulai muncul pada usia belasan tahun hingga awal usia 20-an, berupa:

  • Mata gatal
  • Silau
  • Distorsi penglihatan
  • Tiba-tiba penglihatan kabur
  • Diplopia monokuler (penglihatan ganda)
  • Kornea menonjol ke luar dan mengarah ke bawah mata
  • Pembengkakan kornea
  • Gangguan penglihatan saat mengemudi di malam hari karena kepekaan cahaya (silau) oleh lampu kendaraan lain

Gejala tersebut mungkin berkembang lambat selama 10-20 tahunan. Gangguan penglihatan juga dapat berkembang semakin serius sesuai dengan tingkat keparahan kerusakan bentuk kornea.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter mata bila Anda memiliki gangguan penglihatan yang Anda alami semakin memburuk. Anda juga dapat berkonsultasi pada dokter bila khawatir pada kelengkungan kornea (astigmatisme/mata silinder) yang juga berpengaruh pada penglihatan Anda.

Penyebab Keratoconus

Penyebab keratokonus belum diketahui secara pasti, namun kekurangan kolagen diduga menjadi salah satu faktor utama. Pasalnya, bentuk kornea didukung oleh serat-serat kecil protein yang terdiri dari kolagen. Kekurangan kolagen akan membuat serat-serat tersebut lemah sehingga tidak dapat menahan bentuk normal kornea, yaitu bentuk seperti kubah atau bola.

Selain itu, kerusakan kornea juga dipicu oleh penurunan kadar antioksidan di mata yang berperan untuk melindungi kornea. Kornea juga menghasilkan residu perusak yang harusnya dibersihkan oleh antioksidan agar kondisi kornea tetap sehat dan normal.

Faktor Risiko Keratoconus

Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami keratokonus:

  • Faktor Keturunan: Keratokonus bukan penyakit genetik namun berdasarkan data, 1 dari 10 penderita keratokonus memiliki orang tua yang juga menderita gangguan kornea yang sama.
  • Mengucek Mata: Kebiasaan menggaruk atau mengucek mata secara agresif dapat merusak bentuk kornea.
  • Riwayat Medis: Orang dengan riwayat asma, alergi mata, retinitis pigmentosa, sindrom Ehlos Dahlers, dan sindrom Down rentan mengalami komplikasi keratokonus.

Beberapa kondisi tersebut meningkatkan risiko seseorang mengembangkan penyakit keratokonus. Walaupun demikian, memiliki satu atau lebih faktor tersebut tidak berarti Anda akan mengalami gangguan kornea.

Diagnosis Keratoconus

Dokter akan bertanya seputar gejala yang Anda alami, seperti:

  • Apakah Anda mengalami perubahan penglihatan secara tiba-tiba?
  • Apakah Anda mengalami penglihatan ganda?
  • Apakah Anda mengalami rabun saat melihat objek dekat dan jauh?
  • Apakah sering merasa silau terhadap cahaya?
  • Apakah mengalami gangguan penglihatan saat berkendara di malam hari?

Setelah itu, dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata menggunakan beberapa metode, termasuk:

  • Keratometri: Menggunakan fokus lingkaran cahaya pada kornea untuk menganalisis bentuk dan posisi kornea.
  • Refraksi Mata: Menggunakan perangkat khusus dengan kombinasi lensa (phoropter) atau retinoskop untuk menentukan masalah penglihatan yang Anda alami.
  • Slit-Lamp Examination: Menggunakan cahaya dari slit-lamp untuk mengevaluasi bentuk kornea.
  • Computerized Corneal Mapping: Merekam gambar mata atau bentuk detail kornea menggunakan fotografi khusus seperti tomografi.

Dokter akan menjelaskan bagaimana metode diagnosis dapat menentukan gangguan mata apa yang Anda alami, juga berdasarkan gejala yang Anda alami.

Pengobatan Keratoconus

Pengobatan keratokonus tergantung pada tingkat keparahan gejala serta berapa progresif kerusakan kornea yang terjadi. Umumnya, dokter akan mengobati keratokonus dengan cara meningkatkan penglihatan atau memperlambat kerusakan kornea.

Berikut ini opsi pengobatan keratokonus:

1. Terapi Mata

Dokter akan menyarankan terapi mata menggunakan corneal collagen cross-linking atau ikatan silang kolagen kornea. Metode ini dilakukan dengan menggunakan tetes mata yang mengandung riboflavin (vitamin B2) dan juga terapi sinar ultraviolet.

Terapi ini akan membuat kornea kaku sehingga bentuknya tetap terjaga dan normal. Terapi ini juga akan mengurangi risiko gangguan penglihatan progresif.

2. Lensa

Ada beberapa opsi lensa termasuk kacamata atau lensa kontak untuk mengatasi perubahan bentuk kornea, yaitu:

  • Kacamata atau Lensa Kontak Lunak

Dokter akan membuatkan jenis kacamata atau lensa kontak tekstur lunak untuk membantu menjaga bentuk kornea agar tidak semakin melengkung dan tipis. Pasien harus melakukan kontrol rutin dan mengganti lensanya secara berkala.

  • Lensa Kontak Kaku

Menggunakan lensa kontak keras atau kaku untuk menjaga bentuk kornea. Anda mungkin merasa tidak nyaman dengan lensa kontak ini pada awal penggunaan, namun lensa kontak ini sangat membantu penglihatan Anda.

  • Lensa Piggyback

Bila Anda tidak nyaman menggunakan lensa kontak kaku, maka dokter dapat meresepkan lensa kontak piggyback. Anda akan menggunakan dua lensa kontak, yaitu lensa kontak lunak yang kemudian dilapisi lensa kontak kaku.

  • Lensa Hybrid

Lensa kontak yang memiliki desain sesuai kebutuhan Anda untuk menjaga bentuk kornea. Lensa kontak ini memiliki tekstur kaku pada bagian tengan, namun cincin lensa memiliki tekstur lembut.

  • Lensa Scleral

Pada keratokonus dengan bentuk kornea yang lebih tidak teratur, Anda dapat menggunakan lensa scleral. Lensa scleral melindungi bagian putih mata dan tidak menyentuh kornea.

Anda harus konsultasi secara berkala dengan dokter mata Anda bila menggunakan perawatan mata dengan lensa. Anda mungkin harus mengganti resep lensa tergantung pada perubahan kondisi mata Anda.

2. Operasi Kornea

Dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi kornea bila kerusakan bentuknya sudah semakin parah atau terdapat jaringan parut kornea akibat lapisan kornea sudah sangat tipis. Operasi kornea dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Penetrating Keratoplasty: Penipisan kornea yang sangat parah memerlukan tindakan transplantasi kornea (keratoplasti). Dokter akan mengangkat kornea lama dan menggantinya dengan kornea yang cocok dari pendonor.
  • Deep anterior lamellar keratoplasty (DALK): Pembedahan kornea mata di mana lapisan kornea tetap dipertahankan dan menambah lapisan kornea agar ketebalan kornea sesuai.

Itulah beberapa opsi pengobatan keratokonus. Dokter akan melakukan perawatan sesuai dengan kondisi Anda.

Komplikasi Keratoconus

Lapisan kornea mungkin mengalami komplikasi jaringan parut (luka) akibat pembengkakan secara tiba-tiba dan cepat. Apabila kondisi ini terjadi, lapisan kornea akan rusak dan bekas jaringan parut tersebut akan mengganggu penglihatan.

Pencegahan Keratoconus

Cara mencegah keratokonus adalah dengan menjaga kesehatan mata, seperti:

  • Hindari mengucek mata secara agresif.
  • Beri istirahat pada mata dengan tidak fokus pada layar komputer atau ponsel terlalu lama.
  • Rajin konsumsi makanan sehat yang mengandung kolagen, antioksidan, vitamin A, C, E, asam lemak omega-3, lutein, dan zinc.

Selain itu, Anda harus rajin cek kesehatan mata bila mulai mengalami gangguan mata seperti iritasi mata atau penglihatan buram. Bila perlu, Anda mungkin harus konsumsi vitamin mata secara khusus.

Itulah pembahasan lengkap tentang apa itu keratoconus. Keratokonus adalah gangguan mata akibat kelengkungan kornea yang memengaruhi fokus penglihatan. Mohon segera hubungi dokter mata bila Anda mengalami gangguan mata secara tiba-tiba.

 

  1. American Opotometric Association. 2020. Keratoconus. https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/keratoconus?sso=y. (Diakses pada 25 Agustus 2020).
  2. MayoClinic. 2020. Keratoconus. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/keratoconus/symptoms-causes/syc-20351352. (Diakses pada 25 Agustus 2020).
  3. WebMD. 2020. What Is Keratoconus?. https://www.webmd.com/eye-health/eye-health-keratoconus#1. (Diakses pada 25 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi