DokterSehat.Com – Penyebab kemandulan pria bisa dipicu karena Azoospermia yaitu cairan sperma tidak mengandung sel spermatozoa. Sperma itu sendiri dihasilkan oleh organ reproduksi pria yang disebut testis. Gangguan ini bisa terjadi karena adanya sumbatan saluran spermatozoa (azoospermia obstruksi) atau kegagalan testis memproduksi spermatozoa (azoospermia non-obstruksi). Pasien infertilitas pria dengan azoospermia, perlu kita cari beberapa hal yang dapat mencetuskan penyebab azoospermia seperti:
- adanya riwayat kelainan bawaan seperti, testis yang tidak berada di kantung testis.
- riwayat testis yang terpuntir (torsio).
- penggunaan hormon testosteron.
- riwayat pengobatan kanker menyokong kemungkinan suatu kelainan bukan sumbatan.
- riwayat operasi didaerah inguinal dapat merupakan penyebab kelainan sumbatan.
Penting kita mengetahui pencetus tersebut akibat sumbatan ataupun tidak. Operasi yang bertujuan untuk kontrasepsi mantap atau vasektomi seringkali menjadi penyebab kelainan obstruksi. Riwayat penyakit infeksi juga penting untuk diperhatikan, terutama infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan sumbatan saluran spermatozoa sekaligus merusak pabrik spermatozoa.
Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya pemicu azoospermia seperti varikokel (pelebaran pembuluh darah daerah testis), ukuran testis yang tidak normal, ada/ tidaknya saluran spermatozoa (vas deferens) serta melihat adanya tanda-tanda sumbatan. Ukuran testis yang lebih kecil dan konsistensinya yang lembek menunjukkan kemungkinan bukan sumbatan. Sedangkan tidak terabanya saluran spermatozoa atau adanya saluran yang melebar, menunjukkan kemungkinan sumbatan.
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hormon (FSH, LH dan Testosteron) dan USG skrotum. Peningkatan hormon FSH (hormon yang memberi instruksi testis utuk membuat spermatozoa) disertai penurunan LH dan testosteron menandakan adanya gangguan dalam pembentukan spermatozoa (bukan sumbatan). Dari pemeriksaan USG dapat diketahui ukuran testis dan ada atau tidaknya pelebaran saluran spermatozoa. Walaupun dari anamesis/wawancara, pemeriksaan fisik dan tambahan (hormon dan USG) sudah menyokong adanya kelainan sumbatan atau bukan sumbatan, namun diagnosis pastinya adalah dengan operasi yaitu dengan melihat secara langsung kondisi yang ada.
Teknik pengecekan ada/tidaknya spermatozoa dapat dilakukan dengan teknik penyedotan daerah epididymis (PESA-Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration) maupun dengan teknik bedah mikro untuk mengambil jaringan testis (TESE-Testicular Sperm Extraction).
Pada pasien-pasien yang masih ingin mencoba untuk memiliki keturunan secara normal, dapat dilakukan operasi eksplorasi testis untuk melihat ada/tidaknya sumbatan. Bila terdapat sumbatan, dapat dilakukan penyambungan sumbatan tersebut. Pada pasien dengan keterbatasan waktu (usia pasangan wanita) atau dana maka tindakan yang dianjurkan adalah pengecekan ada/tidaknya spermatozoa. Bila terdapat spermatozoa, dilanjutkan dengan pembekuan/freezing spermoatozoa.
Selanjutnya, bila pasangan tersebut ingin memiliki keturunan, dengan pasangan pria yang memiliki penyakit azoospermia, maka harus mengikuti program bayi tabung. Namun apabila dari pemeriksaan tidak ditemukan sperma sama sekali, maka saat ini teknologi kedokteran yang ada belum memungkinan pasangan tersebut untuk memperoleh keturunan.
Pasien azoospermia dengan varikokel, dianjurkan untuk dilakukan operasi varikokel terlebih dahulu, karena diketahui bahwa sekitar 30-40 persen pasien azoospermia dengan varikokel, setelah operasi varikokel dapat ditemukan spermatozoa kembali dalam cairan ejakulasinya. Pemilihan jenis tindakan sangat bergantung dengan situasi dan kondisi pasien dan perlu didiskusikan dengan dokter yang menanganinya.