Terbit: 11 January 2022 | Diperbarui: 25 May 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Intoleransi makanan adalah ketika tubuh sulit mencerna makanan tertentu. Kondisi ini ditandai dengan gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan. Simak penjelasannya mulai dari gejala, penyebab, cara mengatasi, hingga pencegahannya berikut ini.

Intoleransi Makanan: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pencegahan

Apa itu Intoleransi Makanan?

Intoleransi makanan adalah kondisi di mana sistem pencernaan kesulitan mencerna makanan tertentu. Dengan kata lain, ini juga disebut sebagai kepekaan terhadap makanan.

Kepekaan terhadap makanan tertentu berarti usus sensitif terhadap makanan tertentu dan tidak dapat mentolerirnya. Ketika makan makanan tertentu, mungkin mengalami gejala yang tidak nyaman seperti diare, perut kembung dan sakit perut.

Jenis Intoleransi Makanan

Berikut ini sensitivitas makanan yang umum terjadi:

  • Laktosa. Orang yang intoleran laktosa tidak memiliki cukup enzim laktase untuk memecah laktosa, gula yang terdapat dalam susu dan produk susu.
  • Histamin. Ini adalah bahan kimia alami dalam makanan seperti keju, cokelat, nanas, pisang, dan alpukat. Anggur merah atau putih juga mengandung histamin. Orang yang tidak toleran terhadap histamin tidak membuat cukup enzim diamin oksidase untuk memecah bahan kimia tersebut.
  • Gluten. Gluten adalah protein dalam gandum, rye (gandum hitam), dan barley. Sensitivitas terhadap gluten tidak sama dengan penyakit celiac. Ketika memiliki penyakit celiac, gluten merusak usus kecil. Jika memiliki sensitivitas gluten non-celiac, tubuh lebih sulit mencerna gluten.

Baca Juga: Diet Gluten Free: Aturan, Manfaat, Efek Samping, dll

Tanda dan Gejala Intoleransi Makanan

Orang yang memiliki kepekaan terhadap makanan biasanya akan mengalami ketidaknyamanan segera setelah makan makanan tertentu. Gejalanya berbeda-beda dan biasanya menyerang sistem pencernaan.

Gejala intoleransi makanan yang umum terjadi, berikut di antaranya:

  • Sakit perut
  • Perut kembung
  • Kelebihan gas
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Migrain
  • Pilek
  • Malaise, merupakan perasaan tidak nyaman, merasa lelah, lesu atau dikenal dengan istilah tidak enak badan.

Porsi makanan yang dimakan orang dengan intoleransi makanan, dapat menentukan tingkat keparahan gejalanya.

Gejala kepekaan terhadap makanan bisa muncul beberapa jam setelah menelan makanan, dan gejalanya bisa bertahan selama beberapa jam atau hari. Gejalanya mirip dengan alergi, sehingga mungkin sulit untuk mendiagnosisnya.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Dokter umum dapat merekomendasikan Anda ke spesialis jika dokter umum tidak yakin apa yang menjadi penyebab gejala dan memerlukan tes lebih lanjut.

Anak dengan kepekaan terhadap makanan tertentu juga dapat dirujuk jika memiliki gejala dan kondisi berikut ini:

  • Masalah pencernaan, seperti sakit perut dan diare.
  • Tidak tumbuh dengan baik.
  • Telah bereaksi secara tiba-tiba atau berat terhadap makanan.
  • Belum merespons diet eliminasi apa pun (diet yang menghilangkan pemicu intoleransi) yang direkomendasikan oleh profesional kesehatan.
  • Memiliki kemungkinan alergi makanan.

Penyebab Intoleransi Makanan

Jika memiliki sensitivitas terhadap makanan tertentu, mungkin masih bisa makan sedikit makanan penyebab tanpa masalah. Mungkin Anda juga bisa mencegah reaksi dari makanan tertentu.

Misalnya, jika memiliki intoleransi laktosa, mungkin bisa minum susu bebas laktosa atau minum pil enzim laktase untuk membantu pencernaan.

Berikut ini beberapa penyebab intoleransi makanan:

  • Tubuh tidak memiliki enzim untuk mencerna makanan. Kepekaan terhadap makanan tertentu adalah contoh yang umum.
  • Sindrom iritasi usus. Kondisi kronis ini dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti kram, sembelit, dan diare.
  • Sensitivitas pada bahan tambahan makanan. Misalnya, sulfit sebagai pengawet buah kering, makanan kaleng, dan anggur bisa asma pada orang yang sensitif.
  • Stres berulang atau faktor psikologis. Adakalanya hanya memikirkan makanan saja dapat membuat seseorang merasa mual. Namun, alasannya tidak sepenuhnya dapat dipahami.
  • Penyakit celiac. Penyakit ini memiliki beberapa ciri alergi makanan karena melibatkan sistem kekebalan tubuh. Gejala sering kali termasuk masalah gastrointestinal dan masalah sistem pencernaan, seperti nyeri sendi dan sakit kepala. Kondisi ini dipicu makan gluten, protein dalam gandum dan biji-bijian lainnya.

Perbedaan Alergi dan Intoleransi Makanan

Sensitivitas terhadap makanan tertentu tidak sama dengan alergi makanan. Untuk itu, kenali perbedaan keduanya berikut ini.

Tanda Intoleransi makanan:

  • Menyerang sistem pencernaan.
  • Terjadi saat sistem pencernaan kesulitan memecah makanan tertentu.
  • Menyebabkan gejala seperti sakit perut yang tidak mengancam jiwa.
  • Menimbulkan gejala dalam beberapa jam setelah makan makanan tertentu.
  • Mungkin tidak menimbulkan gejala jika makan makanan tertentu dengan porsi sedikit.

Tanda Alergi makanan:

  • Menyerang sistem kekebalan tubuh.
  • Terjadi saat sistem kekebalan tubuh keliru menganggap protein atau bahan lain dalam makanan sebagai ancaman. Sistem kekebalan tubuh melepaskan antibodi (protein) yang disebut imunoglobulin E (IgE) untuk melawan ancaman tersebut.
  • Menyebabkan reaksi alergi, seperti sesak napas atau mengi, dan gatal-gatal dan bengkak.
  • Menimbulkan gejala dalam beberapa menit setelah makan makanan pemicu alergi dalam porsi sedikit.
  • Menyebabkan reaksi parah yang mengancam jiwa (anafilaksis). Tanpa pengobatan dengan epinefrin, reaksi ini bisa berakibat fatal.

Baca Juga: Alergi Makanan: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, dll

Diagnosis Intoleransi Makanan

Tes napas hidrogen bisa membantu mendeteksi intoleransi laktosa. Selama tes ini, juga bisa dengan minum cairan yang mengandung laktosa. Kemudian bernapas ke dalam balon setiap 30 menit selama beberapa jam.

Jika tidak toleran, laktosa yang tidak tercerna akan menyebabkan kadar hidrogen yang tinggi dalam napas. Anda mungkin akan mengembangkan gejala dari minum larutan laktosa.

Tidak ada tes untuk sensitivitas gluten atau intoleransi histamin. Namun, Dokter mungkin meminta Anda untuk membuat buku harian makanan untuk mendeteksi makanan tertentu dan gejalanya.

Mungkin Anda juga dapat mencoba diet eliminasi untuk menghilangkan makanan tertentu dari pola makan selama dua hingga enam minggu.

Jika gejalanya hilang selama waktu tersebut—dan kemudian kembali ketika mulai makan makanan lagi— kemungkinan memiliki kepekaan terhadap makanan.

Cara Mengatasi Intoleransi Makanan

Orang dengan sensitivitas terhadap makanan tertentu mungkin perlu mengubah pola makan untuk membatasi atau menghilangkan makanan yang bermasalah.

Tidak sedikit orang dengan sensitivitas pada makanan tertentu menemukan bahwa makan makanan dengan porsi sedikit menyebabkan sedikit gejala.

Ketika mengalami gejala, obat-obatan yang dijual bebas seperti antasida atau antidiare akan membantu.

Orang yang tidak toleran terhadap laktosa tetap dapat mengonsumsi susu dan produk susu bebas laktosa. Anda juga bisa menggunakan enzim laktase yang dijual bebas di apotek.

Minumlah pil laktase sebelum mengonsumsi produk susu atau menambahkan laktase langsung ke susu untuk memecah laktosa.

Cara Mencegah Intoleransi Makanan

Melakukan beberapa langkah sederhana bisa membantu mencegah gejala yang terkait dengan kepekaan terhadap makanan tertentu.

Berikut ini cara mencegahnya:

  • Mengenali makanan pemicu. Menyelidiki makanan mana yang menyebabkan gejala, dan batasi asupannya hingga porsi yang dapat ditangani.
  • Hati-hati saat makan di restoran. Ketika makan di luar, sebaiknya tanyakan kepada pelayan tentang bagaimana pesanan Anda disiapkan. Beberapa makanan mungkin mengandung makanan yang tidak dapat ditoleransi, dan mungkin tidak tertera dari deskripsi di buku menu.
  • Membaca komposisi makanan kemasan. Ketika berbelanja makanan kemasan, biasakan untuk membaca label makanan dan memeriksa bahan makanan yang menjadi pemicu. Juga jangan lupa untuk memeriksa bumbu, yang mungkin mengandung MSG atau zat aditif lain yang dapat menyebabkan gejala.

Meskipun langkah ini sederhana, yang terpenting adalah untuk tetap hati-hati, terutama pada makanan tertentu yang menjadi pemicu gejala intoleransi makanan.

 

  1. Anonim. 2019. Food intolerance. https://www.nhs.uk/conditions/food-intolerance/. (Diakses pada 11 Januari 2022)
  2. Anonim. 2021. Food Intolerance. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21688-food-intolerance. (Diakses pada 11 Januari 2022)
  3. Anonim. 2015. Food Problems: Is it an Allergy or Intolerance. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10009-food-problems-is-it-an-allergy-or-intolerance. (Diakses pada 11 Januari 2022)
  4. Brazier, Yvette. 2020. What is a food intolerance?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/263965#symptoms. (Diakses pada 11 Januari 2022)
  5. Li, James T C. 2020. Food allergy vs. food intolerance: What’s the difference?. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-allergy/expert-answers/food-allergy/faq-20058538. (Diakses pada 11 Januari 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi