Hipotiroidisme adalah kondisi medis yang cukup umum terjadi. Apa penyebab dan cara mengatasi kondisi ini? Simak selengkapnya tentang penyakit ini mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya.
Apa Itu Hipotiroidisme?
Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak membuat hormon tiroid dengan cukup. Kelenjar tiroid terletak di bagian depan bawah leher Anda. Hormon tiroid dikeluarkan oleh kelenjar tiroid lalu dilepaskan ke aliran darah dan mempengaruhi hampir setiap bagian dari tubuh, dari hati, jantung, usus, otak, otot, dan kulit.
Tiroid mengontrol metabolisme, yaitu bagaimana sel-sel tubuh menggunakan energi untuk proses kerja masing-masing organ. Metabolisme mempengaruhi suhu tubuh, detak jantung, dan seberapa banyak seseorang membakar kalori.
Jika tubuh tidak memiliki hormon tiroid yang cukup maka tubuh memiliki metabolisme yang lambat. Itu berarti tubuh membuat lebih sedikit energi, yang ditandai dengan tubuh yang lemas, tidur yang lebih banyak, buang air besar juga sulit, detak jantung yang lambat, sulitnya berkeringat, dan berujung pada peningkatan berat badan meskipun makanan yang dimakan juga tidak banyak.
Apa Penyebab Hipotiroid?
Penyebab paling umum dari hipotiroidisme adalah tiroiditis Hashimoto. “Tiroiditis” adalah peradangan kelenjar tiroid. Tiroiditis Hashimoto adalah suatu gangguan autoimun. Karena Hashimoto, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan kelenjar tiroid. Tiroiditis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus.
Penyebab lain hipotiroidisme meliputi:
- Terapi radiasi ke daerah leher, misalnya pada pengobatan kanker tertentu di area leher, seperti kanker kelenjar getah bening leher, kanker di daerah kepala dan leher seperti kanker nasofaring. Radiasi ini akan merusak sel-sel tiroid sehingga sel-sel tiroid akan sulit untuk menghasilkan hormon.
- Pengobatan yodium radioaktif. Perawatan ini umumnya diresepkan untuk orang yang memiliki kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid) Namun jika berlebihan maka pengobatan yang tadinya hendak menurunkan kadar tiroid justru akan menyebabkan hipotiroidisme.
- Penggunaan obat tertentu. Obat-obatan tertentu untuk mengobati masalah jantung, kondisi kejiwaan, dan kanker kadang-kadang dapat mempengaruhi produksi hormon tiroid. Obat-obatan tersebut meliputi amiodarone, lithium, alfa-interferon, dan interleukin-2.
- Operasi tiroid. Pembedahan untuk mengangkat tiroid akan menyebabkan hipotiroidisme. Jika hanya sebagian dari tiroid dihapus, kelenjar yang tersisa masih mungkin dapat menghasilkan hormon yang cukup untuk kebutuhan tubuh.
- Terlalu sedikit yodium dalam makanan. Tiroid perlu yodium untuk menghasilkan hormon tiroid. Tubuh tidak membuat yodium dengan sendirinya, sehingga kita perlu untuk mendapatkannya melalui makanan. Garam beryodium kaya akan yodium. Sumber makanan lain yodium termasuk kerang, ikan laut, telur, produk susu, dan rumput laut.
- Alasannya masih belum jelas, tapi kadang-kadang, radang tiroid terjadi setelah kehamilan. Ini disebut tiroiditis postpartum. Wanita dengan kondisi ini biasanya memiliki peningkatan berat pada kadar hormon tiroid diikuti oleh penurunan tajam dalam produksi hormon tiroid. Kebanyakan wanita dengan tiroiditis postpartum akan mendapatkan kembali fungsi tiroid normal mereka.
- Hipotiroid kongenital. Beberapa bayi dapat lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak berkembang dengan benar atau tidak bekerja dengan benar. Bayi hipotiroid juga memiliki bentuk fisik yang khas seperti hidung yang rendah, lidah yang lebar, kulit yang kasar, dan semua itu dapat dikenali oleh dokter ketika bayi lahir, dan dipastikan lagi dengan pemeriksaan darah.
- Gangguan atau kerusakan kelenjar hipofisis (kelenjar pituitari). Hal ini jarang terjadi, namun masalah dengan kelenjar hipofisis (di otak) dapat mengganggu produksi hormon tiroid. Kelenjar hipofisis berfungsi merangsang pembuatan hormon di kelenjari tiroid dengan cara memproduksi thyroid-stimulating hormone (TSH).
- Gangguan hipotalamus. Bentuk yang sangat jarang dari hipotiroidisme dapat terjadi jika hipotalamus di otak tidak cukup memproduksi hormon yang disebut TRH. TRH mempengaruhi pelepasan TSH dari kelenjar hipofisis.
Hipotiroidisme primer disebabkan oleh masalah dengan tiroid kelenjar itu sendiri. Hipotiroidisme sekunder terjadi bila masalah lain mengganggu kemampuan tiroid untuk memproduksi hormon. Misalnya, ada masalah pada kelenjar pituitari dan hipotalamus dalam menghasilkan hormon yang memicu pelepasan hormon tiroid. Kadang-kadang, hipotiroid juga dihasilkan oleh masalah dari hipotalamus yang disebut dengan hipotiroidisme tersier.
Faktor Risiko Hipotiroidisme
Wanita, terutama wanita yang lebih tua, lebih berpotensi memiliki hipotiroidisme daripada pria. Anda juga lebih berpotensi untuk mendapatkan hipotiroidisme jika Anda memiliki anggota keluarga dekat dengan penyakit autoimun. Faktor risiko lain termasuk:
- Ras (kulit putih atau Asia)
- Umur (semakin tua)
- Uban tumbuh dengan cepat
- Gangguan autoimun seperti diabetes tipe 1, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, penyakit celiac, penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau vitiligo
- Gangguan bipolar
- Sindrom Down
- Sindrom Turner
Gejala Hipotiroidisme
Gejala hipotiroidisme mungkin sering kali sulit dikenali dan mirip menyerupai kondisi lain.
- Perubahan dalam siklus menstruasi
- Sembelit
- Depresi
- Rambut kering dan rambut rontok
- Kulit kering
- Kelelahan
- Sensitivitas yang lebih besar terhadap dingin
- Denyut jantung lambat
- Pembengkakan kelenjar tiroid (gondok)
- Berat badan naik tanpa penjelasan atau kesulitan menurunkan berat badan
- Carpal tunnel syndrome
Bayi dengan hipotiroidisme mungkin tidak memiliki gejala. Jika gejala terjadi, mereka dapat meliputi:
- Tangan dan kaki dingin
- Sembelit
- Bayi kurang aktif dan tidur terus
- Suara tangis yang serak
- Pertumbuhan terhambat
- Otot lemah
- Kuning persisten/ menetap (menguningnya kulit dan putih mata)
- Kebiasaan makan yang buruk
- Wajah keriput
- Perut kembung
- Lidah bengkak dan melebar
Diskusikan dengan dokter jika Anda atau bayi Anda memiliki gejala-gejala tersebut. Hal ini penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala di atas dapat disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Bagaimana Hipotiroidisme Didiagnosis?
Jika Anda memiliki gejala-gejala hipotiroidisme, dokter akan melakukan tes darah untuk memeriksa kadar hormon. Hal tersebut dapat meliputi:
- Hormon tiroid-stimulating (TSH)
- T4 (tiroksin)
Kadar T4 yang lebih rendah dari normal diartikan memiliki hipotiroidisme. Namun, beberapa orang mungkin telah memiliki kadar TSH yang menigkat sedangkan kadar T4 normal. Hal ini disebut hipotiroidisme subklinis (ringan). Hal ini diyakini menjadi tahap awal hipotiroidisme.
Jika hasil tes atau pemeriksaan fisik tiroid abnormal, dokter mungkin menyarankan untuk melakukan USG tiroid, atau thyroid scan, untuk memeriksa nodul atau peradangan.
Pengobatan Hipotiroidisme
Jika Anda memiliki hipotiroidisme, dokter akan meresepkan hormon T4 tiroid sintetis (buatan). Obat ini diminum setiap hari. Obat tertentu dapat mengganggu penyerapan hormon tiroid sintetis. Pastikan dokter Anda tahu tentang semua obat-obatan, jamu, dan suplemen yang Anda konsumsi, termasuk produk bebas yang Anda konsumsi secara mandiri tanpa resep dokter.
Anda akan perlu tes darah rutin untuk memeriksa kadar hormon tiroid Anda. Dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis obat dari waktu ke waktu.
Komplikasi Hipotiroidisme
Jika tidak diobati, hipotiroidisme dapat menyebabkan:
- Masalah jantung
- Infertilitas
- Nyeri sendi
- Kegemukan
- Masalah pencernaan
Masalah tiroid pada wanita hamil dapat mempengaruhi perkembangan bayi. Selama tiga bulan pertama kehamilan, bayi menerima semua hormon tiroid dari ibunya. Jika ibu memiliki hipotiroidisme, bayi tidak mendapatkan cukup hormon tiroid. Hal ini dapat menyebabkan masalah dengan perkembangan mental.
Kadar hormon tiroid yang rendah dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa yang disebut miksedema. Miksedema adalah bentuk yang paling parah dari hipotiroidisme. Seseorang dengan miksedema bisa kehilangan kesadaran atau jatuh ke dalam keadaan koma. Kondisi ini juga dapat menyebabkan suhu tubuh turun sangat rendah, yang dapat menyebabkan kematian.