Terbit: 12 June 2020 | Diperbarui: 24 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Hiperlipidemia adalah penyakit yang sering kali tidak menunjukkan gejala pada kebanyakan orang. Namun, penyakit ini patut diwaspadai karena meningkatkan risiko penyakit jantung atau bahkan kematian. Simak informasi lengkap tentang definisi hiperlipidemia, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!

Hiperlipidemia: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan dll

Apa Itu Hiperlipidemia?

Hiperlipidemia adalah kondisi medis di mana kadar lipid atau lemak dalam darah melonjak naik, atau juga dikenal dengan kolesterol tinggi. Dua jenis utama lipid yang ditemukan dalam darah adalah trigliserida dan kolesterol.

Trigliserida dihasilkan ketika tubuh menyimpan kalori berlebih yang tidak dibutuhkan untuk energi. Trigliserida dapat ditemukan dalam makanan seperti daging merah dan produk susu rendah lemak. Makanan yang mengandung tinggi gula rafinasi, fruktosa, dan alkohol juga meningkatkan trigliserida.

Sedangkan kolesterol diproduksi secara alami di hati karena setiap sel di tubuh menggunakannya. Kolesterol juga ditemukan dalam makanan berlemak seperti telur, daging merah, dan keju.

Gejala Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah kondisi yang sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, orang yang mengalami hiperlipidemia familial atau keturunan, dapat menimbulkan gejala berupa pertumbuhan lemak kekuningan di sekitar mata atau sendi.

Seiring waktu, penumpukan lemak berlebih dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penumpukan plak atau lemak yang menyumbat dinding arteri dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat menghambat aliran darah dan dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Gejala penyakit jantung koroner termasuk:

  • Nyeri dada atau terasa ditekan (angina)
  • Penyumbatan pembuluh darah di otak dan jantung
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Serangan jantung
  • Stroke

Nilai Kadar Kolesterol Normal

Kadar kolesterol dalam tubuh yang direkomendasikan cenderung berubah karena kondisi dan pertimbangan kesehatan lainnya. Kadar nilai kolesterol normal, di antaranya:

1. Nilai Kolesterol Total

Kadar kolesterol total kurang dari 200 mg/dL dianggap normal. Sedangkan nilai kolesterol di atas 240 mg/dL dianggap tinggi.

2. Nilai LDL

Nilai kadar HDL (high density lipoprotein) normal kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan nilai kadar HDL atau kolesterol jahat di angka 190 mg/dL atau lebih dianggap sangat tinggi.

3. Nilai HDL

Nilai HDL (high density lipoprotein) atau kolesterol baik harus dipastikan lebih tinggi. Angka kurang dari 40 mg/dL dianggap sebagai faktor risiko penyakit jantung. Sedangkan angka dari 41 mg/dL hingga 59 mg/dL dianggap rendah. Pembacaan optimal untuk kadar HDL adalah 60 mg/dL atau lebih tinggi.

4. Nilai Trigliserida

Nilai trigliserida yang normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Sedangkan nilai trigliserida di angka 200 mg/dL atau lebih dianggap tinggi.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Mengingat hiperlipidemia sering kali tidak menunjukan gejala, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter tentang perlu atau tidaknya tes kolesterol. Anak-anak dan dewasa muda tanpa faktor risiko penyakit jantung biasanya diuji sekali antara usia 9 dan 11 dan kembali dilakukan ketika usia 17 dan 19. Sedangkan pengujian ulang untuk orang dewasa tanpa faktor risiko penyakit jantung biasanya dilakukan setiap lima tahun.

Jika hasil tes menunjukan kadar kolesterol tidak normal, dokter mungkin menyarankan pengukuran yang lebih sering. Dokter mungkin juga menyarankan tes yang lebih sering jika memiliki keluarga dengan riwayat kolesterol tinggi, penyakit jantung, atau faktor risiko lainnya, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau merokok.

Penyebab Hiperlipidemia

Hiperlipidemia paling sering disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, di antaranya:

  • Pola makan tidak sehat. Makan makan yang mengandung banyak lemak jahat dapat menjadi salah satu penyebab kolesterol melonjak naik. Lemak jenuh dapat ditemukan di beberapa makanan, termasuk daging, produk susu, cokelat, dan makanan yang dipanggang, digoreng, dan diolah. Lemak trans juga ditemukan di beberapa makanan yang digoreng dan diolah.
  • Kurang aktivitas fisik. Orang yang banyak duduk (misalnya terlalu lama duduk saat menggunakan komputer atau ponsel dan kurang olahraga) dapat menurunkan HDL atau kolesterol baik.
  • Merokok. Mengisap rokok juga dapat menyebabkan penurunan kolesterol HDL, terutama pada wanita. Kebiasaan ini juga meningkatkan kolesterol LDL.

Faktor Risiko Hiperlipidemia

Berikut ini adalah berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hiperlipidemia:

  • Usia. Kadar kolesterol akan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun jarang, orang yang lebih muda seperti anak-anak dan remaja, juga dapat memiliki kolesterol tinggi.
  • Genetik. Ini juga dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Misalnya, familial hypercholesterolemia (FH) adalah bentuk kolesterol tinggi yang diturunkan dari orang tua pada anaknya.
  • Obesitas. Kelebihan berat badan atau obesitas berisiko meningkatkan kadar kolesterol.
  • Ras. Ras tertentu kemungkinan memiliki peningkatan risiko kolesterol tinggi. Misalnya, orang Afrika-Amerika lebih sering memiliki kadar kolesterol HDL dan LDL lebih tinggi daripada orang kulit putih.

 

Diagnosis Hiperlipidemia

Satu-satunya cara untuk mendeteksinya hiperlipidemia adalah meminta dokter untuk melakukan tes darah yang disebut panel lipid atau profil lipid. Tes ini dapat menentukan kadar kolesterol pasien. Biasanya, dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Hasilnya pemeriksaan dapat menunjukkan:

  • Kadar kolesterol total
  • Kadar kolesterol jahat
  • Kadar kolesterol baik
  • Kadar trigliserida

Sebelum dilakukan tes, dokter mungkin meminta pasien untuk berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum darah diambil. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kadar kolesterol total di atas 240 mg/dL dianggap tinggi.

Namun, kadar kolesterol yang aman dapat bervariasi bagi setiap orang, tergantung pada riwayat kesehatan dan kondisi kesehatan saat ini, dan paling baik ditentukan oleh dokter. Dokter akan menggunakan panel lipid untuk membuat diagnosis hiperlipidemia.

Jenis Hiperlipidemia

Hiperlipidemia terdiri dari beberapa jenis yang memiliki efek berbeda pada tubuh. Dokter mengelompokkan berdasarkan berbagai jenis lemak dan bagaimana masing-masing jenisnya berdampak pada tubuh.

Berikut ini adalah lima jenis hiperlipidemia:

  • Tipe I. Biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan tergolong parah. Tipe ini adalah kondisi bawaan yang mengganggu kerja lemak normal dan dapat menyebabkan sakit perut, infeksi pankreas berulang, dan pembesaran hati dan limpa.
  • Tipe II (a dan b). Tipe IIa dan tipe IIb, atau gabungan keduanya menghasilkan kadar LDL yang tinggi. Tipe ini menyebabkan penimbunan lemak di kulit, di sekitar mata, dan meningkatkan risiko masalah jantung.
  • Tipe III. Tipe ini memengaruhi lipoprotein, yang terjadi ketika kadar LDL dalam darah terlalu rendah, tetapi kadar HDL tetap normal. Tipe III ditandai xantoma atau plak kekuningan atau keabuan di kelopak mata dan sekitar mata.
  • Tipe IV. Meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Tipe ini juga dapat menyebabkan obesitas, glukosa darah tinggi, dan kadar insulin tinggi.

Cara Mengobati Hiperlipidemia

Perawatan bisanya dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti makan makanan rendah lemak, rajin berolahraga, menjaga berat badan sehat, dan hindari merokok. Namun, jika cara ini tidak menurunkan kadar kolesterol, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan.

Pilihan penggunaan obat atau kombinasi obat tergantung berbagai faktor, termasuk faktor risiko pasien, usia, kondisi kesehatan, dan kemungkinan efek samping obat.

Berikut ini beberapa pilihan obat hiperlipidemia yang sering digunakan:

  • Statin. Golongan obat ini dapat menurunkan kolesterol dalam darah, termasuk atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pitavastatin, pravastatin, rosuvastatin, dan simvastatin.
  • Inhibitor penyerapan kolesterol. Penggunaan obat ezetimibe dapat membantu mengurangi kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kolesterol makanan. Obat ini dapat digunakan dengan obat statin.
  • Resin pengikat asam empedu. Hati akan menggunakan kolesterol untuk membuat asam empedu, suatu zat yang dibutuhkan untuk pencernaan. Kondisi ini dapat diobati dengan obat hiperlipidemia, termasuk cholestyramine, colesevelam, dan colestipol untuk menurunkan kolesterol secara tidak langsung dengan mengikat asam empedu.
  • Injeksi. Kelas obat yang diberikan melalui injeksi atau suntikan atau yang dikenal sebagai inhibitor PCSK9 dapat membantu hati menyerap lebih banyak kolesterol LDL yang pada akhirnya menurunkan kolesterol dalam darah.
  • Fibrat. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan kolesterol baik dan sekaligus menurunkan kadar trigliserida. hati-hati, menggunakan fibrat dengan statin dapat meningkatkan risiko efek samping statin.
  • Niasin. Jenis obat ini dapat menghambat kemampuan hati untuk memproduksi kolesterol LDL. Namun, niasin berisiko kerusakan hati dan stroke, sehingga dokter hanya menyarankan untuk orang yang tidak bisa memakai statin.
  • Suplemen omega-3. Suplemen ini dapat dijadikan obat hiperlipidemia, yang membantu menurunkan trigliserida. Suplemen dapat dikonsumsi dengan atau tanpa resep dokter. Jika ingin mengonsumsinya tanpa resep, suplemen dapat memengaruhi obat lain yang sedang digunakan.

Komplikasi Hiperlipidemia

Penyakit ini mungkin dapat menimbulkan komplikasi, termasuk aterosklerosis (pengerasan atau penyempitan pembuluh darah). Bahkan hiperlipidemia juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), serangan jantung, dan stroke.

Cara Mencegah Hiperlipidemia

Hiperlipidemia pada dasarnya dapat dicegah dengan menghindari sejumlah penyebab dan faktor yang dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Melakukan perubahan gaya hidup adalah cara yang dapat mencegah hiperlipidemia.

Cara mencegah hiperlipidemia, di antaranya:

  • Rajin berolahraga beberapa hari dalam seminggu.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Makan makanan rendah lemak jenuh dan trans.
  • Makan banyak buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan secara teratur.
  • Minum susu skim atau susu rendah lemak.
  • Hindari daging merah dan daging olahan, misalnya sosis.
  • Perbanyak makan lemak sehat, seperti alpukat, almond, dan minyak zaitun.

 

  1. Anonim. 2018. What Is Hyperlipidemia?. https://www.webmd.com/cholesterol-management/hyperlipidemia-overview#1-3. (Diakses pada 12 Juni 2020)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. Hyperlipidemia Symptoms & Treatment. https://www.baptisthealth.com/services/heart-care/conditions/hyperlipidemia. (Diakses pada 12 Juni 2020)
  3. Davis, Kathleen. 2019. What to know about hyperlipidemia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/295385. (Diakses pada 12 Juni 2020)
  4. Fletcher, Jenna. 2020. What should my cholesterol level be at my age?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/315900. (Diakses pada 12 Juni 2020)
  5. Mayo Clinic Staff. 2019. High cholesterol. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/symptoms-causes/syc-20350800. (Diakses pada 12 Juni 2020)
  6. Osborn, Corinne O. 2020. What You Should Know About Hyperlipidemia. https://www.healthline.com/health/hyperlipidemia. (Diakses pada 12 Juni 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi