Terbit: 14 September 2021 | Diperbarui: 24 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Grey baby syndrome adalah kondisi ketika bayi mengalami gejala efek samping obat  chloramphenicol. Efek yang paling sering terjadi adalah tekanan darah turun tiba-tiba dan kulit keabu-abuan. Bahkan kondisi ini dapat mengancam nyawa. Simak penjelasan selengkapnya, mulai dari definisi, gejala, hingga pengobatan!

Grey Baby Syndrome: Definisi, Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Grey Baby Syndrome?

Grey baby syndrome (GBS) adalah kondisi di mana bayi mengalami efek samping yang mengancam jiwa terhadap antibiotik chloramphenicol—obat untuk infeksi bakteri. Bayi dengan GBS mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba. Kulit dan kuku bayi sering kali berubah warna menjadi abu-abu akibat kekurangan oksigen, sedangkan bibir membiru.

Efek obat tersebut cenderung terjadi pada bayi cukup bulan atau prematur karena reaksi yang merugikan secara langsung. Ini terkait dengan kemampuan hati untuk memecah dan memproses obat. Namun, obat ini juga dapat memengaruhi anak-anak sampai usia 2 tahun.

Tanda dan Gejala Grey Baby Syndrome

Bayi dapat mengalami GBS jika kadar obat chloramphenicol yang beracun menumpuk dalam aliran darahnya. Gejala sering kali muncul dalam jangka waktu 2-9 hari setelah memulai perawatan dengan obat ini.

Gejalanya bisa berbeda pada setiap bayi, tetapi orang tua mungkin memperhatikan gejala grey baby syndrome lainnya, berikut di antaranya:

  • Kulit berwarna keabu-abuan.
  • Bibir dan kulit berwarna biru.
  • Muntah.
  • Badan lemas.
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Suhu tubuh rendah (hipotermia).
  • Pembengkakan perut.
  • Feses berwarna hijau.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Kesulitan bernapas.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika bayi mengalami gejala GBS setelah menggunakan atau terpapar chloramphenicol, segera dapatkan pertolongan medis. Jika tidak mendapatkan pengobatan, GBS dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

Penting untuk Anda perhatikan, bahwa obat chloramphenicol dapat masuk ke sistem bayi jika ibu menggunakan obat ini saat menyusui.

Meski begitu, pemberian dalam dosis yang tepat untuk bayi yang sehat, obat ini tidak berbahaya. Namun, peningkatan dosis bisa menyebabkan penumpukan obat di sistem bayi. Selain itu, jika bayi memiliki masalah kesehatan lain, kemungkinan dapat memicu peningkatan risiko GBS.

Penyebab Grey Baby Syndrome

Penyebab utamanya adalah penumpukan antibiotik chloramphenicol dalam serum darah bayi. Kadar chloramphenicol serum darah yang melampaui 50 mcg/mL dapat memicu GBS.

Tingkat racun obat ini dapat menyebabkan kolaps sirkulasi yang menimbulkan bintik-bintik berwarna abu-abu pucat di kulit. Penyakit ini dinamai setelah munculnya bintik abu-abu pada bayi yang baru lahir (neonatus).

Grey baby syndrome adalah kondisi yang disebabkan defisiensi pada neonatus, berikut di antaranya:

  • Hati yang belum matang pada neonatus mungkin tidak mampu memetabolisme chloramphenicol.
  • Ginjal pada neonatus tidak cukup baik untuk mengeluarkan chloramphenicol dan produk metabolismenya dari tubuh.

Hati dan ginjal bayi yang berfungsi baik bisa memetabolisme dan mengeluarkan chloramphenicol dari tubuhnya. Namun, hal ini mungkin tidak dapat terjadi pada bayi neonatus atau prematur. Inilah alasan mengapa neonatus atau prematur lebih rentan terhadap GBS daripada bayi sehat dan cukup bulan.

Faktor Risiko Grey Baby Syndrome

Faktor tertentu yang mungkin dapat meningkatkan risiko mengembangan GBS selama periode neonatal, termasuk:

  • Berkurangnya fungsi hati.
  • Berkurangnya fungsi ginjal.
  • Penggunaan chloramphenicol dosis tinggi.
  • Waktu pengobatan chloramphenicol yang lebih lama.
  • Ibu menyusui yang menggunakan chloramphenicol dapat memaparkannya pada bayi melalui ASI.
  • Anak berbadan kurus dan kurang gizi.

 

Diagnosis Grey Baby Syndrome

Diagnosis GBS dapat ditentukan dari penampilan kulit berwarna keabu-abuan bersama dengan riwayat paparan obat chloramphenicol pada bayi. Neonatologis atau dokter anak mungkin juga akan mencari tanda-tanda toksisitas selama melakukan pemeriksaan fisik.

Berikut ini beberapa tes untuk memastikan diagnosis grey baby syndrome:

  • Tes darah. Cara ini mampu menunjukkan kadar chloramphenicol dalam darah. Biomarker jantung, gas darah arteri, profil metabolik, dan lainnya, berdasarkan pada tes darah untuk mengidentifikasi atau mengecualikan kondisi yang bisa muncul dengan sianosis neonatus (kulit bayi kebiruan).
  • Tes pencitraan. Ini termasuk CTscan, rontgen perut, atau ultrasound perut, yang dapat dilakukan tergantung pada gejala GBS.
  • Elektrokardiografi (mengukur aktivitas listrik jantung) dan ekokardiografi (USG jantung). Tes ini biasanya untuk mengesampingkan penyebab jantung dari kolaps sirkulasi dan perubahan warna kulit.

Cara Mengobati Grey Baby Syndrome

Sindrom ini dapat diobati jika segera mengobati untuk gejala pertama penyakit ini. Perawatan pertama berhenti memberi obat chloramphenicol pada bayi, jika memberikannya untuk infeksi bakteri. Jika ibu minum obat ini, harus berhenti menyusui bayi.

Penting untuk memahami bahwa bayi kemungkinan akan menjalani perawatan di rumah sakit setelah didiagnosis GBS. Perawatan penting agar dokter bisa memantau dengan cermat kondisi bayi.

Setelah menghentikan penggunaan chloramphenicol, dokter dapat menganjurkan perawatan berikut:

1. Exchange Transfusion (Transfusi Tukar)

Transfusi tukar adalah prosedur penyelamatan nyawa dengan pengambilan sebagian darah bayi dan mengganti darah tersebut dengan darah atau plasma yang baru dari pendonor.

2. Hemodialisis

Prosedur ini menggunakan mesin dialisis yang bertujuan membersihkan racun dari aliran darah bayi. Cara ini juga dapat menyeimbangkan kadar kalium dan natrium, dan membantu mengontrol tekanan darah bayi.

Selain perawatan tersebut, dokter mungkin akan memberikan perawatan berikut:

  • Terapi oksigen untuk meningkatkan pernapasan dan pengiriman oksigen ke tubuh.
  • Hemoperfusi, merupakan perawatan yang mirip dengan dialisis dan membantu mengeluarkan racun dari darah. Dokter akan memantau darah bayi selama perawatan.

Komplikasi Grey Baby Syndrome

Jika dibiarkan dan tidak mendapatkan pengobatan, GBS dapat menyebabkan komplikasi, berikut di antaranya:

  • Pendarahan.
  • Gagal hati atau jantung.
  • Anemia aplastik karena toksisitas sumsum tulang.
  • Peradangan pada saraf mata (neuritis optik) dan masalah penglihatan.
  • Gangguan pada saraf perifer (neuropati perifer).
  • Kolaps atau syok kardiovaskular.
  • Kerusakan otak.
  • Infeksi.

 

Cara Mencegah Grey Baby Syndrome

Menghindari paparan chloramphenicol merupakan salah satu cara mencegah GBS. Cara ini mungkin akan efektif dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

  • Dokter anak dan ahli penyakit menular memberikan antibiotik lain yang lebih aman daripada chloramphenicol kepada bayi.
  • Ibu hamil dan ibu menyusui harus mendapatkan pengobatan antibiotik yang lebih baru daripada chloramphenicol karena dapat mengakibatkan cacat lahir pada bayi yang belum lahir dan toksisitas neonatal.
  • Chloramphenicol dosis rendah untuk jangka waktu lama sering kali diresepkan dokter untuk bayi guna mencegah efek toksik.

 

  1. Anonim. 2021. What is Chloramphenicol Gray Baby Syndrome?. https://www.webmd.com/baby/what-is-chloramphenicol-gray-baby-syndrome#1 (Diakses pada 14 September 2021)
  2. Higuera, Valencia. 2016. The Dangers of Gray Baby Syndrome in Infants. https://www.healthline.com/health/parenting/gray-baby-syndrome (Diakses pada 14 September 2021)
  3. Joseph, Bisny T. Gray Baby Syndrome: Causes, Symptoms, Treatment And Prevention. https://www.momjunction.com/articles/gray-baby-syndrome-causes-symptoms-treatments-you-should-be-aware-of_0091199/ (Diakses pada 14 September 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi