Terbit: 6 January 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Salah satu masalah pada telinga yang harus diwaspadai adalah gendang telinga pecah. Sama seperti anggota tubuh lainnya, gendang telinga tidak lepas dari ancaman masalah kesehatan. Gendang telinga pecah tentu saja akan memengaruhi fungsi pendengaran. Lantas, apa penyebab kondisi ini dan bagaimana cara mengatasinya?

Gendang Telinga Pecah: Penyebab, Ciri-Ciri, Cara Mengobati

Apa Itu Gendang Telinga?

Gendang telinga adalah lapisan tipis (membran) pada bagian tengah saluran telinga yang fungsinya menerima suara dari luar untuk kemudian suara tersebut diubah menjadi getaran yang lantas diterima oleh tulang-tulang kecil pada telinga bagian tengah (osikel). Setelah itu, getaran akan dikirimkan ke koklea atau ‘rumah siput’ yang terletak di bagian dalam telinga. Koklea lalu memproses getaran menjadi sinyal yang selanjutnya ditransmisikan ke otak melalui saraf auditori.

Gendang telinga dalam dunia medis juga dikenal dengan nama membran timpani (tympanic membrane).

Penyebab Gendang Telinga Pecah

Ada suatu kondisi di mana gendang telinga pecah. Ya, tekstur gendang telinga yang tergolong tipis memang menjadikannya rentan untuk mengalami kerusakan.

Dikarenakan satu dan lain hal, gendang telinga menjadi robek. Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan pendengaran. Tak hanya itu, kondisi ini juga menimbulkan rasa sakit pada telinga.

Berikut ini adalah penyebab gendang telinga robek yang perlu Anda ketahui dan waspadai.

1. Barotrauma

Penyebab gendang telinga pecah yang pertama adalah barotrauma. Barotrauma adalah kondisi di mana terjadi perubahan tekanan udara di dalam telinga.

Perubahan tekanan udara ini umumnya dikarenakan sejumlah aktivitas seperti mendaki gunung, menyelam, bepergian dengan pesawat, hingga suatu benturan yang langsung mengenai telinga Anda (contoh: kecelakaan kendaraan).

Akibat adanya tekanan udara yang terlalu tinggi masuk ke dalam telinga, gendang telinga atau membran timpani pun akan pecah.

2. Trauma Akustik

Trauma akustik adalah kondisi di mana telinga terpapar suara yang sangat keras dan terjadi secara mendadak. Bunyi tembakan atau ledakan adalah contoh suara keras yang menjadi penyebab trauma akustik tersebut.

 Itu sebabnya, umum kita melihat atlet olahraga menembak menggunakan penutup telinga saat melakukan aktivitasnya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk melindungi telinga dari kerusakan akibat dentuman yang dihasilkan oleh senjata tersebut.

3. Trauma di Kepala

Kepala yang mengalami cedera dan trauma, misalnya akibat terbentur benda tumpul atau mengalami kecelakaan, juga secara tidak langsung dapat menjadi penyebab gendang telinga robek.

Pasalnya, kerusakan yang terjadi di kepala akibat benturan bisa menjalar sampai ke area telinga, terutama telinga bagian tengah dan dalam, tak terkecuali gendang telinga.

4. Otitis Media

Otitis media adalah penyakit peradangan pada telinga—tepatnya telinga bagian tengah (middle-ear)—yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Adanya infeksi bakteri tersebut menghasilkan cairan yang terus bertambah volumenya di belakang gendang telinga.

Volume cairan yang semakin bertambah menyebabkan tekanan pada gendang telinga. Jika tidak segera diatasi, cairan menjadi tidak terbendung dan akan merobek gendang telinga.

Otitis media sebagai pemicu gendang telinga pecah bisa terjadi pada siapapun namun anak-anak menjadi kelompok usia yang paling berisiko mengalami kondisi ini.

5. Pembersih Telinga

Pembersih telinga seperti cotton bud memang dibutuhkan untuk membersihkan telinga dari kotoran yang ada di dalamnya. Sayangnya, cotton bud bisa jadi ‘bumerang’ bagi telinga (termasuk gendang telinga) jika tidak digunakan dengan benar.

Penggunaan cotton bud yang ‘kasar’ sangat mungkin menyebabkan gendang telinga robek akibat gesekan yang terjadi. Oleh sebab itu, gunakan cotton bud secara perlahan untuk mencegah gendang telinga pecah.

Anda juga bisa menyertakan obat tetes telinga sebagai pelumas untuk meminimalisir gesekan. Tanyakan terlebih dahulu pada dokter atau apoteker sebelum menggunakan obat ini.

Ciri-Ciri Gendang Telinga Pecah

Ciri-ciri gendang telinga robek acap kali tidak terdeteksi pada awalnya. Setelah itu, barulah penderita mulai merasakan ketidaknyamanan pada telinganya yang umumnya berupa:

  • Pendengaran mengalami penurunan
  • Rasa nyeri pada telinga yang hilang-timbul
  • Ada udara keluar dari telinga
  • Ada cairan bening (atau berdarah) keluar dari telinga
  • Telinga berdengung (tinnitus)
  • Kepala terasa pusing (vertigo)

Jika  mengalami ciri-ciri di atas, segera kunjungi dokter guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis Gendang Telinga Pecah

Diagnosis gendang telinga rusak bertujuan untuk memastikan penyebab gendang telinga pecah dan menentukan metode pengobatan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

1. Anamnesis

Seperti biasa, pertama-tama dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialami.

  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apa saja yang dirasakan?
  • Punya riwayat kecelakaan?
  • Berapa kali membersihkan telinga dalam seminggu? Bagaimana cara Anda membersihkan telinga?

2. Pemeriksaan Fisik

Tahap pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan prosedur pemeriksaan otoskopi. Prosedur ini menggunakan alat bernama otoskop. Alat ini membantu dokter untuk memeriksa telinga bagian dalam dan mencari tahu apakah gendang telinga pecah.

Jika kondisi di dalam telinga dirasa menghambat pemeriksaan (misalnya karena terlalu banyak kotoran atau cairan), biasanya dokter akan terlebih dahulu melakukan ‘pembersihan’ telinga menggunakan obat tetes telinga.

3. Pemeriksaan Penunjang

Dokter  juga akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa tes pendengaran (audiometri) pada pasien.

Tujuan dilakukannya tes pendengaran ini tentu saja untuk mengetahui tingkat keparahan  gendang telinga pecah yang dialami oleh pasien. Nantinya, pasien diminta untuk mendengarkan sejumlah jenis suara melalui headphone.

Selain audiometri, ada juga metode pemeriksaan yang dikenal dengan istilah timpanometri. Metode ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar reaksi gendang telinga terhadap tekanan yang masuk.

Pengobatan Gendang Telinga Pecah

Meski terdengar ‘menyeramkan’, gendang telinga robek adalah penyakit telinga yang bersifat temporer dan bisa disembuhkan dengan metode pengobatan yang tergolong mudah. Bahkan, gendang telinga dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 1-3 bulan.

Guna menunjang proses penyembuhan, dokter akan menganjurkan Anda untuk menggunakan obat-obatan seperti:

  • Obat antiinflamasi non-steroid (contoh: ibuprofen)
  • Antibiotik
  • Mengompres telinga dengan kain hangat 2-3 kali sehari (atau sesuai petunjuk dokter

Pada kasus di mana gendang telinga tidak dapat sembuh secara alami, cara mengobatinya adalah dengan:

  • Patching, yaitu ‘menambal’ gendang telinga yang pecah dengan kertas khusus guna merangsang pertumbuhan membran
  • Tympanoplasty, yaitu tindakan operasi dengan mengambil jaringan di anggota tubuh lain untuk ditransplantasikan ke lubang gendang telinga yang pecah

Selalu patuhi saran yang telah diberikan oleh dokter agar pengobatan gendang telinga berlangsung sukses.

Pencegahan Gendang Telinga Pecah

Sudah tahu kan apa saja yang menjadi penyebab pecahnya gendang telinga? Berangkat dari hal itu, cara mencegah gendang telinga pecah adalah:

  • Lindungi telinga dengan alat penutup telinga ketika hendak melakukan aktivitas yang memicu gendang telinga pecah (mendaki gunung, naik pesawat, menyelam, olahraga menembak, dan lainnya)
  • Bersihkan telinga secara rutin untuk menghindari infeksi bakteri
  • Bersihkan telinga secara perlahan untuk menghindari gesekan antara cotton bud dengan gendang telinga
  • Berhati-hati ketika beraktivitas baik di dalam maupun luar ruangan untuk meminimalisir risiko kecelakaan

Itu dia informasi mengenai gendang telinga pecah yang perlu Anda ketahui. Semoga bermanfaat!

 

  1. Casale, J dan Najib M. 2018. Physiology, Cochlear Function. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531483/ (Diakses pada 6 September 2019)
  2. Roth, E dan Tim J. 2016. Eardrum Rupture. https://www.healthline.com/health/ruptured-eardrum (Diakses pada 6 September 2019)
  3. Sissons, B. 2019. What to know about a ruptured eardrum.
    https://www.medicalnewstoday.com/articles/325543.php (Diakses pada 6 September 2019)
  4. Sogebi, O et al. 2018. Traumatic tympanic membrane perforations: characteristics and factors affecting outcome. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6026949/ (Diakses pada 6 September 2019)
  5. Szymanski, A et al. 2019. Anatomy, Head and Neck, Ear Tympanic Membrane. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448117/ (Diakses pada 6 September 2019)
  6. Anonim. Ruptured Eardrum (Perforated Eardrum). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ruptured-eardrum/symptoms-causes/syc-20351879 (Diakses pada 6 September 2019)
  7. Anonim. Ear Infection (Middle-Ear). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ear-infections/symptoms-causes/syc-20351616 (Diakses pada 6 September 2019)
  8. Anonim. Ruptured Eardrum: Symptoms and Treatments. https://www.webmd.com/pain-management/ruptured-eardrum-symptoms-and-treatments#1 (Diakses pada 6 September 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi