Terbit: 5 February 2017
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Penelitian yang dilakukan oleh Edward Calvin Kendall di Mayo Clinic dalam penggunaan medis timbal kortison mendapatkan Hadiah Nobel pada tahun 1950. Obat sintetis kortisol (prednison, prednisolon, dexamethasone, dan banyak lainnya) biasanya digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk reaksi alergi, asma, rheumatoid arthritis, penyakit inflamasi, penyakit autoimun, dan kondisi lain. Dua masalah utama yang berhubungan dengan penggunaan steroid terus menerus, yaitu, efek samping obat dan gejala akibat perubahan keseimbangan sekresi hormon yang normal.

Withdrawal Syndrome Steroid – Gejala

Gangguan hormon tubuh ini biasanya sebagai efek dari konsumsi dosis yang lebih besar dari produksi alami tubuh kita (kira-kira setara 7,5 mg prednisone per hari). Setelah pasien mulai berkurang atau menghentikan dosis, gejala putus obat dapat terjadi. Mengingat hal tersebut, steroid biasanya diberikan untuk waktu yang sesingkat mungkin mungkin. penggunaan steroid jangka pendek umumnya tanpa efek samping yang signifikan dan sering digunakan untuk kasus tertentu seperti eksim, alergi dan asma.

Selain itu, penggunaan jangka pendek tidak menyebabkan gejala putus obat steroid.

Gejala Withdrawal Syndrome Steroid

Apa gejala dan tanda-tanda putus obat steroid? Gejala withdrawal syndrome adalah gejala yang timbul ketika seseorang menggunakan steroid jangka panjang dan tiba-tiba menghentikan obatnya. Steroid yang dikonsumsi dapat berupa suntikan, transdermal, atau diminum. Gejala dan tanda yang tampak pada withdrawal syndrome antara lain:

  • Kelemahan umum
  • Rasa pegal-pegal
  • Penurunan nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Nyeri perut
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Rasa melayang
  • Kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi)
  • Perubahan siklus menstruasi

Gejala lain yang juga bisa terjadi tapi tidak sering adalah nyeri otot, perubahan pada kulit,  demam, perubahan mental, atau peningkatan kadar kalsium dapat terjadi. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit tubuh juga dapat ditemukan. Penurunan kontraksi usus juga dapat terjadi, yang dapat diikuti oleh pelebaran usus (ileus). Gejala putus obat steroid tidak khas, dan dapat menyerupai berbagai masalah medis.

Selama bertahun-tahun, para peneliti mulai mempelajar kenapa pasien-pasien mengalami gejala penurunan fungsi kelenjar adrenal, sedangkan ada pasien-pasien lain yang tidak. Produksi kortikosteroid dikontrol oleh “mekanisme umpan balik/feedback mechanism”, yang meliputi kelenjar adrenal, kelenjar pituitari, dan otak, yang dikenal sebagai “Aksis Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPAA)”. Pemberian kortikosteroid secara terus menerus akan menghambat mekanisme ini, sehingga menyebabkan HPAA “hibernasi”.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi