Terbit: 12 August 2017 | Diperbarui: 24 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Sarkoma kaposi dengan HIV memiliki hubungan. Karena orang yang mengidap HIV telah mengalami kelemahan sistem kekebalan tubuh, orang dengan HIV cenderung mengalami kanker tertentu, termasuk KS. Kasus paling parah terjadi ketika seseorang menderita AIDS, tahap akhir infeksi HIV, tetapi lesi kulit muncul lebih awal. Kondisi tersebut adalah pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh Anda tidak pada kekuatan penuh. Lesi kulit cenderung bertambah parah saat Anda juga mengalami infeksi lain.

Sarkoma Kaposi – Gejala dan Kaitannya dengan HIV

Mengobati virus HIV dengan terapi antiretroviral (ART) adalah cara terbaik untuk mengobati KS juga sejak dini. Obat anti-HIV telah menurunkan tingkat kasus KS sampai 80-90 persen sejak awal epidemi AIDS di awal tahun 1980-an.

Gejala Sarkoma Kaposi 

Tanda-tanda yang paling terlihat dari sarkoma kaposi adalah lesi pada kulit: bercak-bercak tidak menonjol dan tidak nyeri yang berwarna merah atau ungu pada orang dengan kulit putih dan bercak kebiruan, kecokelatan, atau hitam pada orang dengan kulit gelap. Tidak seperti memar, bercak-bercak tersebut tidak menjadi putih saat Anda menekannya. Bercak-bercak tersebut tidak gatal, dan tidak berair. Bercak-bercak tersebut tidak mengancam nyawa.

Tempat baru mungkin muncul setiap minggunya. Bagi beberapa orang, lesi ini berubah perlahan. Lesi ini dapat tumbuh menjadi benjolan atau bercak-bercak kecil tadi berkumpul menjadi 1 bercak yang lebih besar.

Ketika KS menyebar ke tempat lain, kondisi tersebut bisa mengancam jiwa. Anda dapat memiliki:

  • Kesulitan makan atau menelan
  • Kebotakan, muntah, dan sakit perut akibat pendarahan dan penyumbatan di dalam perut
  • Bengkak parah di lengan, kaki, wajah, atau skrotum Anda
  • Batuk serius atau sesak napas.

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi