Terbit: 17 January 2020 | Diperbarui: 24 June 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Sirosis hati adalah jaringan parut pada hati yang disebabkan oleh kerusakan hati jangka panjang. Jaringan parut membuat hati tidak bekerja dengan optimal. Jika tidak mendapatkan penanganan dengan serius, penyakit sirosis bisa menyebabkan gagal hati, di mana hati berhenti bekerja dan bisa berakibat fatal bagi tubuh.

Apa Saja Gejala Sirosis Hati? Simak Selengkapnya di Sini

Gejala Sirosis Hati

Sebelum membahas tanda dan gejala sirosis hepatis, perlu Anda ketahui bahwa sirosis adalah adalah kelanjutan dari kerusakan hati yang antara lain disebabkan oleh infeksi virus hepatitis kronik (B atau C), serta bisa juga disebabkan akibat infeksi lain, obat-obatan, kecanduan alkohol, autoimun, dan penyakit saluran empedu.

Sekitar 10 persen orang yang terinfeksi virus hepatitis B tidak dapat sembuh total dan penyakitnya dapat menjadi kronik yang kemudian berlanjut menjadi sirosis. Sementara itu, penyakit sirosis untuk menjadi kronik terjadi lebih besar apabila Anda terinfeksi virus hepatitis C.

Pada stadium awal, sirosis biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun semakin banyak jaringan hati yang luka dan menimbulkan jaringan parut, maka akan timbul berbagai ciri ciri sirosis hati seperti berikut:

  • Nafsu makan menurun.
  • Hidung berdarah.
  • Muncul rasa gatal di kulit.
  • Penyakit kuning (kulit dan mata menguning).
  • Terlihat pembuluh darah arteri berbentuk sarang laba-laba kecil di bawah kulit.
  • Berhenti menstruasi.
  • Kemerahan di telapak tangan atau kuku memutih.
  • Penurunan berat badan.
  • Anoreksia.
  • Tubuh melemah.
  • Warna urine lebih gelap.
  • Limpa yang membesar.
  • Penyakit tulang, menyebabkan tulang mudah patah.

Gejala yang lebih serius termasuk:

  • Muntah darah.
  • Kram otot yang parah.
  • Kebingungan dan kesulitan berpikir jernih.
  • Pembengkakan perut yang biasanya disebabkan oleh karena asites.
  • Pembengkakan kaki (edema).
  • Impotensi.
  • Ginekomastia (ketika jaringan payudara pada pria berkembang).

Pada dasarnya, gejala sirosis terjadi karena hati tidak dapat memurnikan darah, memecah racun, menghasilkan protein pembekuan, dan membantu penyerapan lemak serta vitamin yang larut dalam lemak.

Selain itu, tidak semua gejala sirosis hati seperti di atas bisa dirasakan, karena beberapa gejala merupakan tanda dari kondisi gangguan kesehatan lainnya.

Diagnosis Sirosis Hati

Karena penyakit sirosis tidak selalu memunculkan gejala, penyakit ini biasanya didiagnosis saat pasien sedang dites untuk beberapa kondisi atau penyakit lainnya. Tes-tes berikut ini mungkin disarankan oleh dokter, di antaranya:

1. Tes darah

Tes ini diperlukan untuk mengukur seberapa baik hati berfungsi. Jika kadar alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST) tinggi, pasien kemungkinan menderita hepatitis.

2. Tes pencitraan

Ultrasonografi, CT scan, atau MRI scan bisa digunakan untuk mengetahui apakah hati membesar dan mendeteksi jaringan parut atau nodul.

3. Biopsi

Cara ini biasanya akan menggunakan sampel kecil sel hati yang diekstraksi dan diperiksa menggunakan mikroskop. Biopsi dapat memastikan penyebab sirosis dengan pasti.

4. Endoskopi

Dokter akan memasukkan tabung tipis panjang dengan kamera dan cahaya pada ujungnya ke dalam kerongkongan dan perut. Dokter akan mencari pembuluh darah bengkak yang disebut varises yang bisa menjadi tanda sirosis hati.

Pengobatan Sirosis Hati

Jika penyakit sirosis didiagnosis cukup awal, kerusakan dapat diminimalisir dengan mengobati penyebab atau komplikasi yang muncul. Perawatan yang dapat dilakukan untuk mengobati sirosis adalah sebagai berikut, di antaranya:

1. Obat

Pasien mungkin diresepkan obat oleh dokter untuk mengendalikan kerusakan sel hati yang disebabkan oleh hepatitis B atau C.

Obat-obatan biasanya diresepkan untuk mengendalikan peningkatan tekanan pada pembuluh darah lain. Tujuannya untuk mencegah perdarahan hebat. Tanda-tanda perdarahan dapat dideteksi melalui endoskopi.

2. Pengobatan untuk Ketergantungan Alkohol

Penting bagi pasien untuk berhenti konsumsi alkohol jika sirosis disebabkan oleh konsumsi alkohol jangka panjang. Dalam banyak kasus, dokter akan merekomendasikan program perawatan untuk mengobati ketergantungan alkohol.

Pengobatan lain yang harus diperhatikan adalah apabila penyakit sirosis membuat seseorang muntah atau buang air besar berdarah. Hal ini mungkin menandakan bahwa Anda memiliki varises esofagus.

Saat mengalami kondisi ini maka bantuan medis dengan segera harus dilakukan. Berikut adalah beberapa prosedur yang dapat membantu, di antaranya:

  • Banding: Pita kecil ditempatkan di sekitar dasar varises untuk mengontrol perdarahan.
  • Skleroterapi injeksi: Setelah endoskopi, suatu zat disuntikkan ke dalam varises, sehingga memicu pembentukan gumpalan darah dan jaringan parut. Cara ini membantu membendung perdarahan.
  • Penggunaan Sengstaken-Blakemore Tube: Jika endoskopi tidak menghentikan pendarahan, tabung yang di ujungnya ini ada balonnya turun ke tenggorokan pasien dan masuk ke perut. Balon kemudian akan membesar, sehingga memberi tekanan pada varises dan menghentikan pendarahan.
  • Transjugular intrahepatic portosystemic stent shunt (TIPSS): Jika beberapa terapi yang disebutkan di atas tidak dapat membendung perdarahan, tabung logam dilewatkan di hati untuk bergabung dengan vena porta dan vena hepatik, menciptakan rute baru bagi darah untuk mengalir. Cara ini mengurangi tekanan yang menyebabkan varises.

Mencegah Sirosis Hati

Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah gejala sirosis hati, di antaranya:

1. Hindari Konsumsi Alkohol

Cara terbaik untuk mencegah sirosis adalah membatasi konsumsi alkohol atau lebih baik berhenti minum alkohol. Tidak disarankan mengonsumsi minuman alkohol lebih dari 14 kali dalam seminggu. Jika Anda sudah menderita sirosis sebaiknya segera berhenti konsumsi alkohol. Minta bantuan dokter jika Anda merasa kesulitan untuk menghentikan kebiasaan mengonsumsi alkohol.

2. Hindari Aktivitas Seksual yang Berisiko

Hepatitis B dan C adalah infeksi yang bisa didapatkan dengan bergonta-ganti pasangan seksual tanpa kondom atau berbagi jarum suntik. Menggunakan kondom saat berhubungan intim dan tidak berbagi jarum suntik akan mengurangi risiko hepatitis B dan C.

Selain itu, pencegahan penyakit sirosis dapat menggunakan vaksin untuk hepatitis B, namun vaksin untuk hepatitis C belum tersedia.

3. Menjaga Berat Badan Ideal

Jika ingin menghindari risiko terkena penyakit sirosis, maka Anda harus menjaga berat badan yang ideal. Cara mempertahankan berat badan yang ideal yaitu dengan melakukan diet yang sehat, seimbang, dan berolahraga secara teratur.

 

  1. Cirrhosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cirrhosis/symptoms-causes/syc-20351487. (diakses pada 25 Juli 2019).
  2. Cirrhosis. https://www.nhs.uk/conditions/cirrhosis/symptoms/. (diakses pada 25 Juli 2019).
  3. Cirrhosis. https://www.healthline.com/health/cirrhosis#symptoms. (diakses pada 25 Juli 2019).
  4. Nordqvist, Christian. 2017. Everything you need to know about cirrhosis. https://www.medicalnewstoday.com/articles/172295.php. (diakses pada 25 Juli 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi