Terbit: 11 July 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Erosi serviks adalah salah satu kondisi gangguan kesehatan serviks yang paling umum. Kondisi ini tidak berbahaya dan sering kali tidak menunjukkan gejala apapun. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala hingga cara menyembuhkannya di bawah ini.

Erosi Serviks: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa itu Erosi Serviks?

Erosi serviks adalah kondisi di mana sel-sel pada serviks berkembang di luar serviks dan membentuk jaringan yang merah dan meradang. Pada dasarnya kondisi ini bukan merupakan kondisi serius dan merupakan kondisi yang cukup umum.

Bagian luar serviks (vagina) dan bagian dalam serviks (kanal serviks) memiliki kandungan sel yang berbeda. Bagian dalam mengandung sel kelenjar lunak yang disebut sel epitel kolumnar. Sedangkan sel-sel keras di bagian luar serviks disebut dengan epitel skuamosa.

Penyakit ini terjadi ketika sel-sel kelenjar lunak berkembang pada bagian luar serviks. Tempat di mana sel kelenjar bersentuhan dengan sel epitel skuamosa di luar serviks disebut sebagai zona transformasi. Lantas, apa perbedaan erosi serviks dan kanker serviks?

Erosi pada mulut rahim ini berhubungan dengan kanker serviks dan tidak menimbulkan komplikasi apa pun. Namun gejala yang ditimbulkan cenderung mirip dengan masalah reproduksi lainnya yang mungkin terhubung dengan kanker serviks.

Baca Juga: 11 Ciri-Ciri Kanker Serviks dan Cara Mencegahnya

Gejala Erosi Serviks

Beberapa gejala erosi leher rahim yang umum meliputi:

  • Rasa sakit dan pendarahan selama atau setelah berhubungan seksual.
  • Nyeri atau pendarahan setelah pemeriksaan panggul.
  • Keputihan ringan.
  • Pendarahan di antara menstruasi.

Meski begitu, gejala yang terjadi pada setiap orang dapat berbeda-beda; dari yang ringan hingga parah. Namun banyak wanita tidak merasakan gejala sama sekali ketika mengalami kondisi ini. Umumnya, kondisi baru diketahui setelah menjalani pemeriksaan panggul.

Penyebab Erosi Serviks

Penyebab kondisi ini sering kali tidak diketahui, beberapa wanita memiliki kondisi ini sejak lahir. Penyebab umum lainnya adalah karena fluktuasi hormon yang disebabkan oleh berbagai kondisi.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena erosi serviks:

  • Faktor usia. Kondisi ini lebih umum menyerang wanita pada usia reproduktif karena masih besar kemungkinan terjadi fluktuasi hormon. Seseorang yang sudah menopause jarang mengalami kondisi ini.
  • Kehamilan. Ketika hamil, terjadi juga perubahan kadar hormon dalam tubuh yang kemudian dapat menjadi pemicu kondisi ini.
  • Konsumsi kontrasepsi oral. Penggunaan kontrasepsi oral seperti pil KB juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini karena kerja obat ini memengaruhi kadar hormon dalam tubuh.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Pada dasarnya erosi pada mulut rahim bukanlah kondisi yang serius, namun gejala yang sama juga dapat menandakan beberapa kondisi lain seperti:

  • Infeksi.
  • Fibroid atau polip.
  • Endometriosis..
  • Masalah pada IUD.
  • Masalah pada kehamilan.
  • Kanker pada serviks, rahim, atau jenis kanker lainnya.

Diagnosis Erosi Serviks

Seperti yang disebutkan sebelumnya, erosi serviks terkadang tidak menimbulkan gejala atau gejalanya jarang disadari. Kebanyakan dokter mendiagnosis kondisi ini ketika melakukan pemeriksaan panggul rutin.

Apabila serviks terlihat lebih merah atau meradang, dokter harus memastikan bahwa kondisi ini bukan merupakan kanker serviks. Selain menanyakan tentang gejala dan riwayat kesehatan secara keseluruhan serta melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lainnya.

Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan:

  • Pap test atau pap smear. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengikis sampel sel dari serviks untuk menguji keberadaan HPV dan perubahan sel kanker atau prakanker. Setiap wanita di atas usia 21 tahun atau yang aktif secara seksual diharuskan melakukan tes ini secara rutin dalam jangka waktu tertentu.
  • Kolposkopi. Pemeriksaan serviks lebih dekat dengan menggunakan bantuan pencahayaan dan instrumen pembesar.
  • Biopsi. Menggunakan sampel jaringan kecil dari serviks untuk diuji di laboratorium untuk memastikan keberadaan sel-sel kanker.

Baca Juga: Vaksin Kanker Serviks: Siapa yang Wajib, Efektivitas, Biaya, dll

Pengobatan Erosi Serviks

Bahayakah erosi serviks? Umumnya kondisi ini tidak berbahaya sehingga pengobatan khusus tidak dibutuhkan. Namun apabila kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami pendarahan dan nyeri yang persisten, maka dokter mungkin akan merekomendasikan kauterisasi.

Kauterisasi

Kauterisasi adalah cara menyembuhkan erosi serviks yang paling umum. Prosedur ini dapat mengatasi gejala dan apabila penyakit ini kembali, dokter mungkin akan menyarankan untuk mengulanginya.

Kauterisasi untuk mengatasi erosi serviks terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

  • Diathermy. Prosedur ini menggunakan panas untuk membakar bagian serviks yang terkena.
  • Cryotherapy. Prosedur ini menggunakan karbon dioksida yang sangat dingin untuk membekukan bagian serviks yang terkena. Penelitian menunjukkan prosedur satu ini termasuk yang paling aman dan efektif untuk pasien dengan kondisi ini yang mengalami gejala keputihan yang berat.
  • Silver nitrat. Prosedur ini juga bekerja dengan cara membakar sel-sel kelenjar.

Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit. Namun dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk tidak melakukan aktivitas seksual atau menggunakan tampon lebih dulu selama kurang lebih 4 minggu.

Pada dasarnya kondisi ini tidak menyebabkan komplikasi tertentu. Namun karena gejalanya mirip dengan kondisi serviks lainnya, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala yang disebutkan di atas.

Pemeriksaan kesehatan secara rutin penting untuk dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara keseluruhan. Kondisi serviks umumnya diketahui melalui pemeriksaan panggul. Tujuan pemeriksaan secara rutin adalah untuk mengetahui penyakit lebih dini, karena ada banyak kondisi kesehatan yang tidak menunjukkan gejala pada awalnya.

 

  1. Burgess, Lana. 2019. What to know about cervical ectropion. https://www.medicalnewstoday.com/articles/320298.php. (Diakses 31 Desember 2019).
  2. Pietrangelo, Ann. 2019. What Is Cervical Ectropion (Cervical Erosion)?. https://www.healthline.com/health/womens-health/cervical-ectropion. (Diakses 31 Desember 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi