Terbit: 27 February 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Epiglotitis adalah peradangan pada epiglotis atau tulang rawan kecil di akar lidah yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini berpotensi mengancam jiwa bila tidak ditangani. Ketahui apa itu epiglotitis, gejala epiglotitis, penyebab, pengobatan, pencegahannya, dll.

Epiglotitis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Apa Itu Epiglotitis?

Epiglotitis adalah pembengkakan dan peradangan pada epiglotis. Epiglotis adalah tulang rawan kecil dan tipis di akar lidah yang menutup batang laring (trakea) ketika Anda menelan makanan atau minuman.

Peradangan pada epiglotis ini menyebabkan rasa sakit saat menelan, sakit tenggorokan, hingga gangguan pernapasan karena pembengkakan tersebut menghalangi saluran udara ke paru-paru. Pembengkakan yang semakin besar dapat menyebabkan penyumbatan saluran pernapasan secara total yang berakibat fatal.

Penyebab umum epiglotitis adalah infeksi dengan Haemophilus influenzae tipe b (Hib), yaitu infeksi bakteri yang sama penyebab pneumonia, meningitis, dan infeksi dalam aliran darah. Kondisi ini juga dapat dipicu oleh infeksi pernapasan, paparan lingkungan, atau cedera yang memicu infeksi pada struktur lain di sekitar tenggorokan.

Secara historis penyakit ini lebih umum terjadi pada anak kecil laki-laki, namun tetap dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Saat ini vaksinasi Hib sudah tersedia untuk mencegah penyakit ini. Berdasarkan data, penderita epiglotitis pada anak di bawah usia 5 tahun menurun 99% setelah penggunaan vaksinasi Hib pada tahun 2000.

Gejala Epiglotitis

Saat Anda mengalami peradangan pada epiglotis, gejalanya akan timbul sangat cepat. Anak-anak akan segera mengalami gejalanya dalam hitungan jam, sementara pada orang dewasa akan terasa dalam hitungan hari.

Gejala Epiglotitis pada Anak

Berikut ini adalah ciri-ciri epiglotitis pada anak, yaitu:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan parah
  • Sakit dan sulit menelan
  • Mengiler
  • Suara berubah terutama saat menarik napas
  • Gelisah
  • Merasa lebih baik saat duduk atau condong ke depan
  • Sulit bernapas
  • Sulit bicara
  • Batuk

Peradangan pada epiglotis pada bayi di bawah usia 1 tahun mungkin sulit dikenali, terutama bila bayi sedang batuk dan memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan atas.

Gejala Epiglotitis pada Orang Dewasa

Berikut ini adalah ciri-ciri epiglotitis pada orang dewasa, yaitu:

  • Demam ringan
  • Sakit tenggorokan parah
  • Suara serak
  • Stridor atau suara bernada tinggi saat menarik napas
  • Sulit bernapas atau bernafas dengan leher, dinding dada, dan otot perut bagian atas
  • Sulit menelan
  • Mengiler terus-menerus
  • Gelisah

Gejala tersebut menyerang dengan cepat dan harus segera ditangani sebelum pembengkakan semakin besar dan menyumbat saluran pernapasan.

Kapan Harus ke Dokter?

Epiglotitis adalah keadaan darurat medis yang harus segera ditangani. Segera hubungi dokter atau pergi ke layanan medis terdekat apabila Anda mengalami:

  • Kesulitan napas parah
  • Sulit bicara
  • Detak jantung cepat
  • Suara redam atau menghilang
  • Kulit kebiruan
  • Tidak dapat berdiri tegak

Apabila Anda atau seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, mohon tidak mencoba memeriksa tenggorokan sendiri serta tetap diam dan berusaha tegak untuk memudahkan napas.

Semua gejala yang berhubungan dengan sistem pernapasan seperti napas pendek, napas berbunyi, napas cepat, atau tidak bisa bernapas secara normal harus segera mendapat pertolongan medis.

Penyebab Epiglotitis

Penyebab epiglotitis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu infeksi bakteri dan efek cedera. Berikut ini penjelasannya:

1. Infeksi Bakteri

Peradangan pada epiglotis umumnya terjadi akibat infeksi bakteri dari strain bakteri Haemophilus influenzae tipe b atau yang disebut juga dikenal sebagai Hib.

Ini adalah bakteri yang sama yang menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi dalam aliran darah. Bakteri Hib dipaparkan melalui udara yang tidak disadari Anda hirup saat orang lain yang terinfeksi batuk atau bersin.

Penyakit ini juga dapat terjadi akibat paparan bakteri Streptococcus A, B, atau C, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae, yaitu:

  • Bakteri Streptococcus A adalah penyebab radang tenggorokan umum.
  • Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi kulit, pneumonia, dan sindrom syok toksik.
  • Bakteri Streptococcus pneumoniae adalah penyebab umum pneumonia bakteri.

Dalam beberapa kasus, peradangan pada epiglotis dapat terjadi akibat infeksi virus dan jamur. Virus penyebab herpes zoster dan cacar air juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan yang kemudian berkembang menjadi epiglotitis. Jamur penyebab ruam popok atau infeksi ragi juga memicu peradangan pada epiglotis.

2. Cedera Tenggorokan

Peradangan pada epiglotis juga dapat terjadi akibat cedera di sekitar mulut dan tenggorokan, seperti:

  • Pukulan langsung ke tenggorokan yang sangat keras hingga menyebabkan luka dan pembengkakan yang mengenai epiglotis.
  • Epiglottitis termal, kerusakan epiglotis akibat makanan padat atau minuman panas.
  • Tenggorokan mengalami sensasi terbakar akibat menelan bahan kimia berbahaya.
  • Cedera tenggorokan akibat obat-obatan tertentu.
  • Menghirup ujung rokok ganja atau potongan logam dari pipa cocain crack.
  • Gigitan laba-laba atau serangga di telinga yang menyebabkan pembengkakan.
  • Reaksi alergi dari konsumsi jenis ikan tertentu seperti ikan kerbau atau ikan tawar dari Amerika, Ictiobus.
  • Menghirup uap panas dari asap paparan lingkungan yang tercemar.
  • Trauma fisik akibat pukulan benda tumpul apapun di sekitar mulut, leher, dan tenggorokan.

Cedera tenggorokan yang menyebabkan peradangan pada epiglotis lebih umum terjadi pada orang dewasa.

Faktor Risiko Epiglotitis

Siapa saja yang berpotensi mengalami kondisi ini? Berikut ini adalah faktor risiko epiglotitis, yaitu:

  • Anak di bawah usia 12 tahun berisiko terkena penyakit ini akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur yang belum melakukan vaksin Hib.
  • Orang dewasa berusia lebih dari 85 tahun.
  • Anak-anak yang tinggal di wilayah dimana penggunaan vaksin Hib tidak ada atau belum dilaksanakan.
  • Semua anak yang tidak melakukan vaksin Hib.
  • Berdasarkan historis, laki-laki lebih tinggi risikonya terkena kondisi ini dibandingkan dengan perempuan walaupun alasannya tidak diketahui.
  • Seseorang yang tinggal di lingkungan padat penduduk dimana tingkat penyebaran virus, bakteri, atau jamur tinggi.
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena mereka sulit melawan infeksi yang menyerang.
  • Orang dewasa dengan diabetes.

Setiap orang dapat mengalami peradangan pada epiglotis, namun faktor risiko dapat ditekan dengan penggunaan vaksin Hib dan menjaga pola hidup sehat.

Diagnosis Epiglotitis

Dokter akan melakukan pengamatan fisik, pengecekan riwayat medis, dan beberapa pemeriksaan medis seperti:

1. Pemeriksaan X-Ray

Peradangan pada epiglotis menyebabkan penyumbatan saluran pernapasan dan detak jantung melambat, dokter kemungkinan akan melakukan perawatan intensif untuk melihat struktur laring melalui pemeriksaan X-Ray untuk mendeteksi apakah ada peradangan faring dan kondisi bengkak serta kaku pada epiglotis.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit ini meliputi:

  • Pemeriksaan darah untuk mengidentifikasi infeksi atau peradangan.
  • Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count) untuk mengukur oksigenasi darah dan gas darah arteri.
  • Pemeriksaan kultur darah untuk mengidentifikasi penyebab peradangan pada epiglotis.
  • Pemeriksaan imunologi lainnya mencari antibodi terhadap bakteri atau virus tertentu.
  • Pemeriksaan laring menggunakan selang serat optik.

Pemeriksaan laboratorium lainnya mungkin dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyebab epiglotis tidak stabil untuk menutup dan menghalangi saluran pernapasan.

Penyakit ini sering keliru didiagnosis sebagai radang tenggorokan atau croup, angioedema atau pembengkakan jaringan di saluran pernapasan, peradangan atau spasme laring, trauma laring, pertumbuhan kanker, reaksi alergi, infeksi kelenjar tiroid, dan hematoma epiglotis.

Jenis Epiglotitis pada Dewasa

Berdasarkan diagnosis dokter, epiglotitis dewasa dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Kategori 1

Gejala epiglotitis pada orang dewasa berupa gangguan pernapasan parah atau henti napas secara cepat. Pemeriksaan kultur darah ditujukan untuk memeriksa bakteri dalam darah.

2. Kategori 2

Gejala epiglotitis sedang hingga berat seperti sakit tenggorokan, sulit menelan, suara redam, dan stridor. Penderita dalam kategori ini berisiko mengalami sumbatan saluran pernapasan.

3. Kategori 3

Gejala ringan seperti sakit tenggorokan dan sakit saat menelan makanan selama berhari-hari, namun tidak menunjukan tanda-tanda penyumbatan saluran pernapasan.

Dokter akan menangani pasien sesuai dengan gejala dan perawatan yang tepat, juga memastikan bahwa peradangan ini tidak sampai menyumbat saluran pernapasan.

Pengobatan Epiglotitis

Penderita penyakit ini mungkin perlu segera rawat inap untuk mengurangi risiko penyumbatan saluran pernapasan yang tiba-tiba dan cepat terjadi. Selanjutnya, dokter akan memberikan perawatan terbaik, seperti:

1. Perawatan Awal

Pada tahap awal apabila gejala epiglotitis ringan terjadi pada anak, tempatkan anak di ruangan temaram dan tenang bersama orang tua. Masker oksigen dibutuhkan untuk memonitor saluran pernapasan anak dengan cermat.

Apabila tidak ada gejala gangguan saluran pernapasan, maka suntikan antibiotik diberikan untuk membantu mengelola gejala peradangan. Dalam perawatan ini, penting juga untuk mengelola gangguan kecemasan karena dapat memicu obstruksi saluran pernapasan akut terutama pada anak-anak.

2. Suntikan Antibiotik

Suntikan antibiotik digunakan untuk mengatasi peradangan dan melawan infeksi penyebab epiglotitis. Antibiotik yang umum digunakan adalah antibiotik khusus infeksi bakteri.

3. Obat Kortikosteroid

Berdasarkan sejarah penyakit ini, obat kortikosteroid dan epinefrin digunakan untuk mengatasi gejala peradangan pada epiglotis di masa lalu. Seiring perkembangan dunia medis, banyak ahli yang meragukan kemampuan obat-obatan ini untuk mengobati epiglotitis.

4. Membantu Pernapasan

Pengobatan epiglotitis yang paling utama adalah dengan mematikan bahwa saluran pernapasan tidak terhambat. Bila itu terjadi, pasien membutuhkan bantuan pernapasan seperti menggunakan masker oksigen atau selang pernapasan di laring melalui hidung atau mulut (intubasi).

5. Trakeostomi

Trakeostomi adalah operasi kecil untuk membuat sayatan kecil di antara cincin trakea dan menempatkan selang pernapasan melalui leher masuk ke laring. Prosedur ini digunakan untuk melancarkan pernapasan.

6. Cricothyrotomy

Pasien dengan gejala atau risiko obstruksi saluran pernapasan akut harus dirawat di unit perawatan intensif dengan peralatan intervensi saluran pernapasan. Dalam gejala berat, pasien mungkin harus melakukan cricothyrotomy atau metode sayatan pada kulit dan membran cricothyroid untuk membangun saluran pernapasan.

Itulah cara mengatasi epiglotitis. Dokter juga akan memberikan suntikan atau infus nutrisi agar Anda tetap makan sampai bisa menelan lagi dengan normal.

Komplikasi Epiglotitis

Berikut ini adalah komplikasi epiglotitis, yaitu:

1. Gagal Napas

Epiglotis adalah tutup kecil untuk mencegah makanan dan minuman masuk ke laring atau saluran pernapasan, namun peradangan epiglotis malah akan menutup saluran pernapasan tersebut.

2. Infeksi Menyebar

Bakteri Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dapat menyebar dan menyebabkan infeksi di tempat lain di tubuh. Bakteri Hib juga menjadi penyebab infeksi pneumonia, meningitis, atau infeksi aliran darah.

Pencegahan Epiglotitis

Berikut ini adalah cara mencegah epiglotitis, yaitu:

1. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Semua infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat dicegah dengan menerapkan kebiasaan sehat, seperti:

  • Cuci tangan untuk mencegah penyebaran kuman, bakteri, dan virus.
  • Menjaga kekebalan tubuh dengan asupan makanan sehat dan vitamin tambahan bila perlu.
  • Hindari berbagi peralatan makan dan minum.
  • Istirahat yang cukup.
  • Hindari merokok.
  • Perhatikan dan segera konsultasi ke dokter apabila mengalami gejala terkait penyakit kronis.

2. Vaksin Hib

Vaksin Hib adalah vaksin yang diciptakan untuk mencegah epiglotitis secara efektif. Vaksin ini diberikan untuk anak-anak dalam 3-4 dosis, yaitu:

  • Usia 2 bulan
  • Usia 4 bulan
  • Usia 6 bulan bila anak diberikan dosis 4 vaksin
  • Usia 12-15 bulan

Centers for Disease Control and Prevention juga menyarankan untuk melakukan vaksin Hib untuk orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah terkait berbagai kondisi medis, seperti:

  • Penyakit sel sabit.
  • HIV / AIDS.
  • Splenektomi (spleen removal).
  • Kemoterapi.
  • Pasien yang mengonsumsi obat untuk mencegah penolakan transplantasi organ atau sumsum tulang.

Apabila Anda tinggal bersama dengan penderita epiglotitis, maka Anda dapat mencegah penularan infeksi dengan obat rifampin dengan beberapa ketentuan setelah vaksin.

Itulah pembahasan tentang gejala epiglotitis, penyebab, pengobatan, vaksin Hib, dll. Epiglotitis umumnya terjadi pada anak kecil namun semua orang memiliki risiko paparan yang sama. Kondisi ini termasuk dalam kegawatdaruratan medis, harap segera konsultasi pada dokter apabila Anda atau orang sekitar mengalami gejalanya.

 

  1. WebMD. 2019. Epiglottitis. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/epiglottitis-infection-inflammation#1. (Diakses pada 27 Februari 2020).
  2. MayoClinic. 2018. Epiglottitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/epiglottitis/symptoms-causes/syc-20372227. (Diakses pada 27 Februari 2020).
  3. Allen, Suzanne. 2019. Epiglottitis. https://www.healthline.com/health/epiglottitis#causes. (Diakses pada 27 Februari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi