Terbit: 13 March 2020 | Diperbarui: 7 July 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Endokarditis adalah infeksi langka pada lapisan jantung bagian dalam yang disebut endokardium. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau kuman dalam darah yang mengenai jantung. Ketahui apa itu endokarditis, gejala, penyebab, komplikasi, pengobatan, pencegahan, dll.

Endokarditis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Apa Itu Endokarditis?

Endokarditis adalah peradangan dan infeksi pada otot jantung, katup jantung, dan lapisan dalam bilik jantung atau yang disebut juga dengan endokardium. Kondisi ini termasuk penyakit yang langka. Apabila kondisi ini tidak segera diobati maka akan merusak bagian katup jantung dan mengancam jiwa.

Endokarditis terjadi akibat adanya bakteri, jamur, atau kuman lain di aliran darah dan masuk ke jantung. Penyebab paling umum adalah organisme streptococci, staphylococci, atau spesies bakteri yang biasanya hidup di dalam tubuh. Jenis penyakit ini dikelompokan berdasarkan penyebabnya yaitu endokarditis infektif (IE), endokarditis bakteri (BE), endokarditis infeksi, dan endokarditis jamur.

Kelompok orang yang rentan terkena penyakit ini adalah penderita penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan katup jantung prostetik. Pengobatan endokarditis dilakukan dengan penggunaan obat antibiotik atau pembedahan dalam kondisi yang lebih parah.

Berdasarkan data, 4 dari 100.000 orang mengalami endokarditis dengan jumlah yang meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia, terdapat kurang dari 150 ribu kasus per tahun sementara 25% penderita endokarditis di Amerika adalah orang berusia lebih dari 60 tahun.

Gejala Endokarditis

Gejala endokarditis dapat terjadi secara tiba-tiba atau dikembangkan perlahan-lahan seiring waktu. Umumnya, gejalanya tidak parah dan mirip dengan flu atau infeksi biasa.

Gejala paling umum berupa:

  • Sesak napas
  • Nyeri sendi dan otot
  • Kelelahan
  • Nyeri dada
  • Pembengkakan di kaki atau perut
  • Berkeringat di malam hari
  • Mual dan muntah
  • Tidak napsu makan
  • Batuk
  • Kulit pucat
  • Merasa penuh atau begah di perut bagian kiri atas
  • Gejala mirip flu seperti demam dan kedinginan biasa
  • Murmur jantung atau jantung berbunyi tidak normal seperti biasa akibat aliran darah yang deras ke jantung

Gejala lainnya, meliputi:

  • Berat badan menurun
  • Urine berdarah
  • Bintik-bintik merah di telapak tangan atau disebut juga dengan Lesi Janeway
  • Bintik-bintik merah dan lunak di bawah kulit jari tangan atau kaki atau disebut juga dengan Simpul Osler
  • Bintik-bintik kecil ungu atau merah pada kulit, bagian putih mata, atau di bagian dalam mulut yang disebut sebagai Petechiae

Setiap orang mungkin mengalami gejala yang berbeda sesuai dengan penyebab dan tingkat keparahan endokarditis.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasi ke dokter apabila Anda mengalami gejala endokarditis tersebut dan tidak kunjung membaik, terutama apabila Anda mengalami riwayat penyakit jantung lainnya.

Meskipun gejalanya terasa ringan, kondisi yang dibiarkan saja akan memicu komplikasi penyakit jantung lainnya. Anda tidak akan tahu apa yang Anda alami sampai Anda konsultasi ke dokter.

Penyebab Endokarditis

Penyebab endokarditis yang utama adalah pertumbuhan bakteri berlebihan seperti bakteri streptococci, staphylococci, atau bakteri lain yang seharusnya tidak tumbuh di organ dalam tubuh.

Penyebab lainnya adalah pertumbuhan jamur atau kuman lainnya di aliran darah hingga masuk ke jantung dan menyebabkan infeksi.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke aliran darah melalui:

  • Aktivitas Oral: Kegiatan sehari-hari seperti sikat gigi atau menggunakan benang gigi yang menyebabkan gusi berdarah dan bakteri masuk.
  • Kateter: Bakteri masuk saat Anda sedang melakukan prosedur kateter yaitu penggunaan selang kecil ke tubuh untuk mengeluarkan cairan tubuh.
  • Jarum untuk Tato atau Tindik: Bakteri masuk ke aliran darah dari penggunaan jarum tato atau tindik yang tidak steril.
  • Prosedur Gigi Tertentu: Perawatan gigi seperti operasi pemotongan gusi.
  • Kondisi Medis Tertentu: Kondisi medis seperti radang usus, penyakit gusi, gangguan usus, atau infeksi menular seksual.
  • Penggunaan Obat Terlarang Melalui Suntikan: Penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

Penyakit ini juga dapat terjadi akibat Anda memiliki katup jantung yang rusak sehingga bakteri mudah menempel dan masuk.

Faktor Risiko Endokarditis

Anda memiliki risiko kecil terkena endokarditis apabila Anda memiliki kondisi jantung yang sehat. Berikut ini adalah risiko yang meningkatkan seseorang terkena penyakit ini:

  • Orang dengan katup jantung buatan karena mereka memiliki masalah pada katup jantungnya.
  • Orang dengan penyakit jantung bawaan seperti katup jantung tidak normal atau jantung yang rentan terhadap infeksi.
  • Orang yang memiliki katup jantung rusak akibat komplikasi penyakit demam rematik atau infeksi.
  • Orang yang memiliki riwayat menggunakan jarum suntik tidak steril.
  • Orang yang sebelumnya memiliki riwayat endokarditis dan mengebangkan penyakit itu lagi di masa depan.

Diagnosis Endokarditis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, riwayat penyakit, dan kondisi kesehatan Anda keseluruhan. Apabila ada indikasi masalah terkait jantung, dokter akan menganjurkan pemeriksaan:

1. Tes Darah

Identifikasi paparan bakteri, jamur, atau kuman lainnya yang mungkin ada di aliran darah. Tes darah juga dilakukan untuk pemeriksaan kondisi lainnya.

2. Ekokardiogram

Ekokardiogram adalah pemeriksaan kondisi jantung secara keseluruhan menggunakan gelombang suara yang divisualisasikan dalam bentuk gambar jantung saat berdetak.

Pemeriksaan ini akan membantu dokter mendiagnosis lebih detail ukuran, bentuk, detak, struktur, dan kesehatan jantung Anda.

3. Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan listrik jantung menggunakan sensor khusus pada dada, lengan, dan kaki. Pemeriksaan ini bukan pemeriksaan khusus untuk diagnosis endokarditis, namun dapat membantu dokter melihat kondisi jantung Anda.

4. Rontgen Dada

Rontgen dada menggunakan sinar X untuk menganalisa kondisi jantung dan paru-paru bila ada infeksi tertentu yang menyebar.

5. Computerized Tomography (CT) Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan CT atau MRI untuk menganalisa kondisi otak, dada, dan organ lainnya bila dokter mencurigai infeksi sudah menyebar ke organ-organ vital lain.

Jenis Endokarditis

Jenis endokarditis dibagi berdasarkan tingkat agresivitas bakteri atau kuman yang menginfeksi, yaitu:

1. Endokarditis Akut

Endokarditis akut adalah kondisi dimana spesies bakteri yang agresif masuk ke aliran darah dan menginfeksi katup jantung yang sebelumnya dalam keadaan normal.

Bakteri atau kuman pun berkembang biak di dalam jantung dan memaparkan kembali gumpalan bakteri kecil ke aliran darah hingga masuk ke organ-organ vital lainnya seperti paru-paru, ginjal, dan otak.

Orang-orang yang menggunakan jarum suntik tidak steril memiliki risiko paling besar terkena endokarditis akut. Kondisi ini bahkan sangat mengancam jiwa apabila tidak segera diberikan perawatan dalam enam minggu setelah terpapar infeksi.

2. Endokarditis Subakut

Infeksi yang lebih parah dan serius akibat salah satu kelompok viridans streptokokus (Streptococcus sanguis, mutans, mitis atau milleri) hidup di mulut atau tenggorokan. Bakteri tersebut kemudian masuk ke aliran darah dan menyebabkan katup jantung abnormal atau katup jantung menyempit dan bocor.

Pengobatan Endokarditis

Sebagian besar kasus ini dapat diobati dengan antibiotik. Berikut ini cara mengatasi endokarditis:

1. Antibiotik

Dokter akan merekomendasikan obat antibiotik dalam bentuk suntikan dosis tinggi di rumah sakit.

Awalnya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang dibutuhkan untuk diagnosis penyebab endokarditis yang Anda derita. Setelah mengetahui penyebabnya, dokter akan memberikan antibiotik dan perawatan yang paling sesuai dan terbaik untuk penyembuhan Anda.

Anda mungkin membutuhkan sekitar satu minggu perawatan di rumah sakit dengan penggunaan antibiotik dalam bentuk suntikan tersebut. Dokter akan mengobservasi apakah antibiotik tersebut efektif untuk melawan bakteri yang menyebabkan penyakit ini.

2. Operasi

Apabila infeksi tidak dapat diobati dengan antibiotik dan kondisi katup jantung memburuk, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi katup jantung yang rusak. Pembedahan juga dilakukan untuk mencegah komplikasi penyakit jantung jangka panjang.

Komplikasi Endokarditis

Infeksi dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan organ lain seperti:

  • Kejang
  • Stroke
  • Lumpuh
  • Fibrilasi atrium
  • Pembekuan darah
  • Cedera organ lain
  • Kerusakan ginjal
  • Pembesaran limpa
  • Hiperbilirubinemia dengan penyakit kuning
  • Gangguan jantung lainnya seperti murmur jantung, kerusakan katup jantung, dan gagal jantung
  • Emboli paru atau penyumbatan arteri paru-paru
  • Peradangan ginjal yang memicu glomerulonefritis paru-paru
  • Masalah tulang dan memicu osteomielitis
  • Menyebabkan abses pada organ-organ lainnya

Bakteri atau jamur tersebut dapat menyebar ke bagian lain organ-organ tubuh vital Anda.

Pencegahan Endokarditis

Bagaimana cara mencegah endokarditis?

  • Memerhatikan kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi dengan baik.
  • Hindari menggunakan jarum suntik tidak steril.
  • Konsultasi ke dokter secara rutin terutama bila Anda memiliki riwayat gangguan jantung.

Itulah pembahasan lengkap tentang apa itu endokarditis. Endokarditis adalah infeksi pada lapisan jantung. Anda juga dianjurkan untuk memelihara kesehatan jantung dengan makanan ikan, buah beri, kacang-kacangan, sayuran, buah, oatmeal, dll. Hubungi dokter Anda sesegera mungkin jika Anda memiliki gejala-gejala ini.

 

  1. Kahn, April. Endocarditis. https://www.healthline.com/health/endocarditis. (Diakses pada 13 Maret 2020).
  2. MayoClinic. 2018. Endocarditis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/endocarditis/symptoms-causes/syc-20352576. (Diakses pada 13 Maret 2020).
  3. Harvard Health Publishing School. 2019. Endocarditis. https://www.health.harvard.edu/a_to_z/endocarditis-a-to-z. (Diakses pada 13 Maret 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi