Edema paru non kardiogenik kurang sering terjadi dan terjadi karena kerusakan pada jaringan paru-paru dan peradangan jaringan paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan jaringan yang melapisi struktur paru-paru membengkak dan mengeluarkan cairan ke dalam alveoli dan jaringan paru-paru di sekitarnya. Sekali lagi, ini meningkatkan jarak yang diperlukan oksigen untuk melakukan perjalanan untuk mencapai aliran darah.
Berikut adalah beberapa contoh penyebab edema paru non kardiogenik.
- Gagal ginjal: Dalam situasi ini ginjal tidak membuang kelebihan cairan dan produk limbah dari tubuh, dan kelebihan cairan menumpuk di paru-paru.
- Toksin yang dihirup: Toksin yang dihirup (misalnya, menghirup amonia atau gas klorin, dan menghirup asap) dapat menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan paru-paru.
- Edema paru pada ketinggian (HAPE), adalah suatu kondisi yang terjadi pada orang yang berlatih di ketinggian di atas 2.400 meter (8.000 kaki) tanpa terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan ketinggian. Ini biasanya memengaruhi pendaki dan pemain ski.
- Efek samping obat: Ini dapat terjadi sebagai komplikasi overdosis aspirin atau dengan penggunaan obat kemoterapi.
- Penggunaan obat terlarang: Edema paru non kardiogenik terlihat pada pasien yang menyalahgunakan obat terlarang, terutama kokain dan heroin.
- Sindrom distres pernapasan dewasa (adult respiratory distress syndrome/ARDS): ARDS adalah komplikasi utama yang ditemukan pada korban trauma, pada pasien dengan sepsis, dan syok. Sebagai bagian dari upaya tubuh untuk merespons krisis pada tubuh, respons antiinflamasi menyerang paru-paru dengan sel darah putih dan zat kimia lain dari respons inflamasi yang menyebabkan cairan mengisi ruang udara paru-paru.
- Pneumonia: Infeksi pneumonia bakteri atau virus sangat sering terjadi; Namun, sesekali menjadi rumit karena ada sekelompok cairan berkembang di bagian paru-paru yang terinfeksi.
DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi