Terbit: 6 September 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Gejala depresi pada lansia dapat memengaruhi setiap aspek kehidupannya, ini termasuk memengaruhi energi, nafsu makan, tidur, dan minat pada pekerjaan, hobi, dan hubungan. Simak penjelasan selengkapnya, mulai dari definisi, gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahan!

Depresi pada Lansia: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Apa Itu Depresi pada Lansia?

Depresi pada lansia atau depresi geriatri adalah gangguan mental dan emosional yang terjadi  pada lansia. Perasaan rasa sedih dan perubahan suasana hati (mood) sesekali merupakan kondisi yang normal. Namun, depresi yang terus-menerus bukanlah kondisi yang dianggap normal pada lansia.

Lansia lebih mungkin mengalami depresi subsindromal, merupakan depresi yang tidak selalu memenuhi ciri-ciri untuk depresi berat. Namun, kondisi ini menyebabkan depresi berat jika tidak mendapatkan pengobatan. Depresi lansia bisa mengurangi kualitas hidupnya, dan bahkan meningkatkan risiko bunuh diri.

Gejala Depresi pada Lansia

Karakteristik penting dari depresi mayor adalah berlangsung setidaknya dua minggu ketika seseorang mengalami gangguan mood (sebagian besar hari atau hampir setiap hari) atau kehilangan minat atau kesenangan hampir di semua aktivitas.

Gejala depresi pada lansia yang paling umum terjadi, berikut di antaranya:

  • Merasa sedih atau putus asa.
  • Rasa sakit dan nyeri tanpa sebab yang jelas atau semakin parah.
  • Kehilangan minat bersosialisasi atau hobi.
  • Penurunan berat badan atau kehilangan nafsu makan.
  • Tidak berdaya.
  • Kurangnya motivasi dan energi.
  • Gangguan tidur.
  • Gangguan memori.
  • Kehilangan harga diri.
  • Gerakan atau bicara melambat.
  • Peningkatan konsumsi alkohol atau obat-obatan lain.
  • Fiksasi pada kematian, atau adanya pikiran untuk bunuh diri.
  • Mengabaikan perawatan pribadi, misalnya melewatkan makan, melupakan obat-obatan, atau mengabaikan kebersihan pribadi.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Jika Anda atau orang tua yang mungkin mengalami depresi, penting untuk mencari pengobatan. Orang depresi tidak bisa begitu saja keluar dari masalahnya, ini adalah kondisi medis yang memengaruhi kualitas hidup. Depresi juga dapat memicu seseorang bunuh diri, terutama jika tidak diobati, dan lebih mungkin mengembangkan penyakit fisik jika mengalami depresi.

Sebagian besar depresi dapat diobati pada lansia, tergantung pada tingkat depresi pada lansia, termasuk yang ringan, sedang, dan berat.

Perawatan yang tepat membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan perawatan yang tepat, lansia mungkin mulai mengalami pemulihan sekitar dua minggu dari awal terapi.

Penyebab Depresi pada Lansia

Masalah medis dapat menyebabkan depresi pada orang dewasa yang lebih tua dan orang tua, baik secara langsung atau sebagai reaksi psikologis terhadap penyakit tersebut. Setiap kondisi medis kronis, terutama jika menyakitkan, melumpuhkan, atau mengancam jiwa, bisa menyebabkan depresi atau memperburuk gejala depresi.

Seiring bertambahnya usia, seseorang sering kali menghadapi perubahan hidup yang secara signifikan meningkatkan risiko depresi. Untuk mencegah depresi, penting untuk mengetahui beberapa penyebabnya. 

Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab depresi pada lansia:

  • Gangguan kesehatan. Penyakit dan kecacatan, sakit kronis atau parah, penurunan kognitif, kerusakan citra tubuh (body image) karena operasi atau sakit, semuanya dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko depresi.
  • Kesepian dan isolasi. Beberapa faktor seperti hidup sendiri, lingkungan sosial yang berkurang karena kematian atau relokasi, penurunan mobilitas karena sakit, atau kehilangan hak mengemudi bisa memicu depresi.
  • Mengurangi rasa keinginan. Masa pensiun bisa membawa serta hilangnya identitas, status, kepercayaan diri, dan keamanan finansial, yang turut meningkatkan risiko depresi. Keterbatasan fisik pada aktivitas yang biasa seseorang nikmati juga bisa memengaruhi tujuan atau keinginannya.
  • Ketakutan. Faktor ini termasuk ketakutan akan kematian serta kecemasan atas masalah keuangan, gangguan kesehatan, pelecehan, atau diabaikan.
  • Berduka baru-baru ini. Kematian seorang teman, anggota keluarga, dan hewan peliharaan, atau kehilangan pasangan, adalah penyebab umum dari depresi.

Faktor Risiko Depresi pada Lansia

Meskipun kebanyakan kasus depresi terjadi pada orang dewasa muda, depresi bisa terjadi pada usia berapa pun. Orang-orang tertentu dalam risiko yang lebih tinggi terhadap depresi. Untuk lansia, berikut ini faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia:

  • Perempuan.
  • Memiliki penyakit medis kronis, seperti kanker, diabetes, atau penyakit jantung.
  • Disabilitas.
  • Kurang tidur.
  • Kesepian atau terisolasi secara sosial.
  • Lansia juga mungkin berada dalam risiko yang lebih tinggi jika memiliki kondisi berikut:
  • Memiliki riwayat depresi pribadi atau keluarga.
  • Memiliki penyakit otak.
  • Menggunakan obat-obatan tertentu.
  • Menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau minum alkohol.
  • Pernah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, misalnya kehilangan pasangan, perceraian, atau merawat penderita penyakit kronis.

Diagnosis Depresi pada Lansia

Diagnosis yang tepat untuk lansia depresi mungkin bisa menjadi sulit. Meski begitu, kondisi ini masih bisa diatasi, terutama dengan dokter reguler.

Dokter atau seorang ahli kesehatan mental dapat menilai gejala, suasana hati, perilaku, aktivitas sehari-hari, dan riwayat kesehatan keluarganya. Dokter atau ahli kesehatan mental mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan, ini terkait beberapa hal berikut:

  • Lamanya waktu ketika merasa tertekan atau stres.
  • Faktor yang menyebabkan depresi.
  • Riwayat depresi di masa lalu.

Pasien harus menunjukkan gejala depresi setidaknya selama dua minggu untuk diagnosis dengan beberapa kondisi tersebut.

Cara Mengobati Depresi pada Lansia

Pengobatan depresi yang efektif untuk lansia mungkin memerlukan lebih dari satu perawatan. Hal ini karena menemukan pengobatan depresi yang tepat biasanya membutuhkan waktu. Adapun perawatan khusus dengan kombinasi terapi, pengobatan, dan perubahan gaya hidup.

Berikut ini beberapa pengobatan dan penanganan depresi pada lansia:

1. Psikoterapi

Terapi bicara yang sedang berlangsung bisa menjadi sumber dukungan bagi pasien lansia. Terapi jangka pendek dengan fokus pada solusi (Cognitive Behavioral Therapy) juga efektif membantu pasien lansia menghilangkan pola pikir dan perilaku yang memicu timbulnya gejala depresi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa membuat penyesuaian untuk pasien lansia termasuk menangani kesehatan fisik dan keyakinan agama atau spiritual, dapat membantu pengobatan menjadi efektif.

2. Komunitas Pendukung

Bergabung dengan komunitas atau kelompok bertujuan untuk menghubungkan lansia yang mengalami masalah serupa (depresi, kondisi medis, kehilangan, dan lainnya). Ini bermanfaat dalam membangun dukungan sosial dan memberikan ruang yang aman untuk berbicara.

3. Obat-obatan

Obat antidepresan yang diresepkan dokter dapat membantu meredakan gejala depresi. Perlu pasien depresi ketahui, antidepresan memiliki efek samping yang signifikan, dan pasien lansia sensitif terhadap obat-obatan. Oleh karenanya, penggunaan obat-obatan harus dipantau secara ketat.

4. Perubahan Gaya Hidup

Rajin olahraga setiap hari, kebiasaan makan makanan yang sehat, dan meningkatkan dukungan sosial, semuanya bisa membantu perawatan pasien lansia yang depresi. Teman dan anggota keluarga pasien mungkin bisa membantu melakukan beberapa hal berikut:

  • Menjadwalkan acara grup.
  • Memastikan kunjungan mingguan.
  • Membantu menyediakan transportasi untuk janji temu dengan dokter atau terapis.
  • Masak dan membekukan makanan sehat untuk memudahkan.
  • Membuatkan jadwal atau pengingat untuk memudahkan minum obat secara teratur.

Pencegahan Depresi pada Lansia

Meskipun sebagian besar depresi tidak bisa Anda cegah, tetapi perubahan gaya hidup sehat bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan mentalnya.

Berikut ini beberapa langkah untuk mencegah depresi:

  • Aktif secara fisik dan mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Cara ini bisa membantu mencegah penyakit yang menyebabkan kecacatan atau depresi. Beberapa diet – termasuk diet DASH rendah sodium – telah terbukti mengurangi risiko depresi.
  • Tidur yang cukup, idealnya  7-9 jam setiap malam.
  • Tetap menjalin hubungan dengan teman dan keluarga.
  • Ikut serta dalam aktivitas yang Anda sukai.
  • Beri tahu teman, keluarga, dan dokter saat Anda mengalami gejala depresi.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. Older Adults and Depression. https://www.nimh.nih.gov/health/publications/older-adults-and-depression
  2. Anonim. 2021. Depression and Older Adults. https://www.nia.nih.gov/health/depression-and-older-adults. (Diakses pada 6 September 2021)
  3. Hurley, Katie. 2021. Depression in the Elderly. https://www.psycom.net/depression.central.elderly.html (Diakses pada 6 September 2021)
  4. Krans, Brian. 2018. Geriatric Depression (Depression in Older Adults). https://www.healthline.com/health/depression/elderly#diagnosis (Diakses pada 6 September 2021)
  5. Robinson, Lawrence et al. 2021. Depression in Older Adults: Signs, Symptoms, Treatment. https://www.helpguide.org/articles/depression/depression-in-older-adults.htm (Diakses pada 6 September 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi