Terbit: 21 July 2025
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Denial syndrome adalah kondisi saat seseorang menolak menerima kenyataan demi menghindari stres dan kecemasan. Meski tampak sepele, sikap ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Cari tahu lebih lanjut tentang gejala, penyebab, dan cara mengatasi denial syndrome di bawah ini!

Denial Syndrome: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi

Apa Itu Denial Syndrome?

Denial syndrome atau sindrom penyangkalan adalah salah satu mekanisme pertahanan diri di mana seseorang menolak menerima kenyataan untuk menghindari rasa cemas atau stres. Hal ini seperti “menutup mata” terhadap sesuatu yang sebenarnya nyata karena terasa terlalu berat untuk diterima.

Ketika menghadapi situasi sulit, denial bisa muncul sebagai cara otak melindungi diri, misalnya saat kehilangan, sakit, atau perubahan besar dalam dalam hidupnya. Dalam jangka pendek, kondisi ini bisa membantu seseorang menyesuaikan diri dulu sebelum menghadapi kenyataan secara penuh.

Denial bisa jadi alat coping (cara seseorang mengatasi stres, tekanan, atau masalah emosional) sementara. Misalnya, saat baru mendengar kabar buruk, sedikit waktu untuk menerima kenyataan bisa membantu menjadi lebih siap secara mental.

Namun, hati-hati jika terlalu lama berada dalam keadaan denial, karena bisa menghambat proses pemulihan. Seseorang bisa jadi menolak bantuan, menunda pengobatan, atau mengabaikan masalah penting yang butuh perhatian.

Gejala Denial Syndrome

Terkadang, saat menghadapi masalah besar atau kenyataan yang menyakitkan, seseorang bisa masuk ke dalam fase denial atau menolak mengakui kenyataan. Ini adalah mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya cukup umum. Tapi kalau dibiarkan terlalu lama, denial bisa menghambat proses pemulihan dan penyelesaian masalah.

Berikut ini beberapa tanda umum kalau seseorang sedang mengalami denial:

  • Menolak membicarakan masalah.
  • Mencari cara untuk membenarkan perilaku Anda.
  • Menyalahkan orang lain atau kekuatan eksternal atas penyebab masalah.
  • Tetap berperilaku meskipun ada konsekuensi negatif.
  • Berjanji untuk mengatasi masalah tersebut di masa mendatang.
  • Menghindari memikirkan masalah tersebut.

Selain tanda-tanda di atas, seorang yang denial mungkin merasa putus asa atau tidak berdaya. Pada tingkat tertentu, seorang yang denial tahu ada masalah yang perlu diatasi, tetapi ia merasa tidak ada yang perlu dilakukan atau mengatakan akan membuat perbedaan. Ketika orang lain mencoba menawarkan nasihat atau bantuan, ia mungkin mengabaikan kekhawatirannya dengan berpura-pura setuju atau menyuruh mereka untuk mengurus urusan mereka sendiri.

Penyebab Denial Syndrome?

Denial merupakan mekanisme pertahanan diri yang umum digunakan seseorang untuk melindungi diri dari rasa cemas atau stres. Dalam situasi tertentu, denial bisa menjadi cara untuk menghindari kenyataan yang menyakitkan atau sulit diterima.

Dengan menolak mengakui bahwa ada masalah, seseorang mencoba menghindari perasaan tidak nyaman seperti ketakutan, stres, konflik, dan kecemasan. Dalam jangka pendek, hal ini bisa terasa melegakan, tetapi dalam jangka panjang justru dapat memperburuk situasi.

Bukan tanpa alasan, orang yang denial memiliki beberapa tujuan, antara lain:

  • Menghindari kenyataan pahit: Dengan tidak mengakui adanya masalah, seseorang merasa tidak harus menghadapi atau menyelesaikannya.
  • Mengurangi beban emosional: Menyangkal sesuatu bisa membantu seseorang merasa lebih tenang, setidaknya sementara.
  • Meminimalkan dampak konsekuensi: Penyangkalan bisa digunakan untuk mengurangi kemungkinan risiko atau akibat yang sebenarnya besar.

Denial sering kali dipicu oleh situasi atau kondisi yang sulit diterima secara emosional. Berikut adalah beberapa hal yang umum menjadi pemicu munculnya denial:

  • Kekerasan (mental, emosional, fisik, verbal, seksual, finansial, atau jenis kekerasan lainnya).
  • Gangguan penyalahgunaan zat (narkoba, obat-obatan).
  • Gangguan penggunaan alkohol.
  • Gangguan kepribadian narsistik.
  • Masalah gaya hidup atau keluarga.
  • Diagnosis medis.
  • Masalah kesehatan mental.
  • Politik.
  • Merokok.
  • Kenaikan berat badan yang tidak sehat.

Dalam kondisi ini, denial digunakan untuk menghindari kenyataan akan kondisi mereka dan menolak menerima bahwa mereka membutuhkan bantuan.

Cara Mengatasi Denial Syndrome

Umumnya, mengatasi denial bergantung pada sifat masalahnya. Orang seringkali menerima kenyataan suatu keadaan dengan sendirinya, dengan waktu dan dukungan yang diberikan. Psikoterapi atau kelompok pendukung juga dapat membantu.

Dalam terapi psikodinamik, belajar mengenali dan mengidentifikasi mekanisme pertahanan diri seperti denial membantu meningkatkan kesadaran diri seseorang untuk memahami perilaku mereka sendiri.

Jika Anda menduga bahwa denial mungkin merupakan mekanisme coping yang menghalangi Anda untuk menghadapi masalah, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengatasinya.

Beberapa cara untuk mengatasi denial meliputi:

  • Pikirkan mengapa takut menghadapi masalah tersebut.
  • Pertimbangkan konsekuensi jika tidak mengatasi masalah tersebut.
  • Cobalah berbicara dengan teman dekat atau orang terkasih yang mungkin bisa memberikan perspektif yang jujur dan lebih objektif.
  • Berusahalah untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran menyimpang yang mungkin memicu kecemasan.

Demikian ulasan mengenai denial syndrome, mulai dari gejala hingga bagaimana cara menghadapinya. Jika denial mulai mengganggu keseharian atau menghalangi Anda untuk menghadapi masalah kesehatan fisik maupun mental, jangan ragu untuk mencari bantuan.

Konsultasikan langsung dengan dokter secara online melalui Farmaku.com atau aplikasi Farmaku. Tanpa perlu keluar rumah, Anda akan mendapatkan saran medis yang aman, praktis, dan terpercaya sesuai kondisi Anda.

 

  1. Cherry, Kendra. 2023. Denial as a Defense Mechanism. https://www.verywellmind.com/denial-as-a-defense-mechanism-5114461 (Diakses pada 18 Juli 2025)
  2. Psychology Today. Denial. https://www.psychologytoday.com/us/basics/denial (Diakses pada 18 Juli 2025)
  3. Hogan, Lilianna. 2021. How Denial Affects Your Life. https://www.webmd.com/mental-health/features/how-denial-affects-your-life (Diakses pada 18 Juli 2025)


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi