Terbit: 30 September 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Cephalopelvic disproportion adalah kondisi ketika bayi di dalam rahim memiliki ukuran kepala lebih besar dari panggul ibu. Ketahui apa itu cephalopelvic disproportion, gejala, penyebab, cara mengatasi, dll.

Cephalopelvic Disproportion: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Cephalopelvic Disproportion?

Cephalopelvic disproportion adalah komplikasi kehamilan akibat kepala bayi di dalam rahim lebih besar dari ukuran serviks atau panggul ibu. Akibatnya, bayi akan sulit dilahirkan dengan proses normal (melahirkan melalui vagina).

Kondisi cephalopelvic disproportion (CPD) akan berbahaya bila dipaksa untuk melahirkan secara normal. Dokter akan menyarankan operasi sesar. Umumnya, dokter persalinan sudah dapat memprediksi apakah wanita tersebut bisa melahirkan secara normal atau operasi caesar lebih baik.

Gejala Cephalopelvic Disproportion

Gejalanya muncul selama proses melahirkan berlangsung. Bila selama proses persalinan tidak lancar, ada indikasi disproporsi sefalopelvis. Kontraksi akan berlangsung lebih lama dan bayi kesulitan mencari jalan keluar untuk lahir. Kondisi ini bukan satu-satunya gejala disproporsi sefalopelvis.

Dalam pemeriksaan USG, dokter mungkin bisa memperkirakan ukuran bayi, berat badan ibu, serta ukuran serviks ibu untuk kelahiran normal. Jauh sebelum tanggal kelahiran, dokter dapat memperkirakan bila operasi caesar lebih aman.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Ibu hamil tentu harus konsultasi kehamilan secara rutin. Ikuti semua jadwal USG dan pemeriksaan kehamilan. Tanyakan pada dokter semua hal terkait kesehatan Anda dan janin, termasuk rekomendasi makanan sehat, olahraga yang aman, vitamin tambahan, dan kebutuhan lainnya. Anda juga harus konsultasi semua keluhan selama kehamilan dan lakukan kontrol kesehatan selama kehamilan.

Penyebab Cephalopelvic Disproportion

CPD terjadi akibat ukuran bayi lebih besar daripada perut ibu, sekitar 4 kilogram hingga 4,5 kilogram. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ukuran bayi besar, termasuk:

  • Bayi berasal dari keturunan keluarga diabetes.
  • Postmaturity atau bayi baru akan lahir setelah usia kehamilan 42 minggu.
  • Multiparitas adalah wanita yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali.

Ukuran bayi mungkin saja normal namun ibu memiliki panggul kecil atau bentuk panggul tidak normal, termasuk:

  • Contracted pelvis, ukuran pinggul ibu lebih kecil dari ukuran normal dalam ukuran diameter panggul.
  • Pelvic exostoses, terdapat pertumbuhan tulang di panggul.
  • Spondylolisthesis, tulang belakang terhubung hingga dekat posisi panggul.

Panggul ibu lebih sempit, hanya sekitar 9,5 cm. Kondisi tersebut juga dapat menyebabkan CPD.

Faktor Risiko Cephalopelvic Disproportion

Berikut ini beberapa faktor yang membuat wanita hamil rentan mengalami CPD:

  • Diabetes gestasional.
  • Menjalani perawatan infertilitas.
  • Ibu hamil memiliki tubuh besar karena faktor keturunan.
  • Memiliki perawakan pendek.
  • Memiliki riwayat kekurangan kalsium atau rakhitis di masa kecil.
  • Ibu hamil pada usia di atas 35 tahun.

Kombinasi masalah panggul ibu yang kecil dan janin terlalu besar adalah penyebab umum CPD.

Diagnosis Cephalopelvic Disproportion

Umumnya diagnosis CPD terjadi selama proses persalinan, yaitu:

  • Proses persalinan lebih lama karena bayi tidak dapat melewati panggul.
  • Kontraksi uterus terhambat.
  • Bukaan serviks sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.
  • Bayi tidak dapat turun ke bawah melalui panggul.
  • Melahirkan bayi laki-laki.

Sebelum mendekati proses kelahiran, diagnosis dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pelvimetri dengan MRI, pelvimetry dengan CT-scan, atau ultrasonologi.

Cara Mengatasi Cephalopelvic Disproportion

Berikut pilihan paling aman untuk melahirkan dengan kondisi CPD:

1. Operasi Caesar

Salah satu cara mengatasi cephalopelvic disproportion adalah dengan operasi caesar. Dokter tidak dapat memaksa untuk melakukan persalinan normal karena bayi tidak dapat bergerak keluar melalui vagina. Operasi caesar adalah pilihan yang paling aman untuk ibu dan bayi.

Kasus CPD jarang terjadi. Berdasarkan data, hanya 1 dari 250 kelahiran dengan CPD. Wanita yang pernah mengalami kelahiran dengan CPD tidak berarti akan mengalaminya lagi pada kehamilan selanjutnya, tergantung dari ukuran kepala bayi di kehamilan selanjutnya.

 

2. Menggunakan Obat dan Vakum

Dokter akan memberikan obat oksitosin dan pitocin untuk menginduksi dan mempercepat kontraksi serta respon terhadap persalinan. Dokter mungkin akan menggunakan ekstraktor vakum untuk mendorong bayi keluar dari vagina.

Walaupun demikian, peluangnya sangat kecil hingga bayi dapat melewati panggul ibu yang sempit jika dibandingkan dengan kepala bayi yang besar. Akan ada risiko bayi lahir dengan cedera parah. Bila tetap dipaksakan, proses persalinan akan berjalan lama dan juga membahayakan. Melahirkan dengan operasi caesar adalah pilihan yang paling direkomendasikan.

Komplikasi Cephalopelvic Disproportion

Wanita hamil dengan masalah CPD tidak dapat melakukan persalinan secara normal atau persalinan pervaginam karena sangat berbahaya. Proses persalinan yang cenderung lama akan menyebabkan janin menghabiskan banyak oksigen sehingga operasi caesar harus segera dilakukan dengan tepat.

Apabila proses kelahiran dengan CPD terlambat, lama, atau gagal, bayi akan lahir dengan risiko cedera lahir seperti hipoksia-iskemik ensefalopati (HIE) dan cerebral palsy (CP). Komplikasi cedera lahir lainnya berupa:

  • Overdosis Pitocin (oksitosin sintetis). Dokter akan memberi obat Pitocin untuk mempercepat kontraksi, namun overdosis obat ini dapat memicu overdosis di mana kontraksi berlebihan dan berisiko bagi keselamatan bayi.
  • Distosia Bahu. Bayi yang lahir dengan CPD dapat berisiko mengalami distosia bahu termasuk Erb’s palsy atau Klumpke’s palsy.
  • Kompresi Tali Pusar. Proses persalinan yang lama akan menyebabkan bayi terperangkap tali pusar dan kekurangan oksigen.

Dokter persalinan yang menangani kondisi CPD harus sangat sigap dan cepat karena kondisi ini cenderung berbahaya. Proses persalinan yang lama dapat membahayakan baik bagi ibu dan bayi.

Cara Mencegah Cephalopelvic Disproportion

Konsultasi secara teratur dengan dokter kandungan Anda. Lakukan USG 3 kali selama kehamilan, yaitu di awal kehamilan, trimester kedua, lalu saat menjelang persalinan. Selain pemeriksaan kehamilan, Anda juga harus periksa kesehatan secara keseluruhan termasuk cek darah, cek gula darah, cek kolesterol, dan berat badan. Bicarakan pada dokter semua risiko komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi.

  1. American Pregnancy Association. 2012. Cephalopelvic Disproportion (CPD). https://americanpregnancy.org/labor-and-birth/cephalopelvic-disproportion-753. (Diakses pada 29 September 2020).
  2. Birth Injury Help Center. 2020. CPD. https://www.birthinjuryhelpcenter.org/cephalopelvic-disproportion.html. (Diakses pada 29 September 2020).
  3. Murray, Donna, RN, BSN. 2019. CPD How common it is, risks, diagnosis, treatment, and complications. https://www.verywellfamily.com/cephalopelvic-disproportion-4687525. (Diakses pada 29 September 2020).
  4. Reiter & Walsh, P.C. 2020. CPD Injuries. https://www.abclawcenters.com/practice-areas/prenatal-birth-injuries/traumatic-birth-injuries/cephalopelvic-disproportion/#:~:text. (Diakses pada 29 September 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi