Terbit: 20 July 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Cedera kepala adalah kondisi yang bisa bersifat ringan atau bahkan serius sekalipun hingga membutuhkan penanganan medis secara khusus. Ketahui lebih lanjut mengenai masalah kesehatan yang satu ini mulai dari gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahannya berikut ini!

Cedera Kepala: Jenis, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

Apa Itu Cedera Kepala?

Sesuai dengan namanya, cedera kepala adalah suatu kondisi ketika kepala mengalami kerusakan yang mana hal tersebut diakibatkan oleh benturan. Cedera kepala—disebut juga trauma kepala—memiliki dampak yang beragam, tergantung dari seberapa parah cedera yang terjadi.

Pada kasus yang ringan, cedera mungkin hanya berujung pada memar dan muncul luka yang disertai perdarahan minor. Akan tetapi, cedera yang tergolong berat bisa saja berdampak sampai ke bagian dalam dari kepala yakni tengkorak dan bahkan otak.

Jenis-Jenis Cedera Kepala

Secara garis besar, cedera kepala terbagi menjadi 2 (dua) jenis yakni cedera kepala ringan dan berat. Lebih spesifik, kondisi ini dibagi lagi ke dalam 5 (lima) jenis berdasarkan dampaknya, yaitu:

1. Hematoma

Jenis yang pertama adalah hematoma. Cedera yang satu ini menyebabkan terjadinya pembekuan darah di luar pembuluh darah, alias memar. Hematoma bersifat serius apabila menyerang otak.  Penggumpalan juga dapat menyebabkan tekanan pada intrakranial (isi kepala di dalam tengkorak).

Hal ini lantas akan membuat penderitanya hilang kesadaran. Jika tidak segera ditangani, kondisi tersebut mungkin akan berujung pada kerusakan otak permanen.

2. Hemorrhage

Hemorrhage, atau hemoragik adalah perdarahan. Apabila cedera tergolong berat, maka ada kemungkinan perdarahan terjadi di ruang sekitar otak  (perdarahan subaraknoid), atau di dalam jaringan otak (pendarahan intraserebral).

Perdarahan subaraknoid ditandai dengan gejala sakit kepala dan muntah. Sementara itu, tingkat keparahan perdarahan intraserebral tergantung pada seberapa banyak perdarahan yang terjadi, tetapi seiring waktu jumlah darah dapat menyebabkan tekanan besar pada otak.

3. Concussion

Concussion atau gegar otak terjadi ketika cedera yang dialami sangat parah hingga mengenai otak.

Kondisi ini dimungkinkan akibat benturan yang terjadi sangat keras hingga menyebabkan otak membentur dinding tengkorak. Pada banyak kasus, terganggunya fungsi otak—terutama memori—akan berlangsung sementara. Akan tetapi, bukan tidak mungkin jenis cedera ini berujung pada kerusakan otak secara permanen.

4. Edema

Sesuai dengan namanya, kondisi yang terjadi di sini adalah terjadinya pembengkakan pada area kepala yang mengalami cedera. Pembengkakan berdampak langsung terhadap jaringan yang ada di sekitar kepala yang terdampak.

Menjadi suatu hal yang serius ketika pembengkakan terjadi di otak. Pasalnya, tengkorak tidak dapat meregang untuk mengakomodasi pembengkakan tersebut. Alhasil, tengkorak akan mengalami tekanan dan bukan tidak mungkin terjadi keretakan.

5. Cedera Aksonal Difus

Cedera aksonal difus adalah cedera yang tidak menyebabkan perdarahan tetapi merusak sel-sel otak. Kerusakan lantas berakibat pada tidak berfungsinya sel-sel otak tersebut.  Cedera aksonal difus adalah salah satu jenis cedera kepala yang paling berbahaya. Pasalnya, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.

Ciri dan Gejala Cedera Kepala

Ciri dan gejala cedera kepala dipengaruhi oleh tingkat keparahan cedera yang terjadi. Berikut adalah ciri-ciri yang menandakan jika kepala Anda mengalami cedera.

1. Ciri dan Gejala Cedera Kepala Ringan

Cedera yang masih bersifat ringan ditandai oleh gejala-gejala sebagai berikut:

  • Kondisi penderita masih sadar, dapat diajak bicara dan tahu ketika ditanya
  • Sakit kepala
  • Kepala pusing
  • Kunang-kunang
  • Mual
  • Telinga berdenging
  • Pandangan agak kabur

2. Ciri dan Gejala Cedera Kepala Berat

Cedera yang masuk kategori berat memiliki gejala yang sama seperti cedera ringan, namun ditambah dengan gejala lainnya seperti:

  • Hilang kesadaran
  • Kejang
  • Muntah
  • Gangguan keseimbangan
  • Disorientasi
  • Fokus penglihatan berkurang
  • Koordinasi otot hilang
  • Sakit kepala semakin bertambah parah
  • Kehilangan ingatan
  • Keluar cairan dari dalam telinga dan hidung

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami benturan yang cukup hebat kemudian diiringi oleh kemunculan gejala-gejala yang tadi sudah disebutkan. Penanganan sedini mungkin diperlukan guna mencegah kondisi bertambah buruk hingga menyebabkan komplikasi serius yang bisa saja membahayakan nyawa.

Penyebab Cedera Kepala

Penyebab kondisi ini sudah jelas, yakni karena adanya benturan. Biasanya hal ini diakibatkan oleh kejadian-kejadian seperti:

  • Kecelakaan lalu lintas
  • Terjatuh dari ketinggian
  • Benturan saat berolahraga
  • Paparan suara berfrekuensi tinggi seperti ledakan bom

Cedera juga bisa terjadi karena adanya guncangan keras pada kepala. Hal ini biasanya dialami oleh anak bayi dan anak kecil.

Diagnosis Cedera Kepala

Diagnosis cedera dilakukan guna mengukur seberapa parah kondisi ini. Diagnosis dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan pada pasien seputar keluhan yang dialami. Pertanyaan ringan seperti “Siapa nama Anda?” atau “Ini dimana?” dapat ditanyakan oleh Dokter untuk mengecek kesadaran pasien. Pertanyaan lain meliputi:

  • Apa saja yang dirasakan?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah mengalami kondisi ini sebelumnya?
  • Apakah baru-baru ini mengalami insiden yang melibatkan kepala?

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi kepala pasien untuk melihat apakah ada ciri-ciri fisik yang mengindikasikan bahwa cedera telah terjadi seperti pembengkakan maupun luka. Dokter juga akan mengecek kesadaran pasien untuk menentukan jenis cedera kepala ringan, sedang, atau berat.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari tahu apakah cedera yang dialami pasien sudah sampai menyebabkan terjadinya kerusakan pada tengkorak atau bahkan otak. Pemeriksaan penunjang umumnya meliputi:

  • X-ray
  • CT Scan
  • MRI

Pengobatan Cedera Kepala

Pengobatan cedera tergantung dari tingkat keparahannya. Berikut adalah metode penanganan trauma kepala yang umum dilakukan.

1. Terapi Obat-obatan

Pemberian obat-obatan lebih dimaksudkan untuk mengatasi gejala sakit kepala yang muncul. Oleh sebab itu, paracetamol menjadi jenis obat yang biasa diresepkan oleh dokter kepada pasien.

Penggunaan paracetamol ini juga apabila cedera masih tergolong ringan. Sementara untuk cedera yang tergolong berat, dokter juga akan meresepkan obat-obatan lain guna meredakan gejala lainnya yang mungkin terjadi seperti obat antikejang untuk meredakan kejang, atau manitol untuk meredakan edema yang terjadi di otak.

2. Terapi Fisik

Pada kasus di mana cedera sampai menyebabkan terganggunya kinerja fisik dan sistem saraf, dokter juga akan menginstruksikan pasien untuk menjalani terapi fisik. Terapi fisik yang dimaksud meliputi:

  • Terapi wicara
  • Terapi saraf
  • Fisioterapi
  • Terapi okupasi

3.  Operasi

Sementara pada kasus yang terbilang berat sampai menyebabkan gegar otak, hematoma, dan perdarahan, tindakan operasi mungkin diperlukan. Operasi dilakukan dengan sejumlah tujuan, antara lain:

  • Mengatasi tulang tengkorak yang retak
  • Mengatasi pembekuan darah yang terjadi pada otak (hematoma)
  • Mengangkat cairan yang menumpuk di dalam otak

Komplikasi Cedera Kepala

Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, cedera kepala—khusus tingkat sedang dan berat—dapat berujung pada sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Saraf rusak
  • Pembuluh darah otak rusak
  • Penurunan fungsi otak
  • Penyakit otak (Alzheimer, Parkinson, dsb.)

Pencegahan Cedera Kepala

Cedera hampir pasti disebabkan oleh insiden. Oleh karena itu, cara mencegah—atau setidaknya meminimalisir—hal ini menimpa Anda adalah dengan menerapkan hal-hal berikut ini:

  • Gunakan pengaman saat berkendara (sabuk pengaman, helm, dsb.).
  • Gunakan alat pelindung diri (APD) apabila bekerja di tempat-tempat rawan insiden seperti area konstruksi atau pabrik.
  • Melatih fokus otak dan penglihatan.
  • Berhati-hati saat berada di tempat yang minim penerangan.

 

  1. Anonim. Severe Head Injury. https://www.nhs.uk/conditions/severe-head-injury/ (Diakses pada 20 Juli 2020)
  2. Anonim. Head Trauma. https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-head-trauma/basics/art-20056626 (Diakses pada 20 Juli 2020)
  3. Reed-Guy, L. 2018. Head Injury. https://www.healthline.com/health/head-injury (Diakses pada 20 Juli 2020)
  4. Sissons, C. 2018. Head injury: Symptoms, concussion, and treatment. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322225#types (Diakses pada 20 Juli 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi